Liputan6.com, London - Mary Ann 'Polly' Nichols menjadi koban pertama pembunuhan berantai yang dilakukan Jack the Ripper. Kali terakhir perempuan tersebut terlihat dalam kondisi hidup pada 31 Agustus 1888 sekitar pukul 2.30 dini hari. Kala itu, ia berdiri di pojokan gelap antara Osborn Street dan Whitechapel Road.
Sejam kemudian ia ditemukan tewas. Jasadnya ditemukan oleh kusir kereta kuda, Charles Allen Lechmere. Roknya terangkat ke atas, ada sejumlah luka sayatan pisau di tubuh perempuan itu. Sejumlah organ dalamnya termutilasi.
Advertisement
Baca Juga
Di Inggris era Victoria, wilayah East End di London dipenuhi permukiman kumuh yang dihuni hampir sejuta warga termiskin di kota tersebut. Sejumlah perempuan terpaksa menjadi pekerja seks komersial. Kala itu diperkirakan ada 1.000 PSK di Whitechapel. Mary Ann 'Polly' Nichols adalah salah satunya.
Dan ternyata, ia bukan PSK satu-satunya yang jadi korban. Pada 8 September, jasad kedua ditemukan. Namanya Annie Chapman.
Sementara pada 30 September, dua pekerja seks komersial lain, Liz Stride dan Kate Eddowes ditemukan tak bernyawa.
Seperti dikutip dari History.com, Kamis (30/8/2018), Kepolisian London atau Scotland Yard menemukan pola pembunuhan berantai yang menargetkan para PSK itu. Mula-mula, pembunuh diduga menawarkan imbalan uang untuk layanan seksual, mengajak korbannya ke jalan atau lokasi yang sepi, lalu mengiris lehernya.
Saat korbannya kehilangan banyak darah, pelaku kemudian menyerangnya dengan pisau sepanjang 6 inchi atau 15 cm.
Namun, polisi saat itu tak dibekali teknik-teknik forensik seperti saat ini, misalnya penentuan sidik jadi dan golongan darah. Aparat pun tak punya petunjuk yang mengarah ke pelaku.
Sementara itu, lusinan surat yang diduga ditulis oleh pelakunya dikirim ke polisi. Namun, kebanyakan terbukti palsu belaka.
Meski demikian, ada dua surat yang ditulis orang yang sama. Isinya merinci soal kejahatan yang konon dilakukannya, termasuk sejumlah temuan yang hanya diketahui polisi dan pelaku.
Pengirim menyebut dirinya Jack the Ripper -- yang kemudian menjadi julukan populer bagi pembunuh berantai itu.
Salah satu surat bercap pos tanggal 15 Oktober 1888 diterima oleh George Lusk, yang saat itu menjabat sebagai ketua Whitechapel Vigilance Committee -- kelompok relawan lokal yang berpatroli di Distrik Whitechapel, London, pasca-pembunuhan berantai pada tahun itu. Pengirimnya mengaku sebagai "Jack the Ripper" alias alias 'Jack sang Pencabik' si pembunuh berantai.
Itu bukan surat biasa. Juga disertakan setengah potong ginjal manusia yang diawetkan dengan etanol.
Tulisan yang ada di dalamnya awut-awutan. Penuh salah eja, seakan ditulis orang berpendidikan rendah. Jika benar ini tulisan Jack the Ripper, muncul perdebatan apakah kekeliruan tersebut nyata atau disengaja.
Pada 7 November 1888, sebulan setelah tak beraksi, Jack menghabisi korban kelima sekaligus yang terakhir, PSK kelahiran Irlandia, Mary Kelly.
Dari semua korban, Kelly adalah yang paling termutilasi. Meski demikian pada 1892, karena tak ada petunjuk dan tak ada pembunuhan lain yang tercatat, kasus Jack the Ripper ditutup.
Korbannya yang teridentifikasi 'hanya' 5 orang, namun ia diyakini menghabisi lebih dari 100 orang.
Hilangnya organ-organ dalam dari tiga korban Jack the Ripper memunculkan dugaan bahwa pelaku memiliki pengetahuan anatomi atau bedah.
Â
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Misteri Identitas Jack the Ripper
Hingga kini, siapa sosok asli di balik Jack the Ripper masih misterius. Setidaknya ada enam orang yang jadi terduga.
