Liputan6.com, Kairo - Salah satu desa tertua yang diketahui berada di Delta Nil dan berasal dari zaman Neolitikum, telah ditemukan di Mesir baru-baru ini.
Kepala arkeolog Frederic Gio mengatakan bahwa misi bersama Mesir dan Perancis berhasil menemukan silo berisi tulang dan makanan hewan, serta alat tembikar dan batu, di area Tell al-Samara yang subur, di provinsi utara El-Dakahlia, sekitar 144,8 km sebelah utara Kairo.
Temuan tersebut juga berhasil menyingkap tempat tinggal manusia dari periode 5.000 SM --sekitar 2.500 tahun sebelum piramida Giza dibangun pada masa firaun, jelas Kementerian Warisan Sejarah dan Budaya Antik Mesir, seperti dilansir dari The Independent, Senin (3/9/2018).
Advertisement
"Menganalisis bahan biologis yang telah ditemukan akan memberi kita pandangan yang lebih jelas tentang komunitas pertama yang bermukim di Delta Nil dan asal-usul pertanian dan agrikultur di Mesir," kata Nadia Khedr, pejabat kementerian yang bertanggung jawab atas warisan sejarah dan budaya antik Mesir, Yunani, dan Romawi di kawasan Mediterania.
Baca Juga
Artefak pertanian tadah hujan peninggalan periode Neolitikum mungkin mampu menyajikan petunjuk penting untuk lompatan teknologi yang mengarah ke pertanian berbasis irigasi di sepanjang Sungai Nil.
Dengan memulihkan materi organik dari situs itu, para ilmuwan akan dapat mengumpulkan berbagai data mengenai bagaimana cara masyarakat prasejarah tinggal di delta Sungai Nil.
Mesir telah menggalakkan proyek penemuan arkeologi dalam beberapa tahun terakhir dalam upaya untuk menghidupkan kembali industri pariwisata setelah destabilisasi menyusul pemberontakan Arab Spring 2011.
Awal tahun ini para arkeolog Mesir mengatakan mereka telah menemukan sebuah makam berusia 4.400 tahun di dekat piramida di luar Kairo.
Warisan Sejarah dan Budaya Antik Mesir mengatakan, kemungkinan itu milik seorang pejabat tinggi yang dikenal sebagai Hetpet selama Dinasti Kelima Mesir.
Ini termasuk beragam lukisan dinding yang menggambarkan Hetpet mengamati adegan berburu dan memancing dalam pose yang berbeda-beda.
Â
Simak video pilihan berikut:
Bukan Kutukan, Isi Sarkofagus Misterius di Mesir Ternyata...
Di lain kabar, sebuah sarkofagus granit hitam yang ditemukan di Alexandria, Mesir, pada beberapa bulan lalu telah dibuka. Para arkeolog yang terlibat dalam pembongkaran peti mati raksasa tersebut menuturkan, sarkofagus itu berasal dari tahun 332 Sebelum Masehi, zaman di mana Alexander Agung berhasil menaklukkan wilayah Iskandariyah atau periode Ptolemaic awal.
Ketika penemuan sarkofagus misterius itu diumumkan, ada spekulasi yang menyatakan bahwa di dalamnya terdapat jasad Raja Alexander. Bagi siapa saja yang membuka dan berupaya mencari tahu isinya, maka ia akan terkena kutukan.
Mitos ini tampaknya berhasil dipatahkan oleh para ilmuwan. Dengan berbekal ilmu pengetahuan, mereka masuk ke dalam tanah (5 meter di bawah permukaan laut), tempat di mana sarkofagus itu ditemukan.
Dengan didampingi Kementerian Barang Antik dan Benda Kuno Mesir, tim arkeolog 'terjun' ke liang. Mereka harus mengenakan masker wajah, sebab situs tersebut mengluarkan bau tak sedap yang berasal dari kotoran.
Ketika dibuka, mereka menemukan tiga kerangka manusia yang tertutup limbah. Diduga kerangka tersebut merupakan perwira tentara Mesir kuno pada zaman Firaun, demikian menurut pernyataan kementerian yang dikeluarkan pada 19 Juli dalam bahasa Arab dan dikutip oleh Live Science, Jumat 20 Juli 2018.
Sarkofagus itu dipenuhi limbah cair berwarna kecoklatan dan telah merembes di beberapa titik, sedangkan kerangka manusia yang ada di dalamnya masih dianalisis. Kendati demikian, hasil awal menunjukkan bahwa salah satu kerangka mengalami luka tusukan anak panah.
Tidak ada prasasti atau karya seni yang ditemukan di luar atau di dalam sarkofagus.
"Pun belum diketahui apakah ada artefak lain yang dikubur bersama sarkofagus granit hitam ini," kata seorang peneliti.
Ketika pertama digali pada minggu lalu, sarkofagus tersebut berada di samping patung kepala dari alabaster --batu mineral yang lembut, sering digunakan untuk mengukir dan diproses untuk bubuk plester.
Sarkofagus ini memiliki panjang 2,7 lebar 1,5 meter dan tinggi 1,8 meter dengan berat 27 ton. Benda purbakala tersebut diklaim sebagai yang terbesar yang pernah ditemukan di Aleksandria.
"Selain dibuat dengan granit hitam, sarkofagus juga dilapisi dengan mortar tebal yang menutupi sebagian besar badannya," kata Mostafa Waziri, Sekretaris Jenderal Dewan Tertinggi Kepurbakalaan Mesir.
Mortar itu, lanjut Waziri, menjadi penanda bahwa sarkofagus tidak pernah dibuka setelah dikubur di Alexandria, pelabuhan utama di Mesir dan kota terbesar kedua di negara tersebut.
Sarkofagus itu ditemukan oleh para arkeolog dari Kementerian Barang Antik dan Benda Kuno Mesir yang sedang memeriksa suatu area bawah tanah di distrik Sidi Gaber, sebelum pembangunan terjadi. Para arkeolog sekarang akan mempelajari penemuan tersebut secara mendalam untuk menentukan kapan penghuninya hidup dan bagaimana mereka meninggal.
Pembukaan sarkopagus menciptakan serangkaian misteri baru bagi para ahli. Sebuah tanda tanya besar muncul di benaak mereka: Siapa ketiga orang yang dimakamkan di dalamnya? Kapan tepatnya mereka hidup? Apa yang menyebabkan mereka terbunuh? Mengapa mereka dikubur dalam sarkofagus yang dibuat dari granit hitam? Apa saja yang dikuburkan? Bagaimana limbah cair bisa masuk ke sarkofagus?
Setelah kematian Alexander Agung pada tahun 323 SM, beberapa firaun keturunannya memerintah Mesir selama berabad-abad. Setelah firaun terakhir, Cleopatra VII, bunuh diri pada 30 SM, Kekaisaran Romawi mengambil alih Mesir.
Para firaun ini terlibat dalam berbagai perang dan konflik, dan mungkin saja ketiga kerangka yang ditemukan dalam sarkofagus itu terbunuh dalam salah satu peperangan.
Salah satu kerangka bahkan menunjukkan tanda-tanda luka akibat tertikam busur panah. Besar kemungkinan mereka gugur dalam pertempuran. Meski demikian, usia kerangka tersebut tidak diketahui.
Mengapa tiga kerangka itu dikubur dalam sarkofagus yang begitu besar? Waziri mengatakan bahwa pihaknya pun masih mencari tahu. Di era Mesir kuno, tidak ada sejarahnya sebuah sarkopagus bisa digunakan kembali. Dengan kata lain, jasad mantan penghuninya dibuang dan digantikan penghuni baru.
"Apa yang terjadi dengan sarkofagus ini masih kami selidiki," ungkap Waziri.
Usai dibuka, sarkofagus itu dipindahkan ke Alexandria National Museum untuk konservasi dan studi lebih lanjut.
Advertisement