Liputan6.com, Jakarta - British Council Indonesia Foundation dan PT Bank HSBC Indonesia mendukung upaya pemerintah dalam mempersiapkan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK yang siap kerja melalui program Work Ready yang diresmikan Selasa 26 September 2018.
Melalui pelatihan Core Skills, guru diberikan penguatan pemahaman dan kemampuan mengintegrasikan berbagai keterampilan seperti berpikir kritis dan pemecahan masalah; komunikasi dan kolaborasi; kreativitas dan imajinasi; kepemimpinan dan pengembangan diri; literasi digital; dan kewarganegaraan dalam proses belajar mengajar. Di samping itu, siswa akan mengembangkan keterampilan-keterampilan inti tersebut melalui rangkaian lokakarya dan proyek individu maupun kelompok.
Advertisement
Baca Juga
"Melalui British Council Indonesia Foundation, kami berkomitmen untuk ikut serta mengembangkan potensi pendidikan Indonesia. Program Work Ready merupakan upaya nyata kami dalam mendukung pemerintah Indonesia untuk mencetak lulusan SMK yang siap kerja dan siap bersaing. Kami merasa bangga dapat bekerja sama kembali dengan PT Bank HSBC Indonesia karena didasari oleh cita – cita yang kami miliki bersama untuk menyiapkan generasi muda Indonesia yang lebih kompeten dan mampu bersaing di masyarakat global melalui program ini," kata Direktur British Council Indonesia, Paul Smith, di Jakarta, Rabu 26 September 2018, seperti dikutip dari rilis resmi yang dimuat Liputan6.com, Kamis (27/9/2018).
Sementara, Head of Corporate Sustainability PT Bank HSBC Indonesia Nuni Sutyoko mengatakan, "Salah satu pilar utama keberlanjutan di HSBC adalah pertimbangan sosial dalam membangun bisnis jangka panjang. Salah satu elemen utama dalam berkontribusi bagi perkembangan sosial adalah dengan membangun Keterampilan masa depan, atau yang kami sebut dengan Future Skills. Kami PUBLIC percaya hal ini adalah salah satu faktor utama dalam membangun aset suatu bangsa. Karenanya kami bekerja sama dengan British Council untuk memastikan kami turut berperan dalam memupuk SDM Indonesia yang cakap untuk saat ini dan di masa yang akan datang."
Dalam peluncuran program Work Ready, juga diadakan forum diskusi pendidikan bertajuk "Pembelajaran Keterampilan Inti dalam Kurikulum 2013 untuk Sekolah Menengah Kejuruan."
Forum ini diisi oleh panelis dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta, British Council Indonesia Foundation, PT Bank HSBC Indonesia, serta para aktivis pendidikan, yang secara interaktif berdiskusi dengan parapeserta tentang berbagai tantangan yang dihadapi oleh SMK dalam mempersiapkan lulusan siap kerja dan bagaimana keterampilan inti yang ada dalam program Work Ready dapat membantu guru dan manajer sekolah meningkatkan daya saing peserta didik mereka yang sejalan dengan tujuan Kurikulum 2013.
Program Work Ready mendapat dukungan penuh dan arahan dari Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta untuk melibatkan sepuluh SMK mitra terpilih yang meliputi SMKN 13 Jakarta, SMKN 20 Jakarta, SMKN 24 Jakarta, SMKN 26 Jakarta, SMKN 27 Jakarta, SMKN 36 Jakarta, SMKN 56Jakarta, SMKN 57 Jakarta, SMK Perguruan Cikini, dan SMK Islam PB Soedirman 2.
Total 20 manajer sekolah, 100 guru, dan 100 siswa dari kesepuluh sekolah tersebut akan berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program, di luar dari pelatihan guru umum yang akan dilaksanakan untuk menjangkau setidaknya 300 guru SMKÂ lainnya.
Â
Simak video pilihan berikut:
Memberdayakan Bonus Demografi Indonesia
Prakarsa ini didasari oleh adanya pertumbuhan penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) yang diprediksi akan mencapai puncaknya di tahun 2020 – 2035 yaitu di angka 70 persen (demographic bonus).
Bonus tersebut akan tercapai ketika diimbangi dengan pengembangan dan pengelolaan pendidikan di tingkat sekolah yang tepat, terlebih bagi satuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang memang diharapkan lulusannya akan langsung berpartisipasi dalam kehidupan industri.
Menurut hasil survey Employee Skills yang dilakukan oleh Bank Dunia pada tahun 2008, terdapat tiga kelemahan utama SMK yang dirasa oleh para pemberi kerja yakni rendahnya kualitas sarana pembelajaran (29,17 persen), proses belajar-mengajar yang belum optimal (23,33 persen), dan belum selarasnya keterampilan umum lulusan dengan kebutuhan yang ada di dunia kerja (13,06 persen).
Faktor inilah yang mendorong pemerintah untuk menjadikan revitalisasi SMK sebagai prioritas dan berbagai strategi telah diupayakan pemerintah untuk mendorong agar lulusan SMK bisa terserap oleh duniakerja yang semakin kompetitif.
Di samping kerja sama antara SMK dan dunia usaha dunia industri (DUDI), kompetensi guru dan kualitas lulusan merupakan dua revitalisasi penting yang turut digencarkan.
Kompetensi dan keterampilan merupakan tantangan yang tidak dapat dilepaskan dari faktor eksternal yang meliputi arus globalisasi, kemajuan teknologi informasi, dan lainnya.
Untuk dapat berpartisipasi secara aktif dalam menghadapi tantangan yang ada, lulusan SMK dituntut untuk memiliki kompetensi masa depan yang meliputi kemampuan berkomunikasi, kolaborasi, inovasi, hidup dalam masyarakat yang mengglobal, berpikir kritis, menjadi warga negara yang bertanggung jawab, dan toleran terhadap perbedaan.
Hal ini sesuai dengan hasil survei Bank Dunia yang menegaskan bahwa kompetensi dan keterampilan yang paling dibutuhkan di dunia kerja dari para pekerja muda di antaranya adalah keterampilan bekerja sama dalam tim (14,53 persen), keterampilan teknis (10,83 persen), dankomunikasi (10,54 persen).
Sedangkan, para pekerja muda tersebut mengidentifikasi tiga keterampilan yang mereka paling tidak kuasai yakni berbahasa Inggris (15,32 persen), penyelesaian masalah (10,98 persen), dan kepemimpinan (10,12 persen).
Secara formal, melalui konsep Kurikulum 2013 (K13), pemerintah telah melakukan upaya nyata untuk memenuhi kebutuhan siswa SMK dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia industri. K13 mengamanahkan proses mendidik yang tidak hanya berfokus pada hard skills tetapi juga soft skills.
Dalam implementasinya di kelas diperlukan kecakapan guru untuk mengintegrasikan keduanya melalu berbagai mata pelajaran yang diajarkan.
Advertisement