Liputan6.com, Hong Kong - Seorang profesor anestesiologi di sebuah universitas ternama di Hong Kong dinyatakan bersalah pada Rabu 19 September 2018, karena membunuh istri dan putrinya dengan bola yoga, yang diisi gas karbon monoksida beracun.
Kasus pembunuhan ini tidak hanya menarik perhatian warga lokal, melainkan juga publik dunia, karena memuat rincian yang aneh dan dinamika keluarga yang tidak biasa.
Dikutip dari The Guardian pada Kamis (20/9/2018), hakim memutuskan dengan suara bulat untuk menghukum tersangka, seorang profesor bernama Dr Khaw Kim-sun (53), setelah proses persidangan yang memakan waktu hingga tujuh jam.
Advertisement
Sedikit kilas balik, pada tiga tahun lalu, seorang pelari menemukan istri Dr Khaw, Wong Siew-fing (47), dan putrinya Lily Li-ling Khaw (16), dalam kondisi tidak bernyawa di dalam sebuah kabin mobil Mini Cooper berwarna kuning.
Hasil otopsi oleh pihak berwenang menunjukkan bahwa keduanya meninggal karena keracunan karbon monoksida.
Baca Juga
Pada awalnya, polisi memeriksa mobil tentang kemungkinan kebocoran gas. Namun ketika hal itu tidak terbukti, penyidik menjadi curiga tentang bola yoga yang kempis di bagasi.
Dr Khaw, seorang profesor di bidang anestesi dan perawatan intensif di Chinese University of Hong Kong, telah merancang eksperimen untuk menguji efek karbon monoksida pada kelinci.
Namun, menurut salah seorang mahasiswanya, Dr Khaw diketahui memiliki hubungan di luar nikah dengan seorang wanita ketika tengah mengurus eksperimen terkait. Sang profesor juga diakui terlihat mengisi gas karbon monoksida pada dua buah bola yoga, sesaat setelah meninggalkan kelas terakhir yang diajarkannya.
Ketika Dr Khaw, yang merupakan warga negara Malaysia, ditanyai oleh petugas penyidik tentang dugaan pembunuhan berencana, dia justru berdalih membawa bola yoga berisi karbon monoksida, untuk membunuh tikus di rumahnya.
Dia mengatakan bahwa putrinya, Lily, melihat dia meninggalkan bola yoga di area latihan keluarga, dan memperingatkan tentang isinya yang mematikan. Dr Khaw pun berasumsi bahwa mendiang istri dan anaknya telah menggunakannya untuk bunuh diri.
Pengacara Dr Khaw, Gerard McCoy, mencoba membangun sebuah kasus dengan menggambarkan kliennya sebagai ayah yang penuh kasih, yang secara tidak sengaja memicu putri dan istrinya bunuh diri --akibat kecelakaan-- karena harapan yang tinggi untuk riset akademis terbarunya.
Kemudian, dalam pidato penutupnya, McCoy mengatakan bahwa Lily memiliki kemungkinan menggunakan bola yang dipenuhi gas untuk membunuh serangga, tanpa mengantisipasi konsekuensi fatalnya.
Namun, Jaksa penuntut, Andrew Bruce, menggambarkan kasus kematian tersebut sebagai pembunuhan yang disengaja dan diperhitungkan.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Motif Lain yang Menguak Kebenaran
Sementara itu, ada motif lain yang menyiratkan kemungkinan aksi pembunuhan terencana oleh Dr Khaw.
Pihak penyidik menemukan beberapa kesaksian bahwa sang istri, Wong Siew-fing, telah mengetahui tentang perselingkuhan suaminya dengan wanita, di mana diduga kuat merupakan sosok yang pernah mengajar anak-anak mereka di sekolah.
Ketika menjawab investigasi polisi, Dr Khaw mengatakan bahwa dia tetap menikah dengan istrinya karena tidak satu pun dari mereka dapat "mengatasi empat anak secara individual".
Wong yang disebut telah mengetahui perselingkuhan itu, pernah menghampiri sosok wanita simpanan suaminya, untuk berkata bahwa mereka tidak akan bercerai, karena Dr Khwa tidak ingin membagi aset mereka.
Namun dalam persidangan, terungkap bahwa Dr Khaw berpeluang mendapat bagian warisan dari harta rumah tangganya jika istrinya meninggal dunia, dan begitupun sebaliknya.
"Masalah utama yang harus Anda jelaskan adalah siapa yang menempatkan bola yoga di Mini Cooper dan mengapa (ada di sana)," kata hakim Judianna Barnes, yang memimpin sidang.
Setelah putusan pengadilan, Hakim Barnes mengatakan bahwa “mengejutkan bahwa seorang pria berpendidikan tinggi dan sukses akan merancang metode (pembunuhan) yang diperhitungkan untuk menyingkirkan istrinya."
Hakim pun kemudian memutuskan bahwa Dr Khaw bersalah atas kasus pembunuhan berencana, dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Profesor itu menggelengkan kepalanya sambil melihat ketiga anaknya, yang duduk di depan barisan depan majelis sidang. Putri bungsunya tidak kuat menahan air mata.
Advertisement