Liputan6.com, Washington DC - Di tengah memanasnya tensi antara Amerika Serikat (AS) dan Iran, Presiden Donald Trump secara tiba-tiba menawarkan presiden Negeri Persia untuk bertemu dengannya, "tanpa syarat" pada waktu "kapan saja mereka mau".
"Saya akan bertemu dengan siapa pun. Saya percaya pada pertemuan," kata Presiden Trump kepada wartawan di Gedung Putih, sebagaimana dikutip dari BBC pada Selada (31/7/2018).
Tawaran untuk melakukan pertemuan tatap muka itu mengemuka, beberapa waktu setelah Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani terlibat adu ancaman pada awal Juli.
Advertisement
Beberapa bulan sebelumnya, pada Mei, pemerintahan Trump meninggalkan kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) --pakta kesepakatan antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB (China, Prancis, Rusia, Inggris, AS) plus Jerman dan Uni Eropa yang diteken pada 2015.
Menurut pakta itu, Iran dituntut untuk mengurangi stok uranium (bahan baku pembuat nuklir) hingga 98 persen dan berhenti menjalankan program pengembangan senjata nuklir. Kepatuhan Iran akan ditukar dengan pencabutan sanksi dari para negara penandatangan.
Baca Juga
Pada Mei 2018, Trump memutuskan agar AS mundur dari JCPOA. Penarikan mundur tersebut dilatarbelakangi oleh kecurigaan AS terhadap aktivitas Iran di Timur Tengah, yang kerap berseberangan dengan Arab Saudi dan Israel, dua sekutu kuat Negeri Paman Sam di kawasan tersebut.
Washington pun kini tengah bersiap untuk menerapkan kembali sanksi-sanksi terhadap Teheran, meskipun ada keberatan dari Inggris, Prancis, China, Rusia dan Jerman, yang turut menandatangani kesepakatan nuklir Iran pada 2015.
"Jika mereka (Iran) ingin bertemu, kami siap meluangkan waktu khusus," ujar Trump.
Hamid Aboutalebi, penasihat Presiden Rouhani, menanggapi pernyataan Donald Trump dalam sebuah twit, yang menyebut bahwa "kembali ke kesepakatan nuklir" dan "menghormati hak bangsa Iran" akan membuka jalan bagi pembicaraan.
Pertemuan semacam itu akan menjadi yang pertama antara pemimpin AS dan Iran sejak sebelum revolusi Iran 1979.
Simak video pilihan berikut:
Iran Menjawab Tantangan Perang AS
Di lain pihak, seorang komandan pasukan khusus Iran telah memperingatkan Presiden Donald Trump, bahwa jika Amerika Serikat menyerang Iran, semua yang dimiliki Negeri Paman Sam akan hancur.
Mayor Jenderal Qassem Soleimani, nama komandan tersebut, bersumpah bahwa jika pasukan AS memulai perang, Republik Islam Iran akan menumpas habis, demikian seperti yang dilaporkan kantor berita nasional Tasnim.
Dikutip dari BBC pada Jumat, 27 Juli 2018, sikap tegas Jenderal Soleimani itu disampaikan menyusul twit dengan hampir semuanya diketik dalam huruf kapital, yang diunggah oleh Donald Trump pada awal pekan ini.
Mayor Jenderal Soleimani --yang memimpin Pasukan Quds dari pengawal revolusi elite Iran-- mengatakan pada Kamis, 26 Juli 2018, bahwa: "Sebagai seorang prajurit, adalah tugas saya untuk menanggapi ancaman Anda (Trump)."
"Bicaralah padaku, jangan kepada presiden (Hassan Rouhani). Ini bukan martabat pemimpin kami untuk menanggapi Anda. Jika Anda memulai perang, kami akan mengakhiri perang. Anda tahu bahwa perang ini akan menghancurkan semua yang kamu miliki."
Advertisement