Sukses

Gara-Gara Bikin Ancaman Bom Palsu Agar Tak Tertinggal Pesawat, Pria London Dibui

Seorang pria London dipenjara 10 bulan karena membuat ancaman bom palsu untuk mengejar ketertinggalan atas penerbangan dari Inggris ke AS.

Liputan6.com, London - Seorang pria asal London, yang membuat ancaman bom palsu dalam upaya untuk mengejar ketertinggalan atas penerbangannya dari Bandara Gatwick London ke Amerika Serikat, telah dipenjara otoritas setempat.

Jacob Meir Abdellak (47) terlambat untuk penerbangan maskapai Norwegia relasi London-Los Angeles, sehingga ia memutuskan untuk menghubungi polisi guna melaporkan ancaman bom palsu.

Panggilan anonim darurat dilakukan pada jam 05.47 pagi waktu setempat pada 11 Mei 2018, tepat delapan menit sebelum penerbangan tersebut dijadwalkan berangkat.

Ancaman bom palsu itu menyebabkan pesawat tersebut harus melaksanakan pemeriksaan ulang penuh terhadap semua penumpang dan membuat lepas landas tertunda selama 90 menit. Demikian seperti The Evening Standard, Jumat (17/8/2018).

Investigasi oleh staf Bandara Gatwick London mengungkapkan bahwa Abdellak, yang telah terlambat secara signifikan untuk penerbangannya, berkontribusi atas panggilan anonim darurat tersebut. Akibatnya dalam sebuah sidang pada 16 Agustus 2018, ia divonis 10 bulan penjara dan diwajibkan membayar denda ratusan ribu pound sterling karena membuat ancaman bom palsu tersebut.

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

Simak video pilihan berikut:

 

2 dari 2 halaman

Ancaman Bom Palsu Ditindak Serius

Kejadian bermula ketika Abdellak yang datang terlambat ditolak naik ke pesawat oleh pihak maskapai. Akibat penolakan itu dia berlaku kasar terhadap staf maskapai.

Dia diberitahu untuk mengatur jadwal penerbangan lain.

Tak ingin ketinggalan pesawat, Abdellak kemudian melakukan panggilan darurat menggunakan ponselnya mengenai ancaman bom palsu di penerbangan itu kepada polisi. Akan tetapi, aksi itu tetap tak membuatnya berhasil naik ke pesawat.

Beberapa hari kemudian, hasil penyelidikan menemukan bahwa sumber nomor telepon dalam panggilan darurat itu ternyata sama dengan yang dipakai oleh Abdellak untuk melakukan pemesanan tiket via ponsel kepada maskapai tersebut.

Abdellak, yang berasal dari Prancis dan tinggal di Hackney, London timur, ditangkap di Bandara Gatwick pada 22 Mei --sebelas hari usai penerbangan awal-- ketika ia berusaha naik ke penerbangan lain dari London ke AS.

Dia didakwa karena telah mengkomunikasikan informasi palsu tentang bahan berbahaya yang mungkin menciptakan risiko serius bagi keselamatan manusia.

Pria itu awalnya membantah atas dakwaan tersebut, tetapi kemudian mengaku bersalah sesaat sebelum sidang akan dimulai di Pengadilan Lewes Crown, London.

Abdellak dijatuhi hukuman penjara 10 bulan dan diharuskan membayar denda kerugian sebesar 140.000 pound sterling.

"Ini adalah keputusan yang cukup konyol yang dibuat oleh Abdellak, yang membuat informasi palsu bernada serius, semata-mata untuk kepentingannya sendiri," kata Kepala Inspektur Polisi Gatwick Marc Clothier.

Dia menambahkan itu adalah "keputusan terburuk" yang dibuat terdakwa.

"Konsekuensi dari membuat tuduhan tentang bom, senjata atau sejenisnya di lokasi padat penduduk seperti bandara sangat didokumentasikan dengan baik."

"Vonis terhadap Abdellak berfungsi sebagai peringatan kepada orang lain bahwa perilaku semacam ini tidak akan ditoleransi dan pelanggar akan ditindak dengan tegas," Inspektur Clothier melanjutkan.

Seorang juru bicara untuk maskapai Norwegia tersebut mengatakan: "Kami memperlakukan semua ancaman keamanan dengan sangat serius dan kami bekerja dengan polisi dan pihak berwenang untuk memastikan keselamatan dan keamanan pelanggan, awak, dan pesawat kami setiap saat."