Sukses

Menang Pemilu, Presiden Emmerson Mnangagwa Kembali Pimpin Zimbabwe

Petahana Presiden Zimbabwe saat ini, Emmerson Mnangagwa, berhasil memenangi pemilu pertama di negara itu, pasca-lengsernya Robert Mugabe.

Liputan6.com, Harare - Komisi pemilihan di Zimbabwe mengumumkan bahwa petahana, Presiden Emmerson Mnangagwa, berhasil mengamankan posisinya sebagai pemimpin negara itu, dengan memenangi 50,8 persen suara.

Dari total penyelenggaraan pemilu di 10 provinsi, Mnangagwa berselisih tipis dengan pesaing terdekat, Nelson Chamisa, yang meraih 44,3 persen suara.

Dengan memenangi lebih dari 50 persen suara, Mnangagwa terhindar dari pemilihan putaran kedua melawan Chamisa.

Dikutip dari BBC, Jumat (3/8/2018), Chamisa yang juga merupakan ketua oposisi Aliansi MDC, menolak hasil tersebut. Dia menuding bahwa hitung-hitungannya tidak dapat diverifikasi.

Chamisa bersikeras dia telah memenangi pemilihan presiden, mengatakan kepada wartawan pada Kamis, 2 Agustus 2018, bahwa Partai Zanu-PF yang berkuasa sedang "mencoba untuk merusak hasil".

Sehari sebelumnya, penolakan Chamisa itu diikuti oleh aksi protes para pendukungnya, yang turut menyebut hasil pemilu Zimbabwe pertama pasca-lengsernya Robert Mugabe itu ternodai oleh permainan curang.

Unjuk rasa yang berlangsung di ibu kota Zimbabwe, Harare,  berakhir ricuh, hingga menyebabkan setidaknya enam korban tewas.

Setelah polisi yang dibantu tentara berhasil membubarkan massa, Harare disebut berubah menjadi "kota hantu". Aparat keamanan berpatroli di setiap sudut ibu kota Zimbabwe itu.

Di lain pihak, Mnangagwa mengatakan bahwa pemerintah sedang dalam pembicaraan dengan Chamisa, untuk meredakan krisis di Zimbabwe. Ia juga mengusulkan penyelidikan independen guna menyeret provokator di balik kerusuhan tersebut ke meja hijau.

"Tanah ini adalah rumah bagi kita semua, dan kita akan tenggelam atau berenang bersama," kata Mnangagwa dalam salah satu twitnya tentang kerusuhan tersebut.

 

Simak video pilihan berikut:

 

2 dari 2 halaman

Hasil Pemilu Terlambat Diumumkan

Sehari setelah pelaksanaan pemilu pada akhir pekan lalu, Aliansi MDC mengatakan Chamisa telah memenangi pemilihan presiden, mengumumkan pengumuman resmi dan mendorong para pendukungnya untuk merayakan di beberapa titik di ibu kota Harare.

Ketika komisi pemilu Zimbabwe mengumumkan bahwa pesaingnya, Zanu-PF, justru yang memenangi pemungutan suara parlemen pada Rabu, 1 Agustus 2018, situasi politik dalam negeri pun menjadi kisruh.

Para pendukung oposisi marah atas keterlambatan hasil pengumuman pemilu presiden. Mereka menilai bahwa terjadi kecurangan dalam proses penghitungan, sehingga Mnangagwa terpilih kembali sebagai pemimpin Zimbabwe.

Namun, menurut Menteri Dalam Negeri Obert Mpofu, pemerintah tidak akan menoleransi aksi protes tersebut.

"Pihak oposisi sedang menguji tekad kami, dan saya pikir mereka membuat kesalahan besar," katanya.

Di lain pihak, seorang juru bicara pihak Chamisa mengutuk pengerahan tentara dalam menangani aksi protes pada Rabu lalu, di mana menyebabkan enam orang tewas.

"Tentara dilatih untuk membunuh selama perang. Apakah penduduk sipil musuh negara?" kritiknya. "Tidak ada penjelasan sama sekali untuk kebrutalan yang kita lihat."