Liputan6.com, Brussels - Sebuah laporan ilmiah terbaru menyebut sektor peternakan di Eropa telah melampaui batas aman untuk emisi gas rumah kaca, aliran nutrisi dan hilangnya keanekaragaman hayati, sehingga sangat mendesak untuk segera diturunkan demi kelestarian yang berkelanjutan.
Desakan tersebut disampaikan untuk mengatasi risiko masalah terkait pertumbuhan populasi dan pendapatan global, yang meningkatkan permintaan untuk produk-produk berbasis daging di luar kapasitas Bumi untuk menghasilkannya.
Rekan penulis makalah ini, Profesor Allan Buckwell, mendukung seruan Greenpeace untuk mengurangi separuh jumlah konsumsi daging dan produksi susu pada tahun 2050.
Advertisement
Dikutip dari The Guardian pada Minggu (16/9/2018), cakupan anjuran pada laporan tersebut secara jelas ​​ditujukan pada pusat kebijakan Uni Eropa. Hal ini dikarenakan Benua Biru merupakan konsumen produk hewani terbesar di dunia, yang hanya berselisih sedikit dengan Amerika Utara.
Menanggapi laporan terkait, mantan komisaris lingkungan Uni Eropa Janez Potocnik mengatakan: "Melindungi status quo 'memberikan kerugian bagi sektor ini."
Baca Juga
Studi ini menyerukan agar komisi Eropa segera membuat penyelidikan formal, untuk mengusulkan langkah-langkah --termasuk pajak dan subsidi-- guna mencegah produk-produk peternakan yang berbahaya bagi kesehatan, iklim atau lingkungan.
Ternak memiliki jejak tanah terbesar di dunia dan terus berkembang pesat dari tahun ke tahun. Sebanyak hampir 80 persen dari lahan pertanian global saat ini, digunakan untuk penggembalaan dan produksi pakan ternak, meskipun daging hanya menghasilkan 18 persen dari kebutuhan kalori manusia.
"Masyarakat Eropa menyantap daging dua kali lebih banyak daripada yang direkomendasikan oleh otoritas makanan global, atau dengan kata lain, jauh melampaui "ruang operasi yang aman" dalam batas lingkungan," tulis hasil studi Rise Foundation.
Akibatnya, diperlukan penyesuaian yang besar pada tahun 2050 untuk menyeimbangkan kembali sektor ini, termasuk penurunan 74 persen emisi gas rumah kaca dan pengurangan 60 persen dalam penggunaan pupuk berbasis nitrat.
Jauh sebelum itu, para pembuat kebijakan, petani dan masyarakat secara keseluruhan menghadapi "pilihan yang sangat tidak nyaman", menurut Prof Buckwell.
"Kami berbicara tentang lebih sedikit makanan daging, dan beralih ke diet fleksibel tanpa bersikap dogmatis tentang itu," katanya. "Ada peran untuk pesan kesehatan masyarakat yang lebih lembut, tetapi pesan yang lebih keras juga diperlukan."
Transformasi seperti itu "tidak akan terjadi secara spontan", tambahnya. "Ini membutuhkan sinyal kuat dari pemerintah, sehingga proposal kebijakan harus memasukkan langkah-langkah mengurangi konsumsi produk-produk peternakan, yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan."
Prof Buckwell menyerukan pajak yang ditargetkan pada praktik-praktik berbahaya, daging bersubsidi untuk konsumen berpenghasilan rendah, dan penyelarasan rezim pendanaan untuk memberi saran, melatih kembali dan mempekerjakan lebih banyak petani dalam pengelolaan lanskap pedesaan dan kesejahteraan hewan.
Harapannya adalah bahwa konsumen pada akhirnya akan membayar lebih untuk daging berkualitas tinggi yang diproduksi dalam kondisi yang aman bagi lingkungan, di mana perlindungan pedesaan dan kesejahteraan hewan telah dijamin.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Salah Satu Hambatan Terbesar adalah Petani
Studi ini mengikuti kecaman terhadap reformasi kebijakan pertanian umum Uni Eropa, yang mengabaikan desakan untuk bergerak ke sistem produksi pangan yang lebih berkelanjutan.
Dalam sebuah pesan video, komisaris pertanian Uni Eropa, Phil Hogan --yang menolak jejak emisi sektor tersebut awal tahun ini-- mengatakan bahwa ia juga ingin menjadikan peternakan di kawasan tersebut lebih pintar, lebih hijau dan lebih bersih dalam waktu dekat.
Salah satu hambatan terbesar untuk visi sumber pangan berkelanjutan ini adalah petani Eropa sendiri, yang dinilai masih belum pulih dari pukulan finansial akibat kekeringan panjang tahun ini.
Liam MacHale, sekretaris jenderal Asosiasi Petani Irlandia, mengatakan kepada The Guardian bahwa para petani adalah "sasaran empuk" bagi para pencinta lingkungan.
"Jangan memilih sektor kami," dia memperingatkan penulis laporan tersebut.
"Lihatlah emisi gas rumah kaca. Pertanian disalahkan tetapi melihat perilaku konsumen di sektor transportasi. Mereka harus terbang ke luar negeri untuk bersantai (meskipun) emisi terkait dengan itu. Maskapai penerbangan tidak ditutup, namun Anda berbicara tentang kemungkinan menghilangkan sektor peternakan," protes MacHale.
Advertisement