Liputan6.com, Jakarta - Puluhan orang dilaporkan meninggal, ratusan lainnya hilang dan banyak rumah hancur pascaletusan gunung berapi di Hawaii dan Guatemala beberapa bulan lalu.
Para ahli mengatakan, letusan demi letusan dan erupsi demi erupsi dari beberapa gunung berapi di dunia mulai terjadi akhir-akhir ini. Dua gunung tersebut, Gunung Kilauea dan Gunung Fuego, bukanlah gunung berapi paling mematikan di dunia.
Baca Juga
Ketika menilai berbahaya atau tidaknya sebuah gunung berapi, para ilmuwan melihat beberapa faktor, antara lain kepadatan penduduk di sekitar gunung, jenis magma yang muncul selama letusan dan sejarah letusan gunung tersebut.
Advertisement
Sebagai contoh, letusan gunung berapi eksplosif di daerah terpencil tidak sama berbahayanya dengan di daerah padat penduduk yang membutuhkan evakuasi massal.
"Konten magma adalah salah satu cara untuk menilai tingkat bahaya dari sebuah gunung berapi," menurut Stanley Mertzman, seorang profesor ilmu geologi dari Franklin & Marshall College di Lancaster, Inggris.
Mertzman menambaahkan, para ahli akan meneliti tingkat silika, senyawa pembentuk batu yang mempengaruhi ketebalan lava dan bentuk keseluruhan gunung berapi, untuk mengetahui seberapa berbahayanya gunung berapi.
Silika cenderung mengkristal di dalam lava, sehingga meningkatkan viskositasnya. Kemudian menciptakan magma tebal yang dapat membuat gunung berapi meletus lebih dahsyat.
"Tingkat bahaya dari sebuah gununng berapi meningkat seiring dengan naiknya konten silika," kata Mertzman yang dikutip dari TIME, Rabu (22/8/2018).
"Semakin tinggi kandungan silikanya, maka semakin besar viskositas. Magma menjadi lebih lengket, lebih tebal, lebih sulit untuk bercampur."
Kenaikan tingkat silika dalam magma juga membuka jalan bagi aliran piroklastik: campuran lava, abu, gas dan batu yang bergerak cepat saat letusan terjadi. Inilah yang dialami oleh Gunung Fuego di Guatemala, di mana sekitar 75 orang dilaporkan tewas.
Tapi sesungguhnya, wilayah yang terdapat gunung berapi paling mematikan di dunia ada di Indonesia, Filipina, Jepang, Italia, Alaska dan Amerika Serikat.
Di bawah ini adalah contoh yang dimaksud, berdasarkan sejarah, kepadatan populasi dan jenis magma.
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
1. Gunung Vesuvius, Italia
Gunung Vesuvius di Italia menjadi "sosok" yang mengancam sejak meletus pada tahun 79 Masehi, mengubur seluruh Kota Pompeii dan segala sesuatu yang berada di sana. Kota ini pun hilang selama 1.600 tahun, sebelum akhirnya ditemukan kembali secara tidak sengaja.
Selama 17.000 tahun terakhir, gunung berapi ini telah mengalami delapan kali letusan eksplosif yang diikuti oleh aliran piroklastik besar, menurut data Smithsonian Institute / USGS Global Volcanic Program.
Semeentara itu, letusan terakhir Gunung Vesuvius terjadi pada tahun 1944.
Pemerintah Italia mengaku telah memiliki beberapa rencana untuk mengevakuasi warganya jika letusan serupa terjadi di masa depan.
Sementara itu, sedikitnya enam juta orang tinggal di sekitar Gunung Vesuvius.
Advertisement
2. Gunung Rainier, Amerika Serikat
Ada beberapa faktor yang membuat Gunung Rainier di Washington D.C., Amerika Serikat menjadi salah satu gunung berapi paling berbahaya di dunia.
USGS menggaris bawahi ketinggian gunung, komposisi kimia, kedekatan dengan desa di Seattle dan Tacoma, serta kemampuan gunung dalam menghasilkan aliran piroklastik yang intens.
Panas dari aliran lava Gunung Rainier berpotensi mencairkan salju dan es yang menyelimuti puncak hingga badan gunung dan menyebabkan aliran lahar yang dahsyat.
Lahar tersebut adalah risiko terbesar yang ditimbulkan oleh letusan di Gunung Rainier, menurut USGS.
Lebih dari dua juta orang akan terkena dampak letusan, menurut Global Volcanism Program.
3. Gunung Novarupta, Alaska
Terletak di Katmai National Park and Preserve, Alaska, Gunung Novarupta terbentuk pada tahun 1912 melalui letusan terbesar pada Abad ke-20.