Mereka adalah, pelaut berkebangsaan Jerman bernama Carl Feigenbaum; pengacara lulusan Oxford, Montague John Druitt; pelukis aliran impresionis, Walter Sickert; Robert Mann, seorang pegawai di rumah duka di Whitechapel; perempuan bernama Mary Pearcey yang berjuluk 'Jill the Ripper'; hingga Pangeran Albert Victor, putra Raja Edward VII sekaligus cucu Ratu Victoria.
Pada 2014, sampel darah yang ditemukan pada selendang milik salah satu korban konon mengarah dugaan soal sosok di balik Jack the Ripper, yakni seorang imigran Yahudi-Polandia berusia 23 tahun yang bernama Aaron Kosminski.
Sang detektif, Russel Edwards mengatakan selendang yang masih berlumuran darah korban itu dibelinya pada 2007, dari sebuah pelelangan di Bury St Edmunds, Suffolk.
Edwards kemudian melakukan tes DNA yang kemudian membawanya ke identitas sang pembunuh. "Aku punya satu-satunya alat bukti forensik sepanjang sejarah kasus ini. Aku menghabiskan 14 tahun menyelidikinya dan telah memecahkan misteri Jack the Ripper itu," kata dia seperti dikutip dari The Guardian, Senin (8/9/2014).
"Hanya orang yang tak mau percaya yang ingin terus melestarikan mitosnya, ragu bahwa fakta bisa terkuak. Tapi sekarang, aku telah membuka kedoknya," lanjutnya.
Jack the Ripper membunuh sedikitnya lima perempuan, memotong leher mereka, mengambil beberapa organ dalam, dan membuang tubuhnya di lorong-lorong Whitechapel, Inggris.
Edwards, detektif asal Barnet, London Utara telah lama 'terpesona' dengan misteri pembunuhan ini, dan bertekad menguak teka-teki kasus itu.
Ia menceritakan selendang yang dibelinya itu merupakan milik Catherine Eddowes, korban The Ripper. Edwards kemudian meminta bantuan seorang ahli biologi molekuluer, Jari Louhelainen untuk mengidentifikasi DNA korban dan sang pembunuh.
"Saya meminta bantuan Louhelainen dan kami menyelidikinya selama 3,5 tahun. Dan ketika kami menemukan kebenaran itu. Bagi kami, itu adalah momentum paling menakjubkan," detektif berusia 48 tahun itu.
Edwards mengatakan temuannya yang dihasilkan 126 tahun setelah pembunuhan yang menggegerkan Inggris membuktikan tanpa keraguan bahwa Kosminski -- salah satu dari enam tersangka utama polisi kala itu -- adalah si pembunuh legendaris.
Edwars mengaku mendapatkan inspirasi setelah menonton film yang dibintangi Johnny Depp, "From Hell" -- yang menceritakan tentang pembunuhan yang dilakukan Ripper, mengatakan polisi saat itu telah mengidentifikasi Kosminski sebagai tersangka, tetapi tidak pernah memiliki cukup bukti untuk membawanya ke pengadilan .
Kosminski adalah seorang imigran Yahudi-Polandia yang, melarikan diri dari eksekusi Rusia -- yang saat itu menguasai negerinya. Ia datang bersama keluarganya di Inggris pada 1881 dan tinggal di Mile End Old Town.
Dia menjadi penghuni rumah sakit jiwa -- tempat meninggal pada 1899 akibat gangren di kakinya.
Meskipun begitu, sejumlah ahli meragukan klaim Edwards.
Sejumlah pihak menyebut, sosok di balik penjahat legendaris 'Jack the Ripper' adalah anggota Freemason, Michael Maybrick.
Dugaan itu berdasarkan tanda yang tertinggal dalam salah satu jasad korban Jack the Ripper, mistar dan jangka. Lambang Freemason.
Â
Selain pembunuhan pertama Jack the Ripper, sejumlah peristiwa bersejarah terjadi pada 31 Agustus. Pada 1957, Malaysia merdeka dari Inggris, sementara Kirgizstan merdeka dari Uni Soviet pada 1991
Dan, tanggal 31 Agustus 1997 menjadi hari terakhir bagi Putri Diana, Princess of Wales. Lady Di tewas dalam sebuah mobil di Paris.Â
Advertisement