Sukses

Terkubur Puing Longsor Usai Topan Mangkhut, Warga Kirim SMS Minta Tolong

Saat ini korban tewas akibat tanah longsor usai Topan Mangkhut di Filipina mencapai 21 orang dan puluhan lainnya dilaporkan hilang.

Liputan6.com, Cebu - Provinsi Cebu di Filipina dilanda tanah longsor yang jarang terjadi di sana, setelah Topan Mangkhut melanda bagian utara negara. Saat ini, korban tewas mencapai 21 orang dan puluhan lainnya dilaporkan hilang.

"Beberapa orang dilaporkan mengirimkan pesan singkat atau SMS meminta tolong dari bawah reruntuhan tanah longsor," kata polisi seperti dikutip dari BBC, Jumat (21/9/2018).

Mengutip inspektur kepala polisi Roderick Gonzales, media lokal melaporkan bahwa beberapa orang telah berhasil diselamatkan dari dalam rumah yang terkubur longsoran tanah.

"Ada tanda-tanda kehidupan. Beberapa dari mereka berhasil mengirim pesan teks," katanya seraya mengatakan bahwa hal itu meningkatkan harapan bahwa mereka terperangkap di bawah puing-puing yang memiliki kantong udara.

Lebih dari 20 rumah yang dilaporkan terdampak tanah longsor berada di pinggiran kota Naga. Di sana dekat dengan bekas tambang batu kapur yang mungkin membuat bukit di atas desa itu tak stabil diguyur hujan deras.

Menurut media setempat, pihak berwenang setempat sebelumnya telah mengidentifikasi daerah tersebut sebagai tanah rawan longsor.

Tanah longsor yang langka itu terjadi pada Kamis 20 September, melanda dua desa di Naga di Provinsi Cebu, Filipina. Beberapa hari setelah bagian utara Filipina dilanda Topan Mangkhut yang menewaskan lebih dari 80 orang.

Topan Mangkhut tidak langsung melanda Provinsi Cebu, tetapi menyebabkan hujan monsun yang lebih kuat dan meningkatkan risiko tanah longsor di seluruh negeri.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

2 dari 2 halaman

Seperti Gempa Bumi

Tanah longsor di Cebu itu meluruhkan seluruh bagian lereng bukit yang dibawahnya dibangun rumah darurat.

"Itu (tanah longsor) seperti gempa bumi dan ada suara dentuman keras," kata penduduk bernama Cristita Villarba kepada kantor berita AP.

"Kami semua berlarian," kata Villarba seraya menambahkan bahwa suami dan anak-anak semuanya selamat dari bencana tersebut.

"Banyak tetangga kami menangis dan berteriak minta tolong. Beberapa orang ingin membantu mereka yang terdampak tanah longsor, tetapi terlalu banyak tanah menutupi rumah-rumah, termasuk rumah saudara saya," papar Villarba.

Menurut media setempat, sejauh ini lebih dari 600 keluarga dari Naga tinggal di pusat-pusat evakuasi pada Kamis 20 September malam.