Liputan6.com, Moskow - Setelah gagal mengeluarkan pendiri Wikileaks, Julian Assange, dari Inggris, pemerintah Ekuador kini menempatkannya pada tugas diplomatik khusus di kedutaan besarnya di Moskow, Rusia.
Assange ditunjuk sebagai anggota dewan di kedutaan Besar Ekuador untuk Rusia pada 19 Desember 2017, hanya beberapa hari setelah ia diberikan kewarganegaraan Ekuador sebagai bagian dari rencana pelarian yang dibatalkan, demikian sebagai laporan yang berhasil diungkap oleh surat kabar The Guardian pada pekan lalu.
Namun, masih menurut laporan yang sama, nominasi tersebut itu kemudian ditarik setelah Inggris menolak mengakui status diplomat Assange.
Advertisement
Sebuah dokumen rahasia yang ditandatangani oleh deputi Menteri Luar Negeri Ekuador José Luis Jácome muncul untuk menguatkan informasi, bahwa Rusia akan menjadi tujuan akhir bagi Assange jika rencana pelariannya berhasil, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Kamis (27/9/2018).
Baca Juga
Keterlibatan Rusia, sebuah negara di mana Assange tidak akan menghadapi risiko ekstradisi ke AS, memicu pertanyaan baru tentang kemungkinan hubungan khususnya dengan Kremlin.
Assange, yang belum meninggalkan kedutaan Ekuador di London sejak mencari suaka di sana pada Agustus 2012, telah menjadi tokoh kunci dalam penyelidikan kriminal AS terhadap upaya Rusia mempengaruhi hasil pemilihan presiden 2016.
Dokumen-dokumen rahasia, termasuk kesepakatan untuk menjadikan Assange seorang penasihat, telah dilihat oleh politikus Ekuador Paola Vintimilla, yang akan meminta agar mereka dideklasifikasi dalam sidang pleno majelis nasional Ekuador pada hari Kamis.
"Ada perjanjian menteri untuk menjadikan Julian Assange seorang penasihat di kedutaan (Ekuador) di Moskow," kata Vintimilla.
"Itu hanya beberapa hari setelah ia diberikan kewarganegaraan (Ekuador) dan mereka meminta pemerintah Inggris untuk menyetujui status diplomatiknya," katanya.
Batu sandungan adalah penolakan Inggris untuk memberikan perlindungan diplomatik Assange. Ekuador membuat dua permintaan pada minggu terakhir Desember 2017, keduanya ditolak oleh otoritas Negeri Ratu Elizabeth, menurut dokumen terkait.
Simak video pilihan berikut:
Dianggap Sebagai Batu Sandungan
Pada bulan Mei, Presiden Ekuador Lenín Moreno mengatakan bahwa dia telah mendelegasikan semua keputusan tentang Assange kepada menteri luar negeri kala itu, María Fernanda Espinosa, yang kini menjadi pemimpin sidang umum PBB.
Presiden Moreno sebelumnya menggambarkan situasi Assange sebagai "batu di sepatunya".
"Dia mencuci tangannya," kata Vintimilla, menambahkan bahwa Espinosa telah membelokkan aturan untuk Assange.
Hanya beberapa hari sebelum kewarganegaraan Assange diberikan, undang-undang diubah untuk memungkinkan mereka yang hidup di bawah perlindungan internasional negara itu, mendapatkan kewarganegaraan, jelas Vintimilla.
Moreno, berbicara di sela-sela sidang umum PBB pada hari Rabu, mengatakan bahwa Ekuador dan Inggris saling berkerja sama pada solusi hukum yang akan memungkinkan Assange meninggalkan kedutaan Ekuador di London dalam "jangka menengah". Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Advertisement