Sukses

Polisi dan Kelompok Anti-Imigran Dicurigai 'Kongkalikong' Memicu Kerusuhan Jerman

Polisi dan kelompok sayap kanan dituding saling tahu tentang penyebab kerusuhan berlatar isu imigran di Jerman.

Liputan6.com, Chemnitz - Bocornya surat perintah penangkapan kepada kelompok sayap kanan disebut meningkatkan kecurigaan meluas tentang hubungan antara polisi Jerman dan demonstran xenofobia (anti-imigran).

Pihak berwenang telah mengkonfirmasi laporan kebocoran setelah surat perintah penangkapan --yang berisi nama lengkap tersangka utama dalam pembunuhan seorang pria berusia 35 tahun, yang memicu protes anti-imigran di kota Chemnitz-- diunggah ke media sosial oleh Lutz Bachmann, anggota pendiri kelompok sayap kanan, Pegida.

Dikutip dari The Guardian pada Kamis (30/8/2018), bocoran surat penangkapan itu merujuk pada seorang pria asal Iral berusia 22 tahun, yang namanya disamarkan.

Polisi di Chemnitz dikabarkan kewalahan mengatasi kerusuhan karena tidak cukup siap terhadap aksi protes balasan oleh sayap kanan pada Minggu 26 Agustus, menyusul penusukan terhadap Daniel H --warga negara Jerman-- yang nama keluarganya belum dirilis ke publik.

Keputusan penundaan tersebut adalah untuk menghindari ledakan protes lebih besar, di mana penelusuran terhadap nama keluarga bisa menguak asal-usul korban penusukan, yang diyakini kuat mengandung sentimen terhadap isu xenofobia.

Demonstrasi besar-besaran selama selama dua hari itu diikuti oleh sekitar 6.000 orang, termasuk di dalamnya 1.500 orang pro-sayap kanan yang anti-imigran, dengan dengan cepat berubah menjadi aksi kekerasan yang tidak terkendali.

Banyak pihak sayap kanan Jerman memburu orang-orang asing di jalanan, seraya beberapa di antaranya berteriak: "Untuk setiap orang Jerman yang gugur, orang asing harus enyah!"

Teriakan yang terkesan patriotik itu disebut mengingatkan pada adegan semitisme di era NAZI.

Seorang juru bicara polisi mengkonfirmasi keaslian surat perintah penangkapan kepada media Jerman. "Dokumen itu benar adanya," katanya. "Kami telah mendorong penyelidikan yudisial ... mengenai pelanggaran rahasia resmi."

Foto surat perintah penangkapan dengan cepat beredar secara online, khususnya melalui grup WhatsApp dari gerakan sayap kanan Pro Chemnitz, yang terlibat dalam demonstrasi awal pada hari Minggu.

Martin Dulig, wakil perdana menteri negara bagian Saxony, menyebut kebocoran itu memalukan. "Untuk mendengar bahwa surat perintah penangkapan mungkin dibocorkan oleh polisi ke lingkaran ekstrimis kanan, berarti bahwa kita memiliki masalah besar untuk ditangani," kata politisi Partai Sosial Demokratik.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Tudingan Terhadap Polisi

Pekan lalu, polisi dituduh membela demonstran Pegida --sayap kanan-- setelah secara sepihak menghalang-halangi tim peliput dari kantor berita nasional Jerman ZDF, merekam demonstrasi di Dresden selama 45 menit.

Selain itu, polisi juga dituduh berbohong atas klaim 'meremehkan' jumlah massa yang akan menghadiri demonstrasi Chemnitz.

Selain itu, pada Rabu 29 Agustus, polisi juga dituding telah mengetahui rencana protes tandingan oleh kelompok sayap kanan, yang di dalamnya disusupi oleh pendukung Neo-NAZI, pendukung klub sepak bola, hingga para penggiat bela diri.

Adapun ketika demonstrasi pecah, dan semakin terkendali, polisi setempat hanya mengerahkan tidak lebih dari 591 perwira, di mana kemudian dituding mengesankan bahwa aksi protes tersebut berada di luar kendali.

Saat ini kondisi kota Chemnitz telah berangsung-angsur kondusif sejak Selasa 28 Agustus. Tetapi, perdana menteri negara bagian Saxony, Michael Krestchmer, mengatakan bahwa ada kemungkinan para demonstran membangun momentum untuk kembali melancarkan aksi protes.

Meski begitu, Krestchmer memastikan pasukan keamanan akan bersiaga penuh untuk menghadapi kemungkinan demonstrasi lanjutan di Chemnitz.