Sukses

Steven Seagal Jadi Duta Rusia untuk Hubungan Kemanusiaan dengan AS

Pemerintah Rusia baru saja menunjuk aktor laga Steven Seagal sebagai Duta Hubungan Kemanusiaan antara Moskow dan Washington.

Liputan6.com, Moskow - Pemerintah Rusia baru-baru ini menunjuk aktor film laga Steven Seagal sebagai utusan khusus untuk hubungan kemanusiaan negara itu dengan Amerika Serikat.

Langkah penunjukan tersebut diumumkan oleh Kementerian Luar Negeri Rusia pada Sabtu malam, 4 Agustus 2018, melalui akun resminya di Facebook.

Dikutip dari Time.com pada Minggu (5/8/2018), Seagal akan bertugas memfasilitasi hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat di bidang kemanusiaan, termasuk kerjasama budaya, seni, pertukaran publik, dan pemuda.

Steven Seagal adalah seorang aktor sekaligus seniman bela diri, yang sama seperti Presiden Vladimir Putin, menekuni karate.

Aktor tersebut, yang diberi kewarganegaraan Rusia pada tahun 2016, membela dengan vokal kebijakan pemimpin Rusia, termasuk pencaplokan Semenanjung Krimea pada 2014, yang dikritik keras oleh pemerintah Amerika Serikat.

Sejauh ini belum ada tanggapan resmi dari pihak Gedung Putih terhadap penunjukkan aktor yang membintangi film Kung Fu Fighting itu.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

AS Khawatir Campur Tangan Rusia

Di lain pihak, para pejabat tertinggi keamanan nasional Amerika Serikat (AS) belum lama ini berkumpul di salah satu ruangan di Gedung Putih, untuk menyatakan keprihatinan atas upaya Rusia --dan kemungkinan beberapa negara lain-- ikut campur tangan dalam pemilu yang akan datang.

Dalam pertemuan yang langka itu, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia pada Jumat 3 Agustus, mereka juga meyakinkan masyarakat bahwa langkah-langkah tegas dalam mengatasi isu campur tangan Rusia tengah dibahas serius oleh pemerintah.

Direktur Lembaga Intelijen Nasional, Dan Coats, menyadari "Rusia bukan satu-satunya negara yang tertarik untuk mencoba memengaruhi lingkungan politik dalam negeri AS."

Coats mengatakan Presiden Donald Trump "secara khusus telah mengarahkan kami agar fokus pada isu campur tangan dalam pemilu, dan memastikan hal tersebut jauh dari proses pelaksanaan pemilu."

Rusia, menurut Coats, "melakukan permainan tingkat tinggi pada 2016", dan hal tersebut diyakininya akan terkuak dalam waktu dekat