Sukses

Kisah di Balik Lukisan Putri Diana yang Terbuat dari Darah Penderita HIV

Dengan cara yang tak biasa, seniman ini melukis potret Putri Diana menggunakan darah positif pengidap HIV AIDS. Apa maksudnya?

Liputan6.com, Los Angeles - Seorang pelukis yang berbasis di Amerika Serikat (AS), Conor Collins, memberikan penghormatan kepada Putri Diana dengan cara yang tak biasa. Ia membuat karya menggunakan campuran darah positif pengidap HIV dan debu berlian pada 19 Juli 2018.

Seperti dikutip dari Huffington Post, Minggu (5/8/2018), pria 29 tahun itu kemudian meluncurkan potret lukisannya melalui Twitter pada Selasa sore 24 Juli.

Dalam serangkaian twit yang diunggah olehnya, seniman tersebut mengatakan dia terinspirasi oleh foto Putri Diana tahun 1987. Kala itu sang putri terlihat menjabat tangan seorang pengidap HIV di Rumah Sakit Middlesex London.

Seperti yang ditunjukkan oleh Collins, Diana tidak memakai sarung tangan sama sekali. Ia berupaya mengirim pesan ke dunia bahwa virus itu tidak menular melalui kontak.

Upaya Putri Diana ini dianggap sebagai momen yang menentukan dalam memerangi stigma negatif para pengidap HIV/ AIDS.

Putri Diana dikenal aktif dalam perang melawan HIV/AIDS selama sisa hidupnya.

"Mengetahui HIV tak membahayakan orang lain," kata Putri Diana pada tahun 1991. “Anda dapat menjabat tangan mereka dan memberi mereka pelukan. Surga tahu mereka membutuhkannya. Terlebih lagi, Anda dapat berbagi rumah, tempat kerja, tempat bermain, dan mainan dengan mereka."

Collins mengatakan kepada Huffington Post bahwa dia ingin mengatasi stigma yang melekat pada pangidap HIV/AIDS melalui karyanya selama beberapa waktu. Kisah Putri Diana kemudian terbersit di pikirannya.

Ia mengingat bagaimana Putri Diana memegang tangan seorang pasien dengan HIV. Tanpa pelidung apa pun.

"Saya memahami Diana sebagai pribadi - dan tindakannya - adalah media sempurna untuk mencoba mengekspresikan pesan saya," jelas Collins.

Tanggapan terhadap karya bertema Putri Diana itu sebagian besar positif.

"Saya sangat berterima kasih kepada orang-orang yang ada di belakangnya, tak hanya mendukungnya tetapi juga membagikannya. Harapan utama saya dari karya ini adalah orang-orang belajar dari itu dan bisa berbagi. Stigma berasal dari mitos, misinformasi dan prasangka," paparnya.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

2 dari 2 halaman

Karya Bermuatan Politik

Collins dikenal dengan karya-karya bermuatan politik. Tahun lalu ia melukis potret Presiden Donald Trump.

Collins mengatakan Donald Trump "rasis, seksis, bodoh dan fanatik", istilah yang digunakan Trump selama waktunya di jalur kampanye dan di kantor.

Collins kemudian menciptakan gambar serupa dari Caitlyn Jenner dan penyelam Olimpiade Tom Daley, menggunakan perumpamaan anti-LGBTQ dan bahasa yang mengancam dan telah diarahkan pada keduanya melalui media sosial.

Bagi mereka yang merasa seniman harus menjaga pekerjaan mereka bebas politik, Collins berkata, "Jika Anda ingin menyelesaikan sesuatu, Anda harus melakukannya sendiri. Anda tidak bisa mengubah dunia menjadi politikus. "

"Ubah saja dunia dengan cara Anda sendiri," tambahnya, "dan biarkan seluruh dunia mengikuti."