Liputan6.com, Jakarta - Bencana gempa yang disusul oleh tsunami di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah pada Jumat 28 September 2018, yang menyebabkan kurang dari 1.000 orang tewas, mengingatkan kembali akan kenangan pahit tragedi Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004.
Bencana mematikan pada 14 tahun silam itu diawali dengan gempa bermagnitudo 9 dengan episentrum di Samudera Hindia, 160 kilometer dari utara Sumatera. Lindu kemudian menyebabkan tsunami dengan gelombang ombak rata-rata setinggi 10-30 meter, yang bergerak dari pusat gempa ke pantai dengan kecepatan rata-rata 500-1.000 km/jam.
Advertisement
Baca Juga
Tsunami sering terjadi sepanjang sejarah. Begitu sering terjadi di Jepang, hingga pada kenyataannya, Negeri Sakura-lah yang menemukan kata khusus untuk mendeskripsikan fenomena itu: 'tsu' yang berarti pelabuhan dan 'nami' yang berarti gelombang.
Profesor James Goff, direktur Pusat Penelitian Tsunami Australia dan Laboratorium Penelitian Bahaya Alam di University of New South Wales, mengatakan, tsunami adalah "tragedi yang mengerikan, yang disebabkan oleh peristiwa yang benar-benar tidak terduga," demikian seperti dikutip dari The Australian Geographic, Minggu (30/9/2018).
Berikut, empat gempa-tsunami yang paling merusak dalam enam dekade terakhir, seperti Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber.
Â
Simak video pilihan berikut:
1. Tsunami Jepang 2011
Siang menjelang sore, pada tanggal 11 Maret 2011, sekitar pukul 14.46 waktu setempat, gempa berkekuatan dahsyat 9 skala Richter mengguncang kawasan Tohoku di lepas pantai Samudera Pasifik, tepatnya wilayah timur Sendai, Honshu, Jepang.
Pusat Peringatan Tsunami langsung mengeluarkan peringatan waspada tsunami di Jepang dan sekitarnya. Gempa ini menimbulkan peringatan tsunami untuk pantai Pasifik Jepang dan sedikitnya 20 negara, termasuk seluruh pantai Pasifik Amerika dari Alaska ke Cile.
Sekitar satu jam kemudian, tsunami setinggi 33 kaki atau sekitar 10 meter kemudian menghantam kawasan pesisir Prefektur Miyagi dan sekitarnya. Akibatnya, sekitar nyawa 15 ribu jiwa melayang.
Seperti dikutip dari CNN, gelombang raksasa menghancurkan perumahan di sekitarnya, menghanyutkan rumah, dan juga menyebabkan runtuhnya gedung serta sejumlah jalan layang.
Pemerintah Jepang kemudian mengumumkan status darurat negara dan ribuan penduduk di dekat lokasi bencana dievakuasi ke tempat pengungsian. Badan Keselamatan Nuklir Jepang melaporkan situasi reaktor nuklir dalam kondisi darurat dengan status delapan kali berbahaya dari status normal.
Tak hanya itu, keesokan harinya. gempa berkekuatan 6,2 SR kemudian mengguncang Prekfetur Nagano dan Niigata. Lindu juga menggoyang kawasan pesisir barat Pulau Honshu dengan kekuatan 6,3 SR.
Badan Penyiaran Jepang (Tokyo Broadcasting System/TBS) dan Kepolisian Nasional Jepang (Japanese National Police Agency) melaporkan total korban tewas sebanyak 15.269 orang, 5.363 luka dan 8.526 hilang di enam prefektur Negeri Sakura.
Â
Advertisement
2. Tsunami Aceh 2004
Pada 26 Desember 2004, gempa bawah laut berkekuatan 9,1 Skala Richter mengguncang Samudera Hindia di lepas pantai Sumatera Utara, Indonesia. Seluruh Bumi pun bergetar hebat.
Zona sesar yang menyebabkan tsunami kira-kira memiliki panjang sekitar 1.300 km, yang secara vertikal memindahkan dasar laut beberapa meter di sepanjang zona itu. Tsunami datang ke bibir pantai utara Sumatera dengan ketinggian ombak rata-rata sekitar 10-30 m, yang bergerak dari pusat gempa ke pantai dengan kecepatan rata-rata 500-1.000 km/jam.
Lalu yang kemudian adalah bencana. Gelombang raksasa itu menghantam Aceh, Thailand, Sri Lanka, India, Maladewa, dan pesisir timur Afrika. Jutaan liter air laut tumpah ke daratan.
Total 227.898 nyawa melayang atau dinyatakan hilang, dengan nilai kerusakan infrastruktur sebesar US$ 10 miliar.
Sekitar 1,7 manusia mendadak menjadi pengungsi akibat gempa dan tsunami yang berdampak pada 14 negara di Asia Tenggara dan Afrika Timur. Menjadi salah satu bencana terdahsyat di Abad ke-21.
