Liputan6.com, Karachi - Hari ini, 32 tahun yang lalu, pesawat maskapai Amerika Serikat dibajak oleh teroris anggota kelompok militan Palestina di Karachi, Pakistan.
Pan Am Penerbangan 73, sebuah pesawat Pan American World Airways Boeing 747-121, dibajak pada 5 September 1986, saat berhenti di Karachi, Pakistan, oleh empat pria bersenjata Palestina dari Organisasi Abu Nidal, demikian seperti dikutip dari India Today, Rabu (5/9/2018).
Dengan 360 orang di dalamnya, pesawat tersebut datang dari Bandar Udara Internasional Sahar di Mumbai, India, dan bersiap untuk berangkat ke Bandar Udara Internasional Jinnah di Karachi menuju Bandar Udara Frankfurt di Frankfurt am Main, Jerman Barat, untuk kemudian meneruskan perjalanan ke Bandar Udara Internasional John F. Kennedy di New York City, Amerika Serikat.
Advertisement
Namun rencana penerbangan gagal total. Terjadi Pembajakan pesawat yang mengakibatkan 20 orang tewas dan sekitar 150 orang terluka.
Baca Juga
Empat orang bersenjata masuk dengan beringas ke dalam pesawat. Dengan mengenakan pakaian petugas bandara, mereka mulai melancarkan aksinya, mengancam para penumpang dan kru pesawat. Senjata api ditembakkan ke penumpang yang jumlahnya mencapai 390 orang, saat malam makin larut.
Tak hanya pistol, para pelaku juga membawa senjata tajam lainnya, termasuk bahan peledak yang membuat penumpang sangat ketakutan. Suasana begitu mencekam.
Sementara itu, kru pesawat buru-buru menghubungi petugas terkait dan mencoba mencari pintu keluar alternatif. Pilot dan beberapa penumpang berhasil keluar dari pesawat dan selamat dari pembajakan.
Mengetahui hal itu, para pelaku semakin beringas. Salah satu pembajak, Zayd Safarini di antaranya berteriak meminta pilot pengganti untuk mengantar mereka ke Cyprus. Tujuan mereka ke negara tersebut untuk menyelamatkan teman yang menjadi tahanan.
"Saat itu, sangat menakutkan. Ketika itu, saya tidak tahu pasti berapa banyak yang tewas dan terluka. Yang pasti ada korban," ujar seorang penumpang yang selamat, David Jodice, seperti dikutip dari BBC.
Safarini si pembajak kemudian mendekati kursi salah satu penumpang, yang merupakan warga California Amerika Serikat keturunan India Rajesh Kumar. Si pembajak menodong pistol ke kepala korban dan mengancam akan membunuhnya jika permintaannya tak dipenuhi.
Beberapa menit menunggu, permintaan pembajak untuk mendapat pilot baru tak juga kunjung dipenuhi. Lantaran tak sabar, Safarini melepaskan peluru pistolnya ke kepala Kumar.
Korban yang terluka parah kemudian dipindahkan secara kasar oleh Safarini. Kumar langsung dilarikan ke rumah sakit. Namun kemudian meninggal.
Penyanderaan belum selesai. Safarini cs terus beraksi. Melontarkan ancaman, bernegosiasi agar permintaannya dikabulkan. Langit mulai gelap. Memasuki malam, energi listrik di pesawat padam. Tak ada lagi pasokan listrik tambahan yang menyebabkan gelap di dalam pesawat.
Para pelaku semakin geram. Senjata api kembali ditembakkan. Mereka juga mengeluarkan granat ke arah para penumpang. Korban tewas dan luka pun bertambah.
Sementara penumpang lain yang beruntung, ketika itu berhasil melarikan diri.
Pada akhirnya, aparat berhasil membekuk para pembajak. Beberapa pelaku diketahui tewas dalam baku tembak dengan petugas.
Setelah kejadian, kelompok the Libyan Revolutionary Cells dan the Jundallah (Soldiers of God) dikabarkan ikut bertanggung jawab atas pembajakan tersebut. Versi lain melaporkan, pelaku murni berasal dari kelompok Abu Nidal.
Dua tahun kemudian, aparat berhasil membekuk 5 orang yang diduga terkait pembajakan di Karachi tersebut. Dalam persidangan, hakim menjatuhkan hukuman mati kepada kelima terdakwa. Namun kemudian hukuman diperingan menjadi penjara seumur hidup.
Pemerintah Pakistan kemudian membebaskan pemimpin aksi pembajakan pesawat, Zaid Hassan. Namun ia kemudian ditangkap aparat Amerika Serikat dan dijatuhi hukuman 160 tahun penjara. Sementara 4 pelaku lainnya mendekam seumur hidup di penjara Pakistan.
Sebuah keputusan besar dari Kementerian Kehakiman AS pada Juni 2001 menyatakan bahwa para militan tersebut berencana untuk memakai pembajakan pesawat tersebut untuk membebaskan para tahanan Palestina di Siprus dan Israel.
Sejarah lain mencatat, pada 5 September 1977, pesawat Voyager 1 diluncurkan ke angkasa. Kemudian pada 5 September 2005, Mandala Airlines dengan nomor penerbangan RI 091 jatuh sesaat setelah lepas landas dari Bandara Polonia, Medan, Indonesia. Tercatat 99 orang tewas di udara, sedangkan 44 orang menjadi korban jiwa di darat.
Â
Simak video pilihan berikut: