Sukses

Saling Adu Pengaruh, Jepang Berusaha Menjegal China di Sri Lanka?

Melihat pertumbuhan pengaruh China yang kian menguat di Samudera Hindia, Jepang berusaha menjegal dengan membuat kesepakatan dengan Sri Lanka.

Liputan6.com, Tokyo - Pemerintah Jepang disebut kian serius mencegah dominasi pengaruh China di kawasan perairan Samudera Hindia.

Pekan lalu, Tokyo mengirimkan dua kapal patroli penjaga pantai ke Sri Lanka. Kapal itu, mennurut laporan Channel News Asia, membutuhkan biaya operasional hingga lebih dari US$ 11 juta, atau setara Rp 162 miliar.

Dikutip dari Forbes.com pada Jumat (31/8/2018), Samudera Hindia telah lama dikenal sebagai jalur pelayaran strategis, yang memfasilitasi perdagangan antara Asia, Timur Tengah, dan Afrika.

Perhatian dunia terhadap perairan ini semakin intens dalam beberapa tahun terakhir, menyusul pengaruh China yang terus tumbuh di sana. Oleh banyak pengamat, Negeri Tirai Bambu disebut sebagai pesaing utama perdagangan ekonomi Asia, dan juga menjadi tantangan bagi Amerika Serikat serta Uni Eropa.

Namun, upaya agresif Tiongkok untuk mengendalikan perdagangan di Laut China Selatan dan Samudra Hindia telah mulai memicu kemarahan Jepang dan sekutunya di India.

Kedua negara melakukan latihan angkatan laut bersama di Malabar, di Teluk Benggala, tahun lalu. Mereka kemudian datang bersama-sama untuk mengusulkan gagasan "Koridor Pertumbuhan Asia Afrika" (AAGC) sebagai alternatif untuk inisiatif Belt and Road (B & R) yang didorong oleh China.

Sekarang, Jepang dikabarkan tertarik untuk bantu meningkatkan kekuatan pertahanan Sri Lanka. Menurut para pengamat, sikap ini dinilai lebih cenderung simbolik, daripada substansial, dan mungkin terbukti sedikit terlambat dalam menanggapi isu persaingan pengaruh tersebut.

"Selain terlambat, Jepang tidak memiliki sumber daya ekonomi untuk mengejar Chin. Ekonominya hanyut di rawa utang dan stagnasi," kata Stathis Giannikos, direktur jenderal lembaga pemerhati ekonomi global Pushkin Institute.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Ekspansi China di Sri Lanka

China memulai ekspansi di Sri Lanka pada 2007 ketika Beijing menawarkan Presiden Rajapaksa dukungan diplomatik dan militer yang diperlukan untuk melenyapkan pemberontakan Macan Tamil.

Bantuan tersebut diikuti oleh pemberian pinjaman berbunga tinggi dan proyek-proyek konstruksi besar, yang membuat Sri Lanka sangat berutang kepada China.

Utang Sri Lanka mencapai 77,60 persen dari total pendapat bruto negara itu pada 2017. Persentase tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata rasio utang 69,69 persen, yang dimiliki negara itu antara 1950 dan 2017, menurut TradingEconomics.

Langkah Jepang dilakukan setahun setelah CM Port --perusahaan pelabuhan terbesar di China-- mengeluarkan investasi senilai US$ 584 juta (sektar Rp 8.6 triliun) ke Sri Lanka, sebagai salah satu bagian dari kesepakatan US$ 1,12 miliar untuk mengoperasikan pelabuhan laut dalam Hambantota di negara Samudera Hindia itu.

Perjanjian, yang ditandatangani pada Juli 2017, memungkinkan CM Port untuk mengoperasikan pelabuhan tersebut di bawah ketentuan sewa 99 tahun.

Hal itu menguntungkan Beijing, karena meskipun berbentuk layaknya "pengganti beban utang", namun faktanya hal tersebut memuluskan jalan Negeri Tirai Bambu dalam mewujudkan proyek ambisius One Belt One Road.