Sukses

Gelombang Panas Bisa Picu Bencana, Pemerintah Korut Minta Rakyat Lindungi Tanaman

Pemerintah Korea Utara memperingatkan gelombang panas yang sedang terjadi bisa berpotensi memicu 'bencana alam'.

Liputan6.com, Pyongyang - Pemerintah Korea Utara memperingatkan gelombang panas yang sedang terjadi bisa berpotensi memicu 'bencana alam'. Rezim Kim Jong-un meminta rakyatnya untuk melindungi tanaman dari kekeringan.

Semenanjung Korea sedang mengalami cuaca panas, suhu udara mencapai titik tertinggi. Korea Selatan telah melaporkan 28 kematian akibat cuaca panas ekstrem.

Di Korut, yang pernah mengalami pengalaman pahit berupa kelaparan pada masa lalu, media pemerintah memperingatkan bahwa tanaman pangan utama, seperti padi dan jagung, saat ini dalam kondisi terancam.

Pemerintah meminta rakyat untuk bergabung bersama dalam perjuangan demi melindungi panen. Agar panen tak gagal.

"Suhu tinggi tahun ini adalah bencana alam yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, hal tersebut bukan kesulitan yang tak dapat diatasi," demikian pengumuman Pemerintah Korut, seperti dikutip dari BBC News, Sabtu (4/8/2018).

"Para pejabat yang bekerja di semua bidang dan unit...harus bersatu dan bekerja keras dengan rasa patriotisme untuk mencegah kerugian akibat suhu tinggi dan kekeringan," kata editorial di koran yang dikelola negara, Rodong.

"Semua orang harus sepenuhnya menampilkan semangat patriotik mereka dalam upaya yang sedang berlangsung."

Sementara itu, lembaga penyiaran Korea Utara, KCNA mengatakan, peralatan irigasi sedang diperbaiki dan sumur serta waduk baru dibuat untuk mengatasi kekeringan.

"Tanki air, traktor, truk, dan sejumlah kendaraan lain, yang jumlahnya tak terhingga, dikerahkan untuk mengairi lahan pertanian bersama dengan semua peralatan dan peralatan penyiraman yang tersedia," demikian dikabarkan KCNA.

Suhu di Ibu Kota Pyongyang mencapai rekor tertinggi 37,8 derajat Celcius pada hari Rabu 1 Agustus 2018. Sementara, Ibu Kota Korea Selatan, Seoul, juga baru-baru ini mencatat suhu terpanasnya yakni 39 derajat Celcius. 

Masih Jauh dari Ancaman Kelaparan

Pada awal 2018, kepala Program Pangan Dunia PBB mengunjungi Korea Utara. Usai kunjungan yang langka itu, ia mengatakan, Korut bekerja keras untuk memenuhi standar gizi rakyatnya.

Selama dua hari David Beasley berada di Pyongyang dan dua hari lainnya di luar ibu kota, dikawal ketat aparat (minder) Korut.

Dia mengatakan, tingkat kelaparan di Korut tidak setinggi pada dekade 1990-an. Kala itu, ratusan ribu orang diyakini tewas dalam kelaparan yang meluas di Utara antara 1994 dan 1998.

"Saya tidak melihat kelaparan seperti yang dialami pada masa paceklik tahun 1990-an, itu kabar baik. Tetapi apakah ada masalah kelaparan, apakah ada kekurangan gizi?," kata dia pada BBC.

Setelah musim kemarau tahun 2017, PBB melaporkan, tujuh dari 10 warga Korea Utara mengandalkan bantuan makanan, sementara empat dari 10 orang mengalami kurang gizi.

Korea Utara berada di bawah sanksi keras PBB atas program rudal nuklir dan balistiknya, meskipun ada upaya diplomatik baru-baru ini yang dijalin dengan AS.

Salah urus dan kurangnya infrastruktur membuat Korea Utara dianggap rentan terhadap bencana alam seperti banjir dan kekeringan.

 

 Saksikan video terkait Korea Utara berikut ini: 

2 dari 2 halaman

Tentara Korut Mencuri Jagung Rakyat?

Sebuah laporan miris muncul pada awal 2018. Media Daily NK mempublikasikan foto dan video yang diduga menunjukkan tentara-tentara Korea Utara sedang menjarah jagung warga.

Menurut sumber di provinsi Ryanggang, Pyongyang kerap membanggakan kekuatan militernya. Tapi faktanya, masih banyak tentara Korea Utara yang hidup dengan jatah makanan sedikit. Mereka sampai terpaksa membawa karung jagung mentah untuk dijual ke pasar.

"Banyak tentara muda yang kelaparan keluar dari markas, mereka bertekad untuk mencuri makanan warga. Bahkan perwira militer pun mendorong praktik penjarahan ata pencurian tersebut," kata seorang sumber dari provinsi Hamgyong Utara.

"Petugas militer menginstruksikan tentara mereka, yang kelelahan setelah berlatih, untuk makan jagung di ladang warga karena perang sudah semakin dekat."

Sebelumnya, seorang tentara Korut membelot ke Korea Selatan. Ia ditemukan dalam kondisi luka-luka dan perut penuh cacing.

Tentara itu kemudian menjalani beberapa operasi untuk mengobati luka-lukanya serta menghilangkan cacing parasit yang diyakini dokter disebabkan oleh gizi buruk.