Liputan6.com, Melbourne - Adam baru saja berusia menginjak usia 9 tahun, tapi tidak seperti kebanyakan murid kelas 3 Sekolah Dasar, ia tidak ingin ulang tahunnya dirayakan. Ia malah meminta ibunya untuk menjual mainan dan buku-bukunya, lalu mengatakan agar uang hasil penjualan tersebut disumbangkan ke korban gempa-tsunami di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah.
Adam adalah satu dari sejumlah warga Indonesia di Australia yang berupaya menggalang dana bagi pemulihan Palu dan Donggala pasca gempa dan tsunami yang telah menewaskan lebih dari 1.400 orang.
Diena Said, ibu dari Adam mengatakan puteranya berencana mengelar 'Garage Sale' di rumah mereka sendiri di kawasan Pascoe Vale, Melbourne, hari Minggu (7/10/2018).
Advertisement
Baca Juga
"Awalnya malam-malam saya dan anak-anak sedang berbaring di tempat tidur dan melihat kiriman berita soal Palu di WhatsApp," ujar Diena kepada ABC Indonesia, dilansir (5/10/2018).
"Adam yang ikut melihat tiba-tiba mengatakan, 'I'm so sad' (saya sedih sekali)".
Diena mengatakan Adam teringat dengan sisa uangnya dari hadiah lebaran yang berjumlah 20 dolar Australia, atau lebih dari Rp 200 ribu dan ingin memberikannya kepada korban gempa yang ia lihat di Whatsapp.
"Kemudian ide datang dari dirinya sendiri untuk mendapatkan uang lebih banyak lewat menjual mainan dan buku-bukunya."
Di sejumlah negara bagian Australia, komunitas Indonesia juga menggelar konser dan festival yang salah satu agendanya adalah untuk mengumpulkan dana untuk memberi bantuan makanan dan kebutuhan pokok bagi korban terdampak.
Badan PBB memperkirakan 60.000 warga di Sulawesi Tengah kehilangan tempat tinggal dan kini tinggal di pengungsian.
Simak video pilihan berikut:
Komunitas Indonesia di Adelaide Gelar Konser
Sementara itu, komunitas Indonesia di Adelaide akan menggelar konser untuk membantu pemulihan gempa di Lombok dan Sulawesi.
"Awalnya kita berencana untuk menggelar konser untuk membantuu upaya pemulihan gempa Lombok, tapi sekarang kita juga akan memasukkan Sulawesi Tengah," ujar Ivonne Crow, salah satu panitia acara.
Ivonne mengatakan ia tahu beberapa anggota dari komunitasnya yang terkena dampak dari gempa di Palu.
Salah satunya adalah Indah Mashuri yang sempat cemas karena tidak dapat menghubungi keluarganya di Palu saat itu.
Lebih dari 20 musisi dan band yang terdiri dari warga Indonesia di Australia Selatan, serta beberapa band lokal, akan tampil di Nexus Arts Building, Adelaide, hari Sabtu 6 Oktober 2018.
Di Perth, komunitas Indonesia juga mencoba memberikan dukungan bagi korban gempa Sulawesi Tengah di acara yang disebut-sebut sebagai festival Indonesia terbesar di Australia Barat.
Ketua panitia 'Kreasi Indonesia' mengatakan meski acara tidak dikhususkan bagi korban gempa, tapi mereka akan menyediakan kotak-kotak sumbangan sepanjang acara.
"Kita mencoba meningkatkan kepedulian dari bencana alam yang mengenaskan di Sulawesi Tengah, tidak hanya bagi warga Indonesia, tapi juga warga lokal di Perth," ujar Ahmad Yani.
Acara 'Kreasi Indonesia' akan digelar di Forrest Place, pusat kota Perth pada hari Sabtu 6 Oktober 2018 yang akan diramaikan oleh tarian dari sejumlah daerah di Indonesia dan penampilan kolaborasi antara warga Indonesia dan warga Australia.
Advertisement
Kesempatan yang Baik untuk Mendukung Sulawesi
Di negara bagian Victoria, Perhimpunan Warga Indonesia di Victoria (PERWIRA) juga akan mendistribusikan kotak-kotak sumbangan di acara tahunan 'Food and Trade Festival' yang akan digelar di Box Hill Town Hall, pada 27 Oktober mendatang.
"Karena saat ada acara seperti festival seperti ini, masyarakat akan berkumpul sekalian berbuat sesuatu yang bermanfaat dengan cara penggalangan dana untuk donasi di Palu," jelas Nika Suwarsih, Presiden PERWIRA.
Tapi menggelar acara bukanlah satu-satunya cara untuk penggalangan dana. Ada pula komunitas Indonesia yang melakukannya lewat jejaring sosial, seperti Facebook dan Whatsapp, seperti yang dilakukan komunitas Sulawesi Selatan di Melbourne.
"Penggalangan dana akan ditutup hari Minggu 7 Oktober, jadi kita bisa mendistribusikan uangnya segera," ujar Lily Yulianti Farid dari Komunitas Anging Mamiri.
Lily mengatakan komunitasnya sudah berkoordinasi dengan para relawan yang berada di Sulawesi untuk mendaftar kebutuhan mendesak dari para korban yang tinggal di penampungan sementara.