Liputan6.com, Beijing - China telah mulai membangun kamp pelatihan militer di Afghanistan, di wilayah celah sempit (salient) dekat perbatasan kedua negara. Proyek itu, yang didanai sepenuhnya oleh Beijing, ditujukan untuk membantu tetangganya itu meningkatkan upaya perlawanan terhadap terorisme dan mencegah agar pengaruh paham tersebut tak merambah ke dalam negeri, kata narasumber anonim yang dekat dengan militer China.
Setelah kamp selesai, Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) kemungkinan akan mengirim satu batalion berjumlah 500 personel militer ke Koridor Wakhan yang terisolasi di Afghanistan, salah satu sumber yang akrab dengan masalah tersebut mengatakan kepada The South China Morning Post, dilansir Rabu (29/8/2018).
Ini akan menjadi pertama kalinya dalam sejarah modern bahwa China telah memiliki kehadiran secara militer di Afghanistan.
Advertisement
"Konstruksi pangkalan telah dimulai, dan China akan mengirim setidaknya satu batalion pasukan, bersama dengan senjata dan peralatan, untuk ditempatkan di sana dan memberikan pelatihan kepada rekan-rekan Afghanistan mereka," kata salah satu sumber.
Dia mengatakan bahwa tidak jelas kapan PLA berencana membuka pangkalan itu, yang dianggap sebagai "proyek mahal tapi bermanfaat".
Koridor Wakhan adalah jalur daratan sempit yang tidak ramah dan hampir tidak dapat diakses, yang membentang sekitar 350 km dari provinsi Badakhshan di Afghanistan utara ke wilayah otonomi khusus Xinjiang di China -- rumah bagi komunitas muslim terbesar di Tiongkok, yakni Uighur.
Baca Juga
Tetapi negara Asia Tengah yang dilanda perang menahun itu telah menjadi semakin penting untuk keamanan China sendiri, seiring inisiasi "Belt and Road" atau Jalur Sutera Baru yang digagas Presiden Xi Jinping.
Song Zhongping, seorang analis militer di Hong Kong, mengatakan kamp baru tersebut akan menguntungkan militer China dan rekan-rekannya di Afghanistan.
"Fungsi utama dari basis pelatihan adalah untuk memperkuat kerja sama anti-terorisme dan pertukaran militer antara Beijing dan Kabul, yang juga merupakan bagian dari upaya mereka untuk menghentikan separatis dari Xinjiang yang menyusup," kata Song, seorang komentator militer untuk Phoenix Television.
"Afghanistan sangat lemah dalam kontraterorisme, dan pihak berwenang di sana mengkhawatirkan kebangkitan Taliban, tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa tanpa bantuan dari AS, China, dan negara lain."
Song menambahkan bahwa China dan Afghanistan telah sepakat untuk bekerja sama untuk memerangi terorisme karena kekhawatiran tentang Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM) bergabung dengan Taliban.
Beijing telah menyalahkan ETIM -- kelompok separatis yang didirikan oleh militan Uighur -- atas serangan dengan kekerasan di Xinjiang.
Â
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Â
Simak video pilihan berikut:
Untuk Lawan Separatisme, Terorisme dan Ekstremisme
China mendirikan pangkalan militer luar negerinya yang pertama tahun lalu di Djibouti, sebuah fasilitas yang disebut Beijing sebagai pos logistik militer untuk memasok kapal-kapal Tiongkok dalam misi perdamaian dan kemanusiaan di Samudra Hindia.
Namun, para narasumber tersebut mengatakan, pangkalan militer China di Afghanistan akan memiliki peran yang berbeda dengan yang di Djibouti. Karena, kamp pelatihan teranyar itu terletak dekat dengan Xinjiang, yang dianggap Beijing sebagai sumber utama dari separatisme, terorisme dan ekstremisme --dan telah memicu serangkaian serangan kekerasan di wilayah tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Berdirinya kamp baru itu sempat tercium pada awal tahun ini, setelah kantor berita Rusia Ferghana News melaporkan pada Januari bahwa Beijing akan membiayai pangkalan militer baru di Badakhshan setelah menteri pertahanan dari kedua negara sepakat tahun lalu untuk bekerja sama memerangi terorisme, mengutip Jenderal Davlat Vaziri dari kementerian pertahanan Afghanistan.
Pada saat itu, kementerian pertahanan China membantah bahwa mereka memiliki rencana untuk membangun "pangkalan militer" di Afghanistan, tetapi mengatakan Beijing telah memberikan bantuan dan dukungan kepada tetangganya sebagai bagian dari upaya kerja sama keamanan, termasuk operasi kontraterorisme.
Ahli militer yang berbasis di Beijing, Li Jie mengatakan bahwa China telah meningkatkan tindakan anti-terorismenya, tetapi itu juga diperlukan untuk bekerja dengan negara-negara lain di Asia Tengah dan Timur Tengah.
"Jika mereka akan melenyapkan separatisme, terorisme dan ekstremisme (di Xinjiang), maka mereka harus pergi ke sumber utama kekuasaan mereka dan menjatuhkan mereka," kata Li Jie.
"Tapi karena PLA tidak akrab dengan medan dan dengan kehidupan di Afghanistan, kerja sama bilateral adalah cara terbaik untuk mendapatkan hasil yang menguntungkan kedua pihak."
Afghanistan sendiri telah menjadi anggota pengamat dari blok keamanan regional yang dipimpin Tiongkok, Shanghai Cooperation Organization (SCO) sejak 2012, di samping menerima banyak bantuan pendanaan dan kerja sama militer dari Beijing selama beberapa tahun terakhir.
China juga telah memberikan lebih dari US$ 70 juta dalam bentuk bantuan militer ke Afghanistan dalam tiga tahun terakhir, peneliti Ahmad Bilal Khalil, dari Centre for Strategic and Regional Studies di Kabul, mengatakan pada bulan Februari. Dia menambahkan bahwa alasan diberikannya bantuan itu adalah karena Beijing khawatir ketidakstabilan di negara tetangga dapat mengancam kepentingan ekonominya yang tumbuh di seluruh kawasan.
Li Wei, seorang spesialis kontraterorisme di China Institutes of Contemporary International Relations, juga mengatakan bahwa selain memberikan dukungan militer, Beijing juga telah meningkatkan kerja sama ekonomi dengan Afghanistan, yang kaya akan sumber daya alam, dengan lebih dari 1.400 deposit mineral.
Advertisement