Liputan6.com, Gaza - Seorang remaja Palestina berusia 15 tahun tewas oleh tentara Israel di tengah aksi protes di kawasan perbatasan. Demikian kata Kementerian Kesehatan Gaza.
Muadh al-Suri, nama remaja itu, meninggal setelah terkena tembakan di bagian perut selama bentrokan dengan militer. Selain dirinya, pria 25 tahun juga dilaporkan meninggal dan puluhan lainnya terluka.
Dikutip dari Independent.co.uk pada Minggu (5/8/2018), kabar tentang meninggalnya remaja itu terjadi ketika militer Israel mengatakan telah mencegat sebuah kapal aktivis Swedia, yang mencoba melanggar blokade laut selama satu dasawarsa terakhir, terhadap Jalur Gaza yang dikuasai Hamas.
Advertisement
Baca Juga
Kelompok militan Islam Hamas, telah memimpin protes selama berbulan-bulan di wilayah perbatasan Palestina. Sebagian dari aksi tersebut bertujuan untuk menarik perhatian pada blokade Israel-Mesir, yang diberlakukan setelah Gaza diambil alih oleh Negeri Zionis pada 20017 silam.
Sementara itu, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, sebagian besar demonstran terluka oleh penembak jitu dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) selama demonstrasi di dekat Kota Gaza dan di Khan Younis.
IDF mengatakan ribuan orang ambil bagian dalam protes di lima lokasi di sepanjang perbatasan, dan hal tersebut ditanggapi dengan tembakan langsung, sesuai dengan kebijakannya.
Ketika beberapa warga Palestina melanggar pagar perbatasan, melemparkan bom dan batu api, militer Israel menembaki pos Hamas, kata IDF.
Sebelumnya pada 2014, seorang remaja Palestina juga pernah menjadi sasaran tentara Israel. Korban diketahui bernama Bahaa Badr.
Remaja berusia 13 tahun ini menjadi korban ketika Tentara Israel masuk ke desanya di Beit Liqya.
Â
Â
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
157 Warga Palestina Telah Tewas
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sejak dimulainya aksi protes yang disebut "March of Return", 157 warga Palestina dilaporkan tewas.
Israel mengatakan blokade di Gaza diperlukan untuk mencegah Hamas mengimpor senjata.
Di lain pihak, para pengeritik mengatakan kebijakan sepihak itu dinilai tidak berperasaan, jika mengingat betapa menderitanya dua juta orang yang bermukin di sekitar Jalur Gaza.
Upaya perdamaian yang dipimpin oleh PBB dan Mesir, kini tengah mengupayakan mediasi gencatan senjata jangka panjang antara Israel dan Hamas, yang telah berperang sebanyak tiga kali sejak 2008.
Advertisement