Liputan6.com, New York - Kota metropolitan New York yang berjuluk Big Apple bermula dari sebuah permukiman koloni asal Belanda yang berada di wilayah yang dihuni penduduk asli Lenape. Kala itu ia dinamakan Nieuw Amsterdam atau New Amsterdam (Amsterdam Baru).
New Amsterdam ditetapkan menjadi ibu kota New Netherland, wilayah koloni yang didirikan perusahaan dagang VOC pada 1624, yang wilayahnya mencakup New York saat ini, sebagian Long Island, Connecticut, dan New Jersey.
Advertisement
Baca Juga
Seperti dikutip dari situs History.com, Jumat (7/9/2018), untuk melegitimasi klaim Belanda atas New Amsterdam, Gubernur Jenderal Belanda Peter Minuit secara resmi membeli Manhattan dari penduduk asli setempat pada 1626.
Menurut legenda, para kepala suku sepakat untuk menyerahkan wilayahnya dengan imbalan pernak-pernik dan manik-manik yang nilainya kini setara dengan US$ 24. "Mereka membeli Pulau Manhattes seharga 60 gulden," demikian isi surat pedagang asal Belanda Pieter Schage pada 5 November 1626 untuk direktur VOC, seperti dikutip dari mentalfloss.com.
Namun, isi surat yang kini tersimpan di Arsip Nasional Belanda tak menyebut secara rinci kesepakatan antara pemukim Belanda dengan penduduk asli.
Sejarah kemudian berubah pada 8 September 1664. Gubernur Jenderal Belanda kala itu Peter Stuyvesant menyerahkan New Amsterdam ke skuadron angkatan laut Inggris berjumlah 300 orang yang dikomandani Kolonel Richard Nicolls.
Kala itu, pada Abad ke-17, Inggris dan Belanda adalah kekuatan maritim utama yang saling bersaing sengit.
Stuyvesant berharap bisa menang melawan serbuan Inggris. Namun, perlawanan pihaknya yang setengah hati hanya berlangsung 10 hari. Saat Kolonel Nicholls mengirim ultimatum terakhir, bendera merah, putih dan biru diturunkan, digantikan dengan kibaran bendera putih. Tanda menyerah.
Gubernur Jenderal Belanda, Peter Stuyvesant memang bukan penguasa yang populer. Itu mungkin yang membuat upaya pertahanannya tak didukung maksimal.
Seperti dikutip dari Smithsonian.com, datang dari zona pertempuran di Hindia Barat, Stuyvesant menemukan dirinya berada di tengah permukiman yang sama sekali tak disiplin, di mana mabuk-mabukan dan perkelahian terjadi nyaris setiap saat.
"Ia kemudian mengeluarkan dekrit resmi pertamanya, yang melarang penjualan alkohol pada hari Minggu sebelum pukul 14.00 dan setiap hari setelah pukul 20.00," demikian dikutip dari Badan Arsip Kota New York.
Stuyvesant juga menerapkan hukuman yang tegas pada mereka yang duel dengan pisau dan pedang. Awalnya, aturan tersebut sama sekali tak digubris.
Belakangan, New Amsterdam perlahan berkembang. Hukum soal kesehatan dan zonasi pun kemudian diterapkan. Namun, segala aturan yang dikeluarkan Stuyvesant berakhir saat ia menyerahkan kota yang ia pimpin ke tangan Inggris.
Saksikan video terkait Kota New York berikut ini:
Pernah Jadi Ibu Kota AS
Pada 1673, pertempuran Inggris dan Belanda kembali bergolak. Akibatnya New York berubah nama jadi New Oranje -- yang hany bertahan setahun.
Perang Inggris-Belanda diakhiri oleh Perjanjian Westminster tahun 1674. Sebagai bagian perjanjian damai, wilayah itu kembali ke Inggris dan New Oranje kembali jadi New York.
Bendera Inggris, Union Jack berkibar hingga seabad kemudian, ketika George Washington menyeberangi Sungai Harlem dan mengambil alih New York dan menjadikannya milik Amerika Serikat.
New York bahkan menjadi ibu kota Negeri Paman Sam dan kini menjadi salah satu metropolitan paling berpengaruh di dunia.
Selain kepemilikan New York yang beralih dari Belanda ke Inggris, sejumlah peristiwa bersejarah juga terjadi pada tanggal 8 September.
Pada 1994, pesawat Boeing 737 milik USAir Penerbangan 427 jatuh saat mendekati Bandara Internasional Pittsburgh. Tidak ada yang selamat dari 132 penumpang dan awak.
Sementara, pada 1636, Universitas Harvard didirikan. Dan pada 8 September 1784, Galaksi NGC 16 ditemukan oleh William Herschel.
Advertisement