Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan bahwa pihaknya terus mengupayakan agar jenazah seorang mahasiswi WNI yang meninggal akibat tenggelam di Danau Trebgas Badesse, Bayreuth, Bavaria, Jerman, dapat segera dipulangkan ke Indonesia.
Sebelumnya, pihak Konsulat Jenderal RI di Frankfurt menerima informasi bahwa mahasiswi WNI berinisial SPDP tenggelam pada 8 Agustus 2018. Ia ditemukan sehari kemudian, 9 Agustus, dalam kondisi tak bernyawa.
KJRI Frankfurt lewat rilisnya menyatakan pada 13 Agustus bahwa jenazah SPDP masih dalam proses autopsi. Proses tersebut rampung sehari kemudian.
Advertisement
Pada 14 Agustus, KJRI Frankfurt sudah memperoleh notifikasi tertulis dari otoritas di Jerman bahwa autopsi sudah selesai, dan karena itu jenazah sudah dapat diserahterimakan pada hari ini 15 Agustus, demikian kata Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan BHI Lalu Muhammad Iqbal dalam keterangan tertulisnya.
Kini, Menlu Retno Marsudi menjelaskan bahwa pihak KJRI Frankfurt tengah berusaha agar jenazah SPDP dapat segera dipulangkan.
"KJRI tengah mengupayakan agar jenazah mendapatkan slot pemulangan secepat mungkin," kata Menlu Retno di Kemlu RI, Senin (20/8/2018).
Baca Juga
"Proses sudah semuanya selesai. Kita tinggal menunggu kabar dari pihak maskapai (yang akan membawanya pulang) kapan bisa mengantarkan jenazah almarhumah kembali ke Indonesia," tambahnya.
Retno pun juga memastikan bahwa seluruh proses dapat berjalan optimal dan sesuai dengan prosedur yang berlaku di Jerman dan Indonesia, serta tetap memenuhi prinsip "pelayanan dan perlindungan kepada WNI".
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Â
Simak video pilihan berikut:
Cerita Lengkap Mahasiswi Indonesia Tewas Tenggelam di Jerman
Shinta Putri Dina Pertiwi (26), seorang WNI asal Malang tewas tenggelam saat berenang di Danau Trebgas Badesse, Bayreuth, Bavaria, Jerman pada 8 Agustus 2018.
Korban menempuh pendidikan jurusan kedokteran di Universitas Leipzig, sebelum kemudian melanjutkan konsentrasi pendidikan spesialis forensik di Universitas Bayreuth.
Sebelum ditemukan tewas, korban awalnya bersama-sama temannya berenang. Ada seorang teman korban tidak ikut berenang. Saksi khawatir setelah dua jam menunggu korban tak juga terlihat. Akhirnya saksi melaporkan kejadian tersebut pada petugas, sebelum dilanjutkan ke kepolisian setempat.
Rabu (8/8) pukul 16.30 atau Kamis waktu Indonesia, kepolisian mulai melakukan pencarian hingga pukul 01.30 dini hari, tetapi tidak membuahkan hasil. Jenazah ditemukan keesokan harinya, Kamis (9/8) sekitar pukul 5 sore.
Setelah mendapat laporan WNI meninggal, kepolisian setempat melakukan pencarian dan autopsi jenazah. Sesuai ketentuan di Jerman, apabila jenazah meninggal selain di rumah sakit atau di rumah, maka perlu dilakukan proses autopsi sebelum jenazah dimakamkan. Semua proses itu ditangani oleh otoritas pemerintah Jerman.
Selain itu, pada 10 dan 11 Agustus, KJRI Frankfurt mendatangi Bayreuth untuk menemui pihak Kepolisian dan aparat lokal serta melakukan koordinasi dengan Kantor Catatan Sipil setempat untuk memperlancar proses penerbitan surat kematian korban. Selanjutnya, KJRI Frankfurt mengunjungi apartemen korban dan menemui petugas apartemen untuk mengurus surat kematian.
Hasil autopsi yang dikeluarkan oleh pihak keamanan setempat, korban dinyatakan meninggal murni karena kecelakaan. Hasil autopsi disampaikan Selasa (14/8) pukul 15.00 WIB melalui teman-teman korban.
Selanjutnya jenazah akan segera dipulangkan ke Kota Malang, dengan biaya pemulangan ditanggung oleh Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) hingga jenazah sampai di Jakarta. Selanjutnya dari Jakarta ke Malang akan diambil alih oleh keluarga.
Almarhummah berencana wisuda pendidikan spesialis forensiknya sebelum melangsungkan pernikahannya. "Desember besok rencananya wisuda, terus mau menikah juga. Rencana seperti itu, tapi Allah berkehendak lain," kata Ummi Salamah, ibu kandung korban.
Usai wisuda pendidikan spesialisnya, almarhummah Shinta juga berencana melanjutkan kuliah di jenjang doktor. Karena itu setelah nikah berencana langsung kembali lagi ke Jerman. Almarhummah berencana menikah dengan pria asal Kota Malang yang sedang menempuh pendidikan S-3 di Jerman. Pernikahan direncanakan berlangsung di Kota Malang.
Calon suami Shinta semula menempuh ilmu di ITB, kemudian saat saat survei mencari tempat kuliah di Jerman dipertemukan dengan Shinta. Shinta kebetulan jadi guidenya untuk mendampingi. Keduanya penyuka klub sepak bola Arema.
Â
*Reporter Merdeka.com, Fellyanda Suci Agiesta berkontribusi dalam artikel ini.
Advertisement