Liputan6.com, Beijing - Warga China yang hidup dengan HIV/AIDS meningkat sebesar 14 persen, demikian diumumkan badan kesehatan Tiongkok.
Seperti dikutip dari BBC News, Sabtu (29/9/2018), lebih dari 820.000 orang hidup dengan HIV/AIDS di negara tersebut. Sekitar 40 ribu kasus baru dilaporkan pada kuartal kedua 2018.
Sebagian besar dari kasus baru ditularkan melalui hubungan seksual, menandai perubahan dari masa lalu.
Advertisement
Sebelumnya, HIV menyebar dengan cepat di sejumlah wilayah di China sebagai dampak dari transfusi darah yang terinfeksi.
Baca Juga
Namun, dalam konferensi di Provinsi Yunan, seorang pejabat kesehatan mengatakan, jumlah orang yang terinfeksi HIV lewat transfusi darah telah berkurang hingga hampir nol.
Meski demikian, dari tahun ke tahun jumlah mereka yang hidup dengan HIV/AIDS di China telah meningkat 100.000 orang.
Penularan HIV melalui hubungan seksual merupakan masalah akut di komunitas LGBT China.
Meski homoseksualitas tak lagi dianggap kriminal di Tiongkok sejak 1997, namun diskriminasi terhadap komunitas LGBT dilaporkan kian marak.
Diduga dilatarbelakangi nilai-nilai konservatif yang masih berlaku, sejumlah studi memperkirakan, sekitar 70 hingga 90 persen pria yang terlibat dengan cinta sesama jenis diketahui menikah dengan perempuan.
Sejumlah transmisi penyakit berasal dari tak memadainya perlindungan terhadap penyakit seksual dalam hubungan yang rumit itu.
Sejak 2013, pemerintah China menjanjikan akses universal untuk pengobatan HIV sebagai bagian dari upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
Â
Saksikan video terkait HIV berikut ini:
Nasib Bocah dengan HIV di China
Di sisi lain, pengetahuan dan informasi terkait HIV/AIDS di China belum merata.
Pada 2014 lalu, sebuah desa di Provinsi Sichuan mengajukan petisi kepada pihak berwenang untuk mengisolasi seorang bocah yang hidup dengan HIV/AID. Alasannya, demi kesehatan warga desa terutama anak-anak/
Kun Kun, demikian nama samaran bocah itu, tinggal bersama kakek dan neneknya, yang berjuang untuk merawatnya.
Bocah itu terinvesi HIV dari sang ibu, saat perempuan tersebut mengandungnya. Namun, keberadaan virus itu baru diketahui saat usianya 5 tahun.
Ibu dan ayah tirinya bekerja di provinsi lain. Bocah itu tinggal di dekat kota Xichong dengan kakek-neneknya yang tidak berhubungan dengan darah -- yang telah mengadopsi ayah tirinya sebagai anak.
Kun Kun tidak bersekolah. Setiap hari ia bermain di antara pepohonan di hutan. "Tak ada yang mau bermain denganku. Jadi, aku main sendirian."
Kisah hidupnya, yang dimuat di Beijing Youth Daily, memicu ribuan komentar. Sementara, pihak berwenang kala itu dilaporkan akan memberikan pengarahan pada warga desa.
Advertisement