Sukses

2-8-1934: Kematian Presiden Jerman Muluskan Jalan Hitler Jadi Diktator Absolut

Pada 2 Agustus 1934, Presiden Jerman Paul von Hindenburg meninggal dunia di rumahnya di Neudeck, Prusia Timur. Kekuasaan beralih ke Adolf Hitler.

Liputan6.com, Berlin - Pada 2 Agustus 1934, Presiden Jerman Paul von Hindenburg meninggal dunia di rumahnya di Neudeck, Prusia Timur. Ia berpulang pada usia 86 tahun akibat kanker paru-paru. Kematiannya itu memuluskan jalan bagi Adolf Hitler untuk jadi diktator.

Sesaat setelah berkuasa, bos Nazi itu menghapus pemerintahan demokratis, mengangkat dirinya sebagai Fuhrer (pemimpin) sekaligus Reichskanzler (kanselir). Hitler kemudian menjadi diktator absolut Jerman. Tidak ada batasan hukum atau konstitusi yang berlaku untuk dirinya.

"Hari ini Hitler adalah Jerman," demikian headline sejumlah surat kabar pada 4 Agustus 1934, mencerminkan pergeseran vital dalam kekuasaan yang baru saja terjadi, seperti dikutip dari www.spiegel.de.

Naiknya Hitler ke tampuk kekuasaan adalah klimaks dari proses yang berlangsung selama 20 bulan. Yang diawali pada 30 Januari 1933, hari ketika dia ditunjuk sebagai Kanselir Jerman oleh Presiden Paul von Hindenburg.

Sejarah mencatat, Adolf Hitler sejatinya bukan 'asli' Jerman. Ia lahir di Braunau am Inn, Austria, pada 1889. Saat muda, ia bercita-cita jadi pelukis. Namun, karyanya tak terlalu diakui.

Hidup miskin di Vienna, pemuda keturunan Jerman pun kemudian membenci Austria, tanah kelahirannya yang ia sebut sebagai 'bangsa tambal sulam' yang terdiri atas sejumlah kelompok etnis.

Hitler pun pindah ke Jerman, tepatnya ke kota Munich. Sempat luntang lantung selama setahun, Hitler kemudian menjadi tentara yang diterjunkan ke Perang Dunia I.

Kinerjanya yang dinilai berani sebagai serdadu membuatnya diganjar medali kehormatan, meski matanya sempat buta temporer dan Jerman kemudian kalah telak.

Pensiun dari medan perang, Hitler menjelma jadi agen mata-mata yang bertugas melaporkan kegiatan subversif di partai politik di Munich. Ia kemudian bergabung dengan Partai Pekerja Jerman dan bertanggung jawab atas propaganda.

Pada tahun 1920 ia mengambil alih kepemimpinan organisasi tersebut, mengubah namanya menjadi Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei yang disingkat Nazi.

Sempat redup akibat upaya kudeta gagal Bierkeller Putsch atau The Beer Hall Putsch, Nazi memperoleh momentum pada awal Depresi Besar pada tahun 1929.

Hitler dan para pengikutnya mereorganisasi partai sebagai gerakan massa fanatik dan mendapat dukungan dari sejumlah pebisnis.

Pada pemilu 1930, Nazi memenangkan enam juta suara, membuat partai ini menjadi yang terbesar kedua di Jerman. Dua tahun kemudian, Hitler menantang Paul von Hindenburg untuk memperebutkan kursi presiden. 

Namun, Paul von Hindenburg mengalahkan Hitler dengan dukungan koalisi anti-Nazi.

Meskipun Nazi mengalami penurunan suara selama pemilu pada November 1932, Hindenburg terpaksa mengangkat Hitler sebagai kanselir pada Januari 1933, dengan harapan rivalnya itu akan mendukung pemerintahannya.

Namun, Hindenburg meremehkan taktik politik Hitler. Salah satu tindakan pertama yang dilakukan kanselir baru adalah mengeksploitasi pembakaran gedung Reichstag (parlemen) sebagai dalih untuk menyerukan digelarnya pemilihan umum.

Para polisi di bawah kepemimpinan petinggi Nazi, Hermann Goering menekan sejumlah partai oposisi sebelum pemilu. Partai Hitler pun memenangkan kursi mayoritas. 