Abu dan material gunung bahkan dilaporkan setebal 30 kilometer kubik, membumbung tinggi di udara, menutupi langit Alaska dan sekitarnya.
Dari letusan tersebut muncul aliran abu yang kuat dan membentuk Valley of Ten Thousand Smokes atau Lembah Sepuluh Ribu Asap. Meski wilayah di sekitar Gunung Novarupta tidak padat penduduk, namun letusan tahun 1912 itu menciptakan hujan abu sulfur di Alaska selatan dan sebagian Kanada.
Setelah tiga hari, orang-orang di dekat Kodiak menderita sakit mata dan gangguan pernapasan, menurut USGS.
Lebih dari puluhan gunung berapi aktif berada di bawah pengawasan ahli vulkanologi di Katmai, sebagai upaya untuk melindungi masyarakat dari bencana alam.
Advertisement
4. Gunung Pinatubo, Filipina
Gunung Pinatubo, terletak di wilayah Filipina yang berpenduduk padat. Gunung berapi ini menjadi terkenal setelah letusan besar pada tahun 1991 --letusan terbesar kedua abad kedua puluh setelah Gunung Novarupta. Meski gunung ini tidak memiliki sejarah letusan eksplosif sebelum erupsi, namun peristiwa tahun 1991 telah menewaskan sedikitnya 722 orang karena terdampak aliran piroklastik.
Selain itu, aliran piroklastik ini juga membentuk kaldera di tengah gunung berapi --yang kini menjadi danau indah.
Sekarang, lebih dari 21 juta orang tinggal dalam radius 100 kilometer (sekitar 62 mil) dari Gunung Pinatubo, menurut Global Volcanism Program.
5. Gunung St. Helens, Amerika Serikat
Letusan Gunung St. Helens di Washington D.C., Amerika Serikat pada tahun 1980 adalah peristiwa vulkanik paling mematikan dan paling merusak alam dalam sejarah Negeri Paman Sam.
Sebanyak 57 orang tewas, bersama dengan ribuan hewan dan sekitar 200 mil persegi kawasan hutan di lereng gunung hancur.
Menurut USGS, sejarah letusan eksplosif Gunung St. Helens menunjukkan bahwa letusan susulan akan terjadi di beberapa tahun mendatang, yang memuntahkan abu dan menjatuhkannya di Pacific Northwest.
Kini, Gunung St. Helens sedang diawasi secara ketat.
Advertisement
6. Gunung Agung, Indonesia
Gunung Agung --yang kini erupsi terus menerus-- meletus dengan dahsyatnya pada tahun 1963. Ini adalah salah satu letusan terhebat dalam sejarah Indonesia.
Dampak dari letusan itu berlangsung selama 11 bulan, menghasilkan hujan abu tebal dan aliran piroklastik yang menyebabkan lebih dari 1.000 kematian serta rusaknya bangungan.
Kepulan asap yang sekarang kerap muncul di atas gunung sedang diamati terus menerus sepanjang 2018, menyusul letusan pada bulan November 2017.
Gunung Agung yang berada di Bali ini dikelilingi oleh populasi sekitar empat juta orang, menurut Global Volcanism Program.
7. Gunung Fuji, Jepang
Gunung berapi yang menjadi ikon Negeri Sakura, Gunung Fuji, pernah meletus pada tahun 1707, ketika gempa bumi besar membangunkannya dari tidur panjang, menurut laporan dari program Volcano World, Oregon State University.
Pada tahun 2014, para ahli memperingatkan bahwa Gunung Fuji berisiko erupsi lagi, usai gempa berkekuatan 9,0 SR mengguncang Jepang pada 2011.
Menurut para peneliti, gempa ini meningkatkan tekanan di bawah Gunung Fuji.
Letusan tahun 1707 menembakkan abu dan material vulkanik ke udara, bahkan mencapai Tokyo.
Jika Fuji meletus lagi, lebih dari 25 juta orang di daerah sekitarnya bisa terdampak, menurut Global Volcanism Program.
Advertisement
8. Gunung Merapi, Indonesia
Salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia, Gunung Merapi, terus menerus erupsi selama berabad-abad. Menurut NASA, dampak terbesarnya adalah aliran piroklastik yang dapat menyebar ke wilayah yang lebih luas dan mengancam nyawa orang.
Gunung Merapi terakhir meletus pada 11 Mei, membumbungkan asap tebal ke udara. Pemerintah setempat bergegas mengevakuasi warga dari radius berbahaya.
Lebih dari 24 juta orang tinggal di daerah sekitar Gunung Merapi, menurut catatan Global Volcanism Program.