Sukses

Di Kongres Pemuda Diaspora, Menlu RI Paparkan 4 Prioritas Politik Luar Negeri Indonesia

Menlu RI memaparkan 4 prioritas politik luar negeri Indonesia dalam Conference of Indonesian Diaspora Youth 2018 di Jakarta. Apa saja?

Liputan6.com, Jakarta - Melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlindngan terhadap warga negara Indonesia, intensifikasi diplomasi ekonomi, dan peningkatan peran di panggung kawasan serta internasional adalah empat prioritas dari politik luar negeri pemerintah Indonesia.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, di hadapan ratusan pemuda dari 34 provinsi dan diaspora muda Indonesia, saat menjadi tamu kehormatan dan berpidato dalam Conference of Indonesian Diaspora Youth 2018 di Jakarta, Senin (13/8/2018).

Prioritas melindungi NKRI dilakukan dengan dua cara, ujar Retno, yakni menjaga "batas-batas terluar negara kita" dan "membendung separatisme yang tumbuh di luar negeri" yang berpotensi berpengaruh ke dalam Tanah Air.

"Untuk urusan batas dengan negara tetangga, satu per-satu sudah bisa kita selesaikan, seperti dengan Papua Nugini, zona ekonomi eksklusif dengan Filipina dan Singapura. Beberapa yang lain masih kita bahas," jelas Retno.

Tapi Retno mengingatkan bahwa perundingan tersebut "membutuhkan waktu yang lama" karena menekankan pada dialog yang konstruktif antara Indonesia dengan negara yang bersangkutan.

Soal perlindungan terhadap WNI, Retno mengatakan bahwa hal tersebut merupakan prioritass politik luar negeri yang "sangat penting sekali".

"Kita ingin jutaan WNI yang tinggal, bekerja, dan bepergian ke luar negeri merasa dilindungi oleh negara," jelas Retno.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat menjadi tamu kehormatan dan berpidato dalam Conference of Indonesian Diaspora Youth 2018 (13/8/2018) di Jakarta. (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)

Perlindungan itu juga termasuk pada 65.083 kasus WNI yang mengalamai masalah di luar negeri sepanjang tahun hingga 2015 sampai Juli 2018, serta para diaspora Indonesia, jelas Retno.

Tentang diplomasi ekonomi, Menlu RI mengatakan bahwa hal tersebut "harus dimainkan secara kuat".

"Saat ini, salah satu usaha kita adalah untuk lebih mendekati diri pada Afrika demi menggencarkan diplomasi ekonomi tersebut," jelasnya.

"Banyak capaian yang kita lakukan untuk mendekati diri dengan Afrika. Bahkan sekarang, produk kita sangat populer di sana, mulai dari mie instan, obat-obatan, hingga kereta dan peawat sekalipun."

Terakhir, soal peran Indonesia di panggung kawasan serta internasional, Retno menjelaskan bahwa hal itu menjadi prioritas karena konsekuensi Indonesia sebagai kekuatan besar di dunia.

"Ditambah lagi dengan fokus kita pada diplomasi kemanusiaan dan perdamaian yang telah mendapat banyak apresiasi dari banyak negara," jelasnya.

Conference of Indonesian Diaspora Youth 2018 merupakan kolaborasi antara Perhimpunan Pelajar Indoneia se-Dunia (PPI Dunia), Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Asosiasi Dosen Indonesia (ADI), dan Forum Rektor Indonesia. Konferensi itu juga didukung oleh Kementerian Luar Negeri RI, Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Menlu: Indonesia Harus Menjadi Kekuatan Dunia pada 2045

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan bahwa Indonesia harus menjadi kekuatan dunia pada tahun 2045 --atau tepat satu abad usia kemerdekaan Tanah Air.

"Akan ada pergeseran kekuatan dunia ke Asia pada tahun 2045 ... karena 4 dari 5 kekuatan ekonomi terbesar di dunia ada di Asia, China, India, Indonesia, dan Jepang," kata Retno saat menjadi tamu kehormatan dan berpidato dalam Conference of Indonesian Diaspora Youth 2018 di Jakarta.

"Saat ini saja, Indonesia telah diperhitungkan sebagai kekuatan regional. Maka pada tahun 2045, kita seharusnya bisa menjadi global player yang diperhitungkan di dunia ... Satu kata kunci untuk 2045, Indonesia harus menjadi kekuatan dunia," ujar Menlu Retno menyemangati ratusan pemuda, diaspora, pelajar, dan intelek muda Indonesia dari berbagai latar belakang tersebut, yang disambut riuh tepuk tangan.

Kendati demikian, Retno mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan pemuda Indonesia untuk mencapai tujuan tersebut, seperti, tekanan demografi global yang terus bertambah, tekanan migrasi dan perpindahan penduduk dunia, persaingan perebutan sumber daya (alam, energi, dan manusia), konflik, serta persaingan, dan sengketa berskala global.

"Bagaimana menyikapi itu semua? Yakni dengan tetap mempertahankan politik luar negeri yang bebas aktif --yang selama ini menjadi tradisi diplomasi Indonesia sejak lama," jelas Retno.

"Politik luar negeri yang bebas-aktif, bukan pasif, memberikan koridor yang cukup buat Indonesia untuk bermanuver memajukan kepentingan nasional kita di panggung dunia," tambahnya.

Retno juga menekankan betapa pentingnya bangsa Indonesia memusatkan perhatian pada wilayah laut sebagai celah "peluang kerja sama" dengan komunitas global, demi mencapai tujuan menjadi kekuatan global pada tahun 2045.

Dalam konferensi itu, Menlu Retno juga berpesan agar para pemuda dan diaspora muda Indonesia untuk "Teris berpikir positif, berbaik sangka, mencintai dan bangga menjadi orang Indonesia dan yang terpenting, harus berkontribusi agar dapat menjadikan Indonesia sebagai global player."