Sukses

Riset: Pelupa Tanda bahwa Anda Orang yang Pintar

Menurut studi Univerity of Toronto (U&T), menjadi pelupa sebenarnya bisa menjadi manfaat bagi kecerdasan Anda.

Liputan6.com, Toronto - Menjadi seorang yang pelupa biasanya berjalan beriringan dengan kurangnya kecerdasan, setidaknya itulah yang biasanya digambarkan oleh film dan tayangan televisi.

Namun, menurut sebuah studi yang dipublikasikan pada 2017 lalu, yang dilakukan oleh peneliti dari Univerity of Toronto (U&T), menyimpulkan bahwa menjadi pelupa sebenarnya bisa menjadi manfaat bagi kecerdasan Anda.

Profesor Blake Richards, salah satu penerbit studi itu, mengatakan:

"Penting bahwa otak melupakan detail yang tidak relevan dan malah berfokus pada hal-hal yang akan membantu membuat keputusan di dunia nyata," kata Richards seperti dikutip dari The Indendent's Indy 100, Minggu (30/9/2018).

"Kami tahu bahwa sejumlah latihan bisa meningkatkan jumlah neuron di hippocampus (yang membantu kemampuan mengingat), tetapi, biasanya hal itu hanya menampung detail dari kehidupan Anda yang sebenarnya tidak penting, dan itu mungkin menghalangi Anda membuat keputusan yang baik."

Profesor Richards dan rekannya, Paul Frankland dari U&T, mengusulkan agar ingatan hanya digunakan untuk mengoptimalkan pengambilan keputusan, dengan mempertahankan informasi berharga dan membiarkan hal-hal tidak penting lainnya pergi --sehingga memberi ruang bagi hal-hal yang penting untuk tetap tersimpan dalam memori.

Periset juga mengatakan bahwa aspek 'menjadi lupa' justru mungkin memberi keuntungan bagi kita ketimbang menjadi sebuah rintangan.

Jadi, katakanlah misalnya otak kita lupa rincian spesifik tentang peristiwa masa lalu, namun masih ingat gambaran yang lebih besar. Peneliti percaya bahwa hal itu justru memungkinkan kita untuk menyamaratakan pengalaman sebelumnya secara lebih baik, jika dibandingkan dengan seseorang yang dapat mengingat lebih banyak detail menit-per-menit dari peristiwa tersebut.

Namun tetap saja, jika orang melupakan hal-hal penting dalam frekuensi yang mengkhawatirkan, maka hal itu justru mengkhawatirkan dan berbanding terbalik dari 'efek positif' dari yang dimaksud oleh riset tersebut.

Studi ini mengklaim bahwa melupakan sejumlah detail dari apa yang terjadi sekarang dan kemudian adalah tanda dari sistem memori yang sehat, bekerja tepat seperti yang dimaksudkan.

Tentang informasi apa yang bisa dibuang, tergantung pada situasinya, menurut profesor Richards:

"Salah satu hal yang membedakan lingkungan tempat Anda ingin mengingat hal-hal, versus lingkungan di mana Anda ingin melupakan hal-hal, adalah tentang seberapa konsisten lingkungan dan seberapa mungkin hal-hal akan kembali ke kehidupan Anda."

Contoh yang baik dari hal ini adalah, misalnya, seorang pekerja supermarket yang akan bertemu dengan banyak orang yang berbeda setiap hari, sementara orang yang bekerja di sebuah kafe lokal kecil akan mulai mengingat penduduk setempat.

Seharusnya, hal terbaik untuk menyimpan ingatan adalah dengan tidak menghapal semuanya, menurut Richards.

"Jika Anda mencoba membuat keputusan, mustahil untuk melakukannya jika otak Anda terus-menerus dibombardir dengan informasi yang tidak berguna," ujarnya.

"Kita selalu mengagungkan orang yang hebat dalam permainan trivia memori, tetapi kegunaan dari daya ingat otak kita bukan hanya untuk mengingat siapa yang memenangkan Piala Stanley (Liga Hockey Amerika) pada tahun 1972."

Jurnal ilmiah tentang riset itu dipublikasikan oleh penerbit Neuron.

 

Simak video pilihan berikut:

 

2 dari 2 halaman

Anda Pelupa? Mungkin Ini Penyebabnya

Apakah Anda pelupa? Kalau keseringan tentu harus diwaspadai. Dan meski ada banyak faktor penyebab, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Neuroscience Letters menunjukkan ada varian pada gen DRD2 yang tampaknya dikaitkan dengan penyakit satu ini.

Setiap orang memiliki salah satu dari dua varian gen DRD2. Perbedaannya hanya satu huruf dalam kode genetik. Beberapa orang memiliki varian sitosin (C), sementara yang lain memiliki varian Timin (T). Para peneliti ingin melihat bagaimana satu varian dikaitkan dengan kelupaan.

Seperti dilansir HuffingtonPost, Kamis 2 April 2014, untuk mengujinya, peneliti menganalisa gen DRD2 dari 500 peserta penelitian. Peserta juga menjawab survei tentang lupanya (seperti seberapa sering mereka lupa kuncinya dan namanya).

Sebagian besar peserta penelitian yakni tiga perempatnya memiliki varian gen timin. Sedangkan seperempat lainnya memiliki varian gen sitosin.

Para peneliti menemukan hubungan antara lupa dan varian gen timin dari DRD2. Sementara, varian gen sitosin tampaknya memiliki efek perlindungan terhadap kelupaan.

Dr Sebastian Markett dari University of Bonn menjelaskan, sebenarnya ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi kelupaan seperti menulisnya di catatan atau meletakkan kunci di tempat tertentu dan bukannya sembarangan.

Peneliti juga menunjukkan, beberapa kelompok usia lebih pelupa dibanding yang lain. Bahkan jajak pendapat nasional baru-baru ini menunjukkan hal-hal yang sering dilupakan seperti hari, letak kunci, dan membawa makan siang.

Sementara, penelitian lain yang diterbitkan dalam BMC Psychology menunjukkan bahwa laki-laki lebih mungkin mengalami masalah memori ringan dibandingkan perempuan.