Sukses

Riset: Bertengkar dengan Saudara Kandung Justru Bermanfaat, Ini Penjelasannya

Menurut riset, saudara kandung yang saling bertengkar saat kanak-kanak berpeluang memiliki masa depan dan sikap yang positif. Ini penjelasannya.

Liputan6.com, Cambridge - Bisa jadi adalah mimpi buruk bagi setiap orang tua ketika melihat anak-anaknya saling bertengkar tidak terkendali, sebelum akhirnya, pukulan dilemparkan dan air mata keluar.

Tapi mungkin itu adalah berkah tersembunyi, setidaknya menurut penelitian baru oleh The University Of Cambridge, Inggris, yang telah menemukan bahwa persaingan dan pertengkaran yang 'wajar dan sehat' antar saudara kandung di masa kecil sebenarnya baik untuk masa depan mereka.

"Semakin banyak saudara kandung yang agresif, dan semakin banyak mereka berdebat, berarti semakin mereka mempelajari situasi kompleks tentang komunikasi dan seluk-beluk bahasa," kata Dr Claire Hughes, psikolog sekaligus penulis buku Social Understanding and Social Lives.

Dikutip dari Menshealth.com pada Minggu (26/8/2018), temuan itu adalah hasil dari studi lima tahun tentang interaksi saudara kandung oleh Pusat Penelitian Keluarga pada The University of Cambridge.

Laporan itu menunjukkan bahwa anak-anak dapat meningkatkan keterampilan verbal mereka sambil belajar menyelesaikan perbedaan lewat bertengkar.

Selama penyelidikan, subjek anak menjalani pengamatan video, berinteraksi dengan orang tua, saudara, teman dan orang asing.

Peneliti kemudian menanyai orang tua dan guru mereka serta anak-anak itu sendiri. Akhirnya mereka menggunakan tes bakat untuk menentukan bahasa mereka, keterampilan perencanaan, memori kerja dan kontrol penghambatan.

"Salah satu alasan utama untuk ini tampaknya adalah bahwa saudara kandung adalah sekutu alami. Mereka sering berada pada gelombang yang sama, dan mereka cenderung terlibat dalam semacam permainan berura-pura, yang membantu anak-anak mengembangkan kesadaran akan keadaan mental," tulis studi tersebut.

"Semakin anak-anak saling kesal, semakin banyak mereka belajar tentang mengatur emosi dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi emosi orang lain," lanjut Dr Hughes.

Bertengkar Tetap Berisiko

Namun, jika anak-anak bertengkar kian tidak terkendali, maka muncul risiko membuat si anak mengembangkan kemampuan sosial yang buruk di masa depan.

"Tentu saja, jika persaingan antar saudara berada di luar kendali, itu bisa sangat negatif. Kekerasan terus-menerus adalah prediktor kuat bahwa anak yang agresif akan menggertak teman sebaya mereka," lanjutnya.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Gim Dukung Perkembangan Empati Anak

Sementara itu, sebuah temuan ilmiah terbaru menunjukkan anak-anak yang memainkan gim khusus --yang dirancang untuk melatih empati dalam dua mingg-- menunjukkan konektivitas lebih besar di jaringan otak, yang terkait dengan penentuan perspektif.

Beberapa juga menunjukkan perubahan jaringan saraf yang umumnya terkait dengan regulasi emosi. Menurut para peneliti, sebagaimana dikutip dari Independent.co.uk, keterampilan ini penting bagi kelompok usia yang mulai berkembang.

"Kesadaran bahwa keterampilan ini sebenarnya dapat dilatih dengan video gim adalah penting, karena mereka adalah prediktor kesejahteraan emosional dan kesehatan sepanjang hidup, dan dapat dipraktikkan kapan saja, dengan atau tanpa video gim," kata penulis utama Tammi Kral, mahasiswa pascasarjana di Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science of Learning ini menjelaskan, empati adalah langkah pertama dalam urutan yang bisa mengarah pada perilaku pro-sosial seperti membantu orang yang membutuhkan.

"Jika kita tidak dapat berempati dengan kesulitan atau masalah orang lain, motivasi untuk membantu tidak akan muncul," ujar Profesor di universitas tersebut, Richard Davidson.