Liputan6.com, Tokyo - Hari itu, 12 Agustus 1985, terjadi tragedi kecelakaan pesawat paling buruk dalam sejarah dirgantara Jepang.
Pesawat maskapai Japan Airlines menabrak gunung Takamagahara di Prefektur Gunma -- 100 km dari Tokyo -- karena ekor pesawat lepas. Pesawat terperosok ke dua bubungan gunung di dekat Gunung Osutaka, dinamakan Osutakano-O'ne (Bubungan Osutaka).
Akibat kecelakaan ini, sekitar 520 dari total 524 penumpang tewas, termasuk aktor dan penyanyi terkenal Kyu Sakamoto. Sementara itu, empat penumpang lainnya berhasil selamat.
Advertisement
Semua penumpang selamat berjenis kelamin perempuan. Satu dari yang selamat merupakan pramugari Japan Airlines yang sedang cuti, yang terjepit di antara kursi.
Kemudian ada wanita berumur 34 tahun dan putrinya yang berumur 12 tahun yang terkurung di rangka yang masih utuh; dan anak perempuan berumur 12 tahun yang pada saat ditemukan terduduk di atas dahan pohon.
Pesawat dengan nomor penerbangan 123 tersebut lepas landas dari Bandara Internasional Tokyo, Jepang atau biasa disebut Bandara Haneda sekitar pukul 18.12 waktu setempat.
Pesawat terbang lebih awal 12 menit untuk menuju Osaka. Dua belas menit setelah lepas landas, bagian penyekat buritan belakang pesawat pecah dan menghasilkan ledakan dekompresi, yang merobek ekor pesawat.
Hal ini merusak sistem hidrolik yang membuat pesawat hilang kendali di atas Teluk Sagami.
Baca Juga
Dalam kondisi tersebut, pesawat melayang-layang tak terkendali sekitar 30 menit. Sang Kapten Pilot, Masami Takahama berusaha keras untuk melakukan pendaratan, berbalik arah ke Bandara Haneda.
Namun pesawat makin tak terkontrol, pilot mencoba mendaratkan kapal terbang di Pangkalan Udara Amerika Serikat di Yokota. Namun usaha itu gagal. Pesawat jatuh menabrak punggung gunung, kemudian terbalik dan menghantam tanah.
Seperti dimuat The Guardian, menurut laporan petugas pengontrol lalu lintas udara, beberapa menit setelah terbang, sang kapten pilot sempat menginformasikan titik terbangnya pada 55 mil sebelah barat daya Tokyo. Sang pilot sempat mengatakan "Iya" dengan suara penuh harapan, saat hendak diarahkan untuk melakukan pendaratan darurat di Bandara Haneda. Namun kemudian, komunikasi terputus.
Pesawat mengangkut warga urban Jepang yang hendak mudik dalam rangka merayakan festival keagamaan "Obon", untuk menghormati arwah leluhur di kampung halaman. Pesawat dilaporkan dalam kondisi penuh muatan.
Berdasarkan hasil penyelidikan, ekor pesawat Boeing 747-146SR tersebut pernah tersenggol saat pendaratan pada 2 Juni 1978. Kemudian diperbaiki, namun perbaikan tampaknya tidak maksimal, sehingga menyebabkan kelelahan logam pada penerbangan selanjutnya.
Pasca kecelakaan, Presiden Japan Airlines (JAL), Yasumoto Takagi, memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Di Haneda, seorang manajer perawatan JAL memutuskan bunuh diri akibat tidak kuat menanggung rasa malu yang telah ditimbulkannya kepada perusahaan.
Selain itu, maskapai asal Jepang itu membayar US$7,6 juta kepada keluarga korban. JAL pun tidak lagi menggunakan nomor 123 untuk rute penerbangan yang sama, diganti dengan nomor 127.
JAL juga memensiunkan Boeing 747 pada tanggal 1 Maret 2011 setelah 41 tahun mengabdi pada maskapai itu. Di Prefektur Gunma, lokasi yang berdekatan dengan kecelakaan dibangun monumen untuk mengenang para korban.
Sejarah lain mencatat pada 12 Agustus 2000, kapal selam nuklir Rusia tenggelam ke dasar laut di laut Barents. Semua kru yang berjumlah 118 ditemukan tewas. Penyebab insiden ini tidak diketahui hingga kini. Di tanggal yang sama pada tahun 1960, saat Berlin masih terbagi Timur dan Barat, pembangunan tembok Berlin dimulai.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini: