Sukses

Suriah Dituduh Sedang Menyiapkan Senjata Kimia untuk Serang Idlib

AS mengaku memiliki banyak bukti bahwa Suriah sedang menyiapkan senjata kimia untuk menyerang pemberontak di Provinsi Idlib.

Liputan6.com, Damaskus - Perwakilan baru Amerika Serikat (AS) untuk Suriah, Jim Jeffrey, mengatakan bahwa ada "banyak bukti" yang menunjukkan Damaskus tengah mempersiapkan senjata kimia untuk menyerang pemberontak di Provinsi Idlib.

Selain itu, Jeffrey juga memperingatkan bahwa setiap serangan terhadap daerah kantong pemberontak besar terakhir akan menjadi "eskalasi sembrono".

"Saya sangat yakin bahwa kita memiliki alasan yang sangat, sangat bagus untuk membuat peringatan ini," kata Jeffrey, yang ditunjuk pada 17 Agustus sebagai sekretaris penasihat khusus AS di Suriah, yang mengawasi pembicaraan tentang transisi politik.

Dikutip dari The Guardian, Jumat (7/9/2018), Washington telah mengeluarkan peringatan keras kepada pemerintah Suriah untuk tidak menggunakan senjata kimia dalam operasi yang diperkirakan semakin meluas di Idlib.

Jeffrey mengatakan serangan apa pun oleh pasukan Rusia dan Suriah, dan penggunaan senjata kimia, akan memaksa aliran pengungsi besar ke Turki tenggara atau daerah di Suriah di bawah kendali Turki.

Presiden Suriah, Bashar al-Assad, telah mengerahkan pasukan nasional dan pasukan sekutunya di garis depan di barat laut. Selain itu, puluhan pesawat Rusia dikabarkan turut bergabung dengan rencana bombardir pemberontak di Idlib, yang kemungkinan didahului oleh serangan darat.

Ancaman kubu pemberontak di dan sekitar Provinsi Idlib sekarang disebut tengah mereda, menyusul rencana pertemuan antara para pemimpin pendukung Assad, Rusia dan Iran, serta pemberontak yang didukung Turki, di Teheran pada Jumat pekan ini.

 

Simak video pilihan berikut; 

 

2 dari 2 halaman

Idlib Terus Bergejolak

Didukung oleh kekuatan udara Rusia, Presiden Assad bertempur sejak beberapa tahun terakhir, mengambil kembali satu per satu wilayah kantong pemberontak.

Idlib dan sekitarnya sekarang adalah satu-satunya wilayah yang dikuasai secara signifikan oleh oposisi bersenjata, yang menentang pemerintahan Bashar al-Assad di Damaskus.

Jeffrey menggambarkan situasi di Idlib "sangat berbahaya", dan mengatakan Turki, yang mendukung beberapa kelompok pemberontak di wilayah itu, berusaha menghindari serangan habis-habisan pemerintah Suriah.

"Saya pikir bab terakhir dari cerita Idlib belum ditulis. Orang-orang Turki berusaha mencari jalan keluar. Orang-orang Turki telah menunjukkan banyak perlawanan terhadap serangan," katanya.

Dia mengatakan AS telah berulang kali bertanya kepada Rusia apakah serangan terkait bisa "beroperasi" di Idlib, untuk melenyapkan ISIS dan kelompok ekstremis lainnya di sana.

Ditanya apakah "serangan terkait" akan termasuk intervensi udara AS, Jeffrey mengatakan: "Itu akan menjadi salah satu cara."