Liputan6.com, Kabul - Pendiri jaringan Haqqani, salah satu kelompok militan paling efektif dan ditakuti di Afghanistan, dilaporkan meninggal akibat sakit berlarut. Demikian menurut laporan kelompok afiliasi jaringan tersebut, Taliban, pada Senin 3 September 2018.
Jalaluddin Haqqani, meninggal "setelah pertempuran panjang dengan penyakit", Taliban mengatakan dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari CBS News, Selasa (4/9/2018).
Ia memiliki keturunan bernama Sirajuddin Haqqani, yang sekarang memimpin jaringan Haqqani dan juga bertindak sebagai deputi pemimpin Taliban.
Advertisement
Jalaluddin "berasal dari kalangan tokoh jihad terkemuka di era ini", kata Taliban dalam pernyataan yang diposting di Twitter.
Baca Juga
Tidak jelas kapan atau di mana dia meninggal. Pada berbagai waktu dalam beberapa tahun terakhir, ada desas-desus tentang kematiannya.
Selama tahun 1980-an, Haqqani adalah komandan mujahidin Afghanistan yang --dengan bantuan AS dan Pakistan-- memerangi pendudukan Uni Soviet di Afghanistan.
Dia mendapatkan reputasi karena sepak terjak organisasi jaringan Haqqani dan keberaniannya dalam memerangi Soviet, yang kemudian menarik perhatian Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) dan kunjungan pribadi dari anggota Kongres AS Charlie Wilson.
Fasih berbahasa Arab, Jalaluddin juga membina hubungan dekat dengan para figur top militan Arab, termasuk Osama Bin Laden, yang berbondong-bondong datang ke wilayah itu selama perang. Belakangan, Jalaluddin menjadi menteri Afghanistan pada rezim Taliban.
Simak video pilihan berikut:
Jaringan Haqqani Tetap Beroperasi?
Mengingat peran yang sudah dimainkan oleh putranya --yang secara efektif melanjutkan operasi jaringan Haqqani di Afghanistan-- tidak jelas apa arti dari kematian Jalaluddin Haqqani bagi kelompok ekstremis besutannya saat ini.
Jaringan Haqqani telah disalahkan atas berbagai serangan di seluruh Afghanistan sejak invasi AS ke negara itu pada 2001.
Kelompok itu juga diyakini berada di balik banyak serangan baru-baru ini di Kabul --meski klaim atas serangan itu turut diutarakan oleh sayap lokal dari kelompok ISIS.
Selain itu, jaringan Haqqani dicurigai oleh pejabat AS sebagai "tangan" intelijen Pakistan, sejak Laksamana Angkatan Laut AS Mike Mullen mendeskripsikannya demikian pada 2011.
Masuk dalam daftar kelompok teroris oleh AS, jaringan Haqqani dikenal karena intensitasnya pada penggunaan bom bunuh diri dalam serangan teror.
Mereka disalahkan atas bom truk di Kabul pada Mei 2017 yang menewaskan sekitar 150 orang --meskipun Sirajuddin kemudian membantah tuduhan itu dalam pesan audio yang langka.
Jaringan itu juga dituduh telah membunuh para pejabat tinggi Afghanistan dan menahan orang Barat yang diculik untuk tebusan.
Mereka termasuk warga negara Kanada Joshua Boyle, istrinya, Caitlan Coleman, dan tiga anak mereka --semuanya lahir saat kedua orang tuanya masih menjalani penahanan-- yang dibebaskan tahun lalu, serta tentara AS Bowe Bergdahl, yang dibebaskan pada tahun 2014.
Putra Jalaluddin, Sirajuddin, menjalankan kelompok "dengan keterlibatan utama ISI (badan intelijen Pakistan)", kata seorang diplomat asing di Kabul kepada AFP, merujuk pada Dinas Intelijen Pakistan.
"Aku ragu apa pun akan berubah," katanya.
Advertisement