Liputan6.com, Bern - Sebuah restoran --sekaligus hotel-- yang terletak di pinggir tebing pegunungan di Swiss sedang mencari manajer baru. Alasannya karena keluarga yang sudah 31 tahun mengurus tempat tersebut ingin pensiun. Penginapan tersebut menjadi terkenal setelah majalah National Geographic meliputnya.
Seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (22/8/2018), Pemerintah Wilayah Appenzell Innerhoden, Swiss, mengatakan bahwa pasangan Nicole dan Bernhard Knechtle-Fritsche sedang menyerahkan waralaba atas hotel Aescher di Alpstein pada akhir musim wisata 2018.
Advertisement
Baca Juga
Media lokal menyatakan bahwa mereka tidak sanggup mengikuti permintaan karena ada batasan-batasan untuk pekerjaan renovasi hotel yang menggantung satu mil di atas, di tebing timur laut Swiss.
Majalah National Geographic menampilkan hotel itu dalam liputan di "Destinasi Sekali Seumur Hidup: 225 tempat menakjubkan di dunia."
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pekerjaan 'Ekstrem' Lainnya
Sementara itu, di Amerika Serikat ada pekerjaan ekstrem lain yang bisa membuat Anda tak habis pikir, yakni pendamping kematian.
Melansir Men's Health pada Senin 2 Juli 2018, pendamping kematian akan membantu membimbing orang yang sekarat secara spiritual dan emosional melalui proses sakratul maut.
Pihak keluarga bisa menyewa pendamping kematian dan mereka akan membantu menebus kesalahan, mengucapkan selamat tinggal pada kerabat, hingga membuat rencana kematian. Entah itu diucapkan secara gamblang saat itu juga atau dikuburkan di laut, orang inilah yang nantinya akan mewujudkannya.
Adalah Henry Fersko-Weiss, seorang pendamping kematian profesional yang secara sukarela melakukan kegiatannya. Ia menciptakan lapangan pekerjaan ini di Amerika Serikat setelah bekerja di perawatan rumah sakit selama bertahun-tahun.
Dia juga mendirikan sebuah organisasi bernama International End of Life Doula Association yang melatih dan memberikan sertifikasi pada pendamping kematian.
"Ada penolakah untuk menerima gagasan bahwa hidup itu terbatas dan kita semua harus mati," kata Fersko-Weiss.
"Tetapi, tidak peduli seberapa besar kita takut, bersembunyi di balik naluri kita yang terprogram secara evolusi untuk melawannya, kita semua secara organik dibangun untuk mati," tambah Fersko-Weiss.
Fersko Weiss mengatakan, kebanyakan orang menyesali tentang ucapan kasar maupun komentar keras yang mereka katakan di saat sedang marah.
"Jika seseorang telah membiarkan sesuatu yang keras, jahat, atau jengkel dikeluarkan karena beban besar untuk menyelesaikan masalah pada seseorang, mereka sangat menyesal," kata Fersko- Weiss.
Namun, tidak mengatakan apa pun juga bisa membebani Anda.
"Jika ada hal-hal yang tidak mereka katakan yang seharusnya dikeluarkan, itu juga menghantui seseorang," tambahnya.
"Saya tidak tahu apakah itu memiliki intensitas yang sama dengan yang lain, tetapi itu juga bisa menghantui."
Walaupun begitu, Fersko-Weiss mengatakan bahwa hidup yang baik lebih penting daripada kematian yang penting.
"Kita tidak mengendalikan apa yang terjadi dengan tubuh ketika penyakit datang pada kita," kata Fersko-Weiss.
"Namun, jika kita memiliki kehidupan yang baik, kita bisa melalui proses kematian tidak peduli apa pun yang terjadi secara fisik, dengan lebih banyak rahmat."
Advertisement