3. Tsunami Papua Nugini 1998
Pada tanggal 17 Juli 1998, Papua Nugini diguncang oleh dua gempa, masing-masing sebesar 7,0 magnitudo.
Beberapa menit setelah gempa, banyak penduduk melaporkan mendengar suara keras ketika tsunami mendekati garis pantai, dengan ketinggian maksimum gelombang diperkirakan mencapai 15 m (49 kaki) dengan ketinggian rata-rata 10,5 m (34 kaki).
Area yang terdampak paling parah adalah garis pantai sepanjang 30 km (19 mil) yang mengalir dari barat laut dari Aitape ke desa Sissano.
Tsunami itu mengakibatkan setidaknya 2.200 orang tewas, ribuan terluka, sekitar 9.500 menjadi tunawisma dan sekitar 500 hilang. Tetapi, sumber-sumber lokal menyebutkan korban tewas antara 6.000 dan 8.000 orang.
Beberapa desa di jalur tsunami hancur total dan sebagian lainnya rusak berat. Gelombang tsunami menumbangkan seluruh bangunan dan mengangkut pondasi mereka hingg sejauh 50–60 meter (160–200 kaki) dari lokasi asalnya.
Advertisement
4. Tsunami Filipina 1976
Gempa berkekuatan 7,9 SR pada 17 Agustus 1976 menewaskan sekitar 5.000 orang. Akibat gempa disusul tsunami yang besar.
Hampir seluruh wilayah Moro dan Kota Pegadian hancur akibat terjangan tsunami.
Gempa awal meluas dan dirasakan hingga ke pulau-pulau utama Filipina di Visayas. Tsunami besar menghancurkan 700 kilometer garis pantai yang berbatasan dengan Teluk Moro di Laut Sulawesi Utara, yang mengakibatkan kehancuran dan kematian di komunitas pesisir Kepulauan Sulu dan Mindanao selatan, termasuk Kota Zamboanga dan Kota Pagadian.
Ketinggian maksimum ombak mencapai 9 meter di Lebak, 4,3 meter di Alicia, 3 meter di Resa Bay, pantai timur Basilan, Kepulauan Jolo, dan Kepulauan Sacol. Setidaknya 5.000 orang tewas selama gempa bumi dan tsunami, dengan ribuan lainnya hilang. Beberapa laporan mengatakan bahwa total korban jiwa mencapai 8.000 orang , dengan sembilan puluh persen dari semua kematian disebabkan tsunami.
Awalnya lebih dari 8.000 orang secara resmi dihitung sebagai terbunuh atau hilang, 10.000 terluka, dan 90.000 menjadi tunawisma, menjadikannya salah satu bencana yang paling dahsyat dalam sejarah Kepulauan Filipina dan dunia.
5. Tsunami Chile 1960
Hari itu, 21 Mei 1960, Chile mulai dilanda musibah besar. Gempa berkekuatan 7,6 skala Richter mengguncang kawasan Valdivia, membuat sejumlah wilayah hancur dan korban jiwa.
Dan ternyata ini baru gempa pertanda.
Bencana sesungguhnya terjadi pada keesokan harinya. Sekitar pukul 15.11 sore waktu setempat, gempa besar berkekuatan 8,5 skala Richter mengguncang kawasan Chile Selatan. Pusat liindu berada di lepas pantai Samudera Pasifik.
Pada pusat guncangan tersebut, lempengan samudera Nazca jatuh sekitar 50 kaki hingga berada di bawah lempeng Amerika Selatan. Hal ini memicu longsor besar di pegunungan dan tsunami yang dashyat.
Pada sekitar pukul 16.20, gelombang air setinggi 26 kaki atau sekitar 7 meter menyapu pesisir, menghancurkan sebagian bangunan kecil. Tapi ini baru tsunami pertama.
Beberapa menit kemudian, gelombang kedua setinggi 35 kaki atau sekitar 10 meter, bergetak dengan lambat tapi pasti melumat habis bagian pesisir hingga ke tengah. Bangunan rentan yang sebelumnya telah tenggelam sesaat kini hanyut terbawa air.
Diperkirakan ada 1.000 nyawa yang terenggut akibat 2 kali tsunami ini. Korban tewas adalah termasuk mereka yang mencoba menyelamatkan diri ke daratan yang lebih tinggi, tapi tetap terkena tsunami.
Bencana gempa di Chile menjadi yang terbesar sepanjang Abad 20. Seperti dilansir Britannica, kekuatan gempa sebenarnya mencapai 9,6 SR.
Total korban tewas atas bencana gempa dan tsunami ini mencapai 5.000 orang. Selain itu, ribuan orang lain terluka dan jutaan orang menjadi tunawisma, tak memiliki rumah.
Dua hari kemudian, Chile kembali dilanda bencana, berupa erupsi Gunung Cordon-Caulle, yang kembali aktif setelah 40 tahun 'tidur'. Letusan gunung ini diyakini terkait dengan gempa dan tsunami yang terjadi sebelumnya.
Advertisement