Liputan6.com, Berlin - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kanselir Jerman Angela Merkel bertemu di luar Berlin pada Sabtu 18 Agustus 2018, membicarakan beragam isu mulai dari konflik di Ukraina dan Suriah, hingga proyek pipa gas yang menghubungkan kedua negara Eropa tersebut.
Berdiri di samping Putin, Merkel mengatakan kedua negara, tetapi terutama Rusia --sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB-- memiliki tanggung jawab untuk mengatasi masalah-masalah itu. Demikian seperti dikutip dari CBC, Minggu (19/8/2018).
Merkel juga mengatakan bahwa Jerman tertarik untuk mencapai kesepakatan dengan Putin atas Perang Suriah, dengan Berlin yang semakin siap untuk menerima Presiden Bashar al-Assad yang didukung Ruia sebagai pemimpin negara Timur Tengah itu.
Advertisement
Kesepakatan itu mencakup perjanjian pascaperang untuk memastikan bahwa Pengungsi Suriah di Jerman dapat melakukan repatriasi sesegera mungkin. Putin sendiri sependapat mengenai repatriasi pengungsi Suriah --di mana sebagian besar melarikan diri ke Eropa setelah perang tersebut pecah pada tujuh tahun lalu.
Baca Juga
Sementara itu, Putin menginginkan Jerman untuk mempengaruhi Uni Eropa agar mau membantu biaya rekonstruksi Suriah yang luluh lantak pascaperang. Menimpali hal tersebut, Merkel mengajukan gagasan agar rekonstruksi di Suriah pascaperang mencakup pada pemulihan atomosfer politik yang harus dilakukan melalui "reformasi konstitusional dan pemilu."
Soal Ukraina, Merkel mengatakan dia berharap akan ada upaya baru yang dapat dilakukan untuk memisahkan pasukan militer Ukraina dan separatis di garis depan di wilayah Donbass. Lebih lanjut, Merkel juga mengatakan bahwa ia berencana untuk mengangkat masalah hak asasi manusia dengan Putin, dan membahas hubungan bilateral keda negara yang tegang sejak aneksasi Rusia di Krimea, Ukraina pada 2014.
"Saya berpendapat bahwa isu-isu kontroversial hanya dapat diatasi dalam dan melalui dialog," kata sang kanselir Jerman bersama dengan presiden Rusia.
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Â
Simak video pilihan berikut:
Proyek Pipa Gas Rusia-Jerman
Kanselir Angela Merkel juga menegaskan kembali perlunya transit gas melalui Ukraina dalam proyek pembangunan pipa gas Nord Stream 2. Proyek itu akan memungkinkan Jerman menerima lebih banyak gas langsung dari Rusia.
Menyikapi hal tersebut, Presiden Vladimir Putin mengatakan kelanjutan gas mencapai Eropa melalui Ukraina akan tergantung pada argumen ekonomi.
"(Proyek Nord Stream 2) tidak menutup kemungkinan untuk transit gas Rusia melalui Ukraina," kata Putin. "Saya hanya ingin menekankan bahwa hal utama adalah bahwa transit yang melalui Ukraina ini memerlukan persyaratan ekonomi". Demikian seperti dikutip dari The Financial Times, Minggu 19 Agustus 2018.
"Nord Stream 2 secara eksklusif merupakan proyek ekonomi," tegasnya.
Proyek pembangunan pipa gas tersebut telah menuai kritik dari Amerika Serikat --salah satu sekutu Jerman-- dan beberapa negara lain, termasuk Ukraina.
Amerika Serikat menekan Jerman untuk menghentikan proyek pipa tersebut, dengan alasan bahwa hal itu akan meningkatkan ketergantungan Jerman pada Rusia di sektor energi. Bahkan, pengamat internasional memperkirakan bahwa AS mungkin akan mengancam menjatuhkan sanksinya kepada kedua negara yang terlibat dalam Nord Stream 2 demi menegaskan agar proyek terebut terhenti sepenugnya.
Di sisi lain, Ukraina takut bahwa proyek pipa gas itu akan memungkinkan Rusia untuk memotongnya dari bisnis distribusi gas.
Sementara itu, tetangga Jerman di Eropa Timur juga menyuarakan keprihatinan tentang proyek itu, karena dianggap mampu memicu Rusia melakukan perambahan di wilayah yang dilintasi oleh pipa-pipa gas tersebut.
Pertemuan itu adalah pertama kalinya --sejak sebelum konflik di Ukraina pada 2014-- Putin bertatap muka dengan Merkel di Jerman.
Pertemuan itu disebut mampu menjadi titik balik dalam hubungan Rusia-Jerman, karena setelahnya, menteri luar negeri kedua negara akan bertemu dalam waktu dekat, jelas Menlu Jerman Heiko Maas. Menlu Rusia Sergei Lavrov dijadwalkan akan berkunjung ke Berlin pada 14 September.
Stefan Meister dari German Council on Foreign Relations mengatakan, sementara tidak ada terobosan yang diharapkan dalam diskusi tentang konflik di Ukraina, masalah seperti Nord Stream 2, perang di Suriah, perjanjian nuklir Iran dan pecahnya perang perdagangan global akan mendorong Rusia-Jerman melakukan "sebuah pembicaraan politik yang dipicu oleh kepentingan pragmatis di kedua sisi".
"Kebijakan AS di bawah Presiden Donald Trump adalah pendorong penting dari hal ini," kata Meister. "Keduanya ingin mengirim sinyal ke Washington bahwa mereka tidak akan diperas oleh Trump."
Pertemuan itu, tambahnya, "menjadi kesempatan untuk menormalisasi hubungan Jerman-Rusia di tingkat kerja (antar menteri dan pejabat teknis)."
Advertisement