Sukses

Di Tengah Gencatan Senjata Idul Adha, Taliban Culik Lebih 100 Orang Wanita dan Anak-Anak

Sebanyak lebih dari 100 orang wanita dan anak-anak di Afghanistan dilaporkan telah diculik oleh kelompok Taliban.

Liputan6.com, Kabul - Pasukan Taliban dilaporkan menyetop konvoi bus di sebuah jalan di Afghanistan Utara pada Senin, di mana di dalamnya mengangkut lebih dari 100 orang sandera, termasuk wanita dan anak-anak.

Penyergapan itu terjadi meski Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengumumkan gencatan senjata bersyarat dengan Taliban selama liburan Muslim Idul Adha pekan ini.

Nasib korban penculikan di provinsi Kunduz --di daerah yang baru-baru ini jatuh di bawah kendali Taliban-- belum bisa diketahui, karena tidak ada pernyataan dari para pemberontak.

Dikutip dari Time.com pada Senin (20/8/2018), kelompok Taliban disebut bangkit kembali dalam beberapa tahun terakhir, merebut berbagai distrik di seluruh Afghanistan, serta secara teratur melakukan pemboman dan serangan skala besar yang telah menewaskan banyak orang.

Menurut Mohammad Yusouf Ayubi, kepala dewan provinsi di Kunduz, para pemberontak menghentikan tiga bus di jalan dekat distrik Khan Abad, dan memaksa penumpang untuk ikut dengan mereka.

Ayubi mengatakan dia yakin Taliban mencari pegawai pemerintah atau anggota pasukan keamanan yang biasanya pulang untuk liburan.

Abdul Rahman Aqtash, kepala polisi di provinsi Takhar, mengatakan para penumpang berasal dari provinsi Badakhshan dan Takhar, di mana mereka diketahui sedang melakukan perjalanan ke ibu kota, Kabul.

"Sejauh ini, tidak ada berita tentang nasib para penumpang, tetapi para tetua suku dan pejabat lokal mencoba bernegosiasi dengan Taliban," kata Ayubi.

Dalam seruannya pada Minggu 19 Agustus, untuk gencatan senjata, Presiden Ghani mengatakan: "Gencatan senjata harus diamati dari kedua sisi, di mana kelanjutan dan durasinya juga bergantung pada posisi Taliban."

Presiden Ghani membuat pengumuman itu saat perayaan ulang tahun kemerdekaan Afghanistan yang ke-99, hanya sehari setelah pemimpin Taliban setempat mengatakan bahwa tidak akan ada perdamaian di negara itu selama "pendudukan asing" berlanjut.

Pemimpin militan, Maulvi Haibatullah Akhunzadah, menegaskan kembali posisi kelompok tersebut bahwa perang 17 tahun di Afghanistan, hanya dapat diakhiri melalui pembicaraan langsung dengan Amerika Serikat.

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

2 dari 2 halaman

Berharap Perpanjang Waktu Damai

Sementara itu, Presiden Ghani mengatakan ia berharap perpanjangan waktu gencatan senjata dapat diperpanjang hingga 20 November mendatang, yang akan menandai hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Pemerintah sebelumnya telah mengumumkan gencatan senjata dengan Taliban selama liburan Idul Fitri pada bulan Juni.

Taliban menerima gencatan senjata tiga hari itu, tetapi kemudian menolak imbauan oleh presiden untuk memperpanjangnya.

Awal bulan ini, Taliban melancarkan serangan besar ke kota Ghazni di bagian timur, hanya 120 kilometer dari ibu kota Kabul. Pasukan keamanan Afghanistan memerangi militan di dalam kota selama lima hari, ketika AS melakukan serangan udara dan mengirim penasihat untuk membantu pasukan darat Afghanistan.

Pertempuran di kota Ghazni menewaskan sedikitnya 100 anggota pasukan keamanan Afghanistan dan 35 warga sipil, menurut pejabat Afghanistan.

Korban berjumlah besar itu menggarisbawahi tantangan yang dihadapi pemerintah di Kabul, sejak AS dan NATO secara resmi mengakhiri misi tempur mereka pada akhir 2014.

Sejak saat itu, pasukan Amerika, yang sekarang dalam peran pelatihan dan pemberian saran, telah berulang kali datang untuk membantu pasukan Afghanistan.