Memiliki kekuasaan tanpa batas sebagai diktator, Hitler kemudian menyulut Perang Dunia II dengan invasinya ke Polandia pada September 1939.

Hitler meyakinkan rakyatnya bahwa Third Reich akan berlangsung selama seribu tahun, namun fakta membuktikan, pemerintahan Nazi Jerman runtuh hanya dalam 11 tahun.

Tak hanya jadi momentum Hitler menjadi fuhrer, sejumlah kejadian bersejarah terjadi pada tanggal 2 Agustus. 

Pada 1990, Irak, yang dipimpin oleh Saddam Hussein, menginvasi negara tetangganya, Kuwait, memicu dimulainya Perang Teluk.

Sementara, pada 2 Agustus 1985, embusan angin kencang yang datang tiba-tiba menyebabkan kecelakaan pesawat di Bandara Fort Worth, Dallas, Texas, Amerika Serikat. Akibatnya 137 orang tewas karenanya.

 

Saksikan video terkait Hitler berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kala Hitler Putus Asa

Suatu ketika, Adolf Hitler kalut bukan kepalang. Salah satu jenderalnya menyampaikan kabar buruk: pasukannya tak mampu menahan serbuan Rusia ke Eberswalde. Sang Fuhrer tahu, ia telah kalah.

Pada 22 April 1945, di dalam bunker rahasia, ia menemui para panglima perangnya. Menteri Luar Negeri Nazi, Heinrich Himmler juga ada di sana.

"Ia datang sekitar pukul 20.30, dalam kondisi hancur," demikian cuplikan laporan Joint Intelligence Committee terkait hari-hari terakhir Hitler, seperti ditulis mantan deputi jenderal Dinas Intelijen Inggris MI5, Guy Liddell.

Seperti dikutip dari Telegraph, Kamis 21 April 2016, di depan para jenderal yang memintanya cepat-cepat meninggalkan Berlin, Hitler histeris. Ia tak bisa mengendalikan emosinya.

"Semua orang berbohong kepadaku!," teriaknya. "Semua orang telah menipuku, tak ada satu pun yang berkata benar!"

Dengan wajah marah, Hitler menambahkan, "Angkatan bersenjata berdusta kepadaku, SS meninggalkanku di tengah kesulitan. Rakyat Jerman tak berjuang secara heroik. Mereka pantas binasa," kata dia. "Bukan aku, tapi rakyat Jerman yang kalah."

Laporan tersebut menyebut, wajah Hitler merah padam, kedutan di lengan kirinya berhenti, dan ia berdiri dengan goyah.

"Sepanjang malam, ia menderita gangguan syaraf parah yang membuatnya rubuh. Berkaki-kali Hitler mengoceh, ia akan menemui ajalnya di Berlin."

Tak ada lagi harapan bagi Reich Ketiga -- yang hanya kuat bertahan selama 12 tahun, 3 bulan, bukan 1.000 tahun seperti yang dicita-citakan. Bagi Hitler kala itu, tidak ada jalan lain selain menghabisi dirinya sendiri.

Berbeda dengan saat menerima kekalahan, Albert Speer, menteri persenjataan Nazi mengatakan, Hitler terlihat 'tenang' selama hari-hari menjelang ajalnya.

"Hitler akhirnya menyadari, bintangnya telah redup, bahwa ia kalah dalam perang yang dimulainya," demikian keterangan Speer.

Kepada Speer, Hitler mengakui ia menunggu kematian datang, untuk membebaskannya dari semua masalah.

"Hitler mengaku bisa keluar dan ikut melawan musuh. Ia takut bakal terluka dan ditangkap oleh Rusia. Ia memilih menembak dirinya sendiri," demikian isi laporan tersebut.

Beberapa hari kemudian, pada saat makan siang, Hitler menyampaikan instruksi mengerikan.

"Aku tak akan jatuh ke tangan musuh, hidup atau mati," kata dia kepada para bawahannya. "Aku memerintahkan agar jasadku dibakar, agar tak ada yang bisa menemukannya."

Hitler tak mau bernasib seperti rekannya, Benito Mussolini yang dipermalukan setelah tewas. Jasad diktator Italia itu digantung terbalik dan dijadikan tontonan publik.

Â