Liputan6.com, Washington DC - Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, tensi Perang Dingin memuncak. Amerika Serikat dan Uni Soviet berada dalam posisi saling berhadapan. Dua negara adidaya berlomba-lomba mengembangkan senjata nuklir. Produksi hulu ledak dilipatgandakan, isiannya dirancang sedemikian rupa agar bisa memicu kematian massal dan kehancuran.
Di tengah horor perang nuklir yang berpotensi pecah, pada 6 Oktober 1961, Presiden AS John F. Kennedy meminta rakyatnya membangun 'bunker kiamat', perlindungan dari ancaman bom atom.
Advertisement
Baca Juga
"Kami berutang jaminan seperti itu untuk keluarga kita juga negara...Waktunya untuk memulai saat ini. Dalam beberapa bulan, saya berharap agar setiap warga negara tahu langkah apa yang dapat diambil, tanpa penundaan, untuk melindungi keluarga jika terjadi serangan," kata Kennedy seperti dikutip dari situs CBS News.
Kennedy juga menekan Kongres Amerika Serikat untuk mengalokasikan lebih dari US$ 100 juta untuk membangun jaringan tempat perlindungan publik. Parlemen kemudian meresponsnya dengan menyetujui penggelontoran dana sebesar US$ 169 juta.
Tak berapa lama kemudian, media mulai meramaikan pembahasa tentang arti penting bunker perlindungan.
Pada 12 Januari 1962, misalnya, Majalah Life memuat kisah berjudul The Drive for Mass Shelters, lengkap dengan pemaparan apa yang akan terjadi jika perang nuklir sampai terjadi.
Buklet-buklet petunjuk tentang bagaimana membangun perlindungan yang baik ditawarkan. Salah satunya diiklankan perusahaan The Douglas Fir Plywood Association di Tacoma.
"Baru dari penelitian tentang kayu lapis! Ada dua tempat perlindungan keluarga yang efektif, memenuhi syarat dalam hal tujuan dan kemampuan pemilik rumah untuk membangunnya. Sepenuhnya disetujui oleh Departemen Pertahanan," demikian cuplikan iklan tersebut.
"Keduanya adalah konstruksi sederhana, ekonomis -- dengan panel besar kayu lapis tahan air yang dikombinasikan dengan blok beton (bunker perlindungan) atau karung berisi pasir atau kerikil (perlindungan di atas tanah). Kuat, aman, bisa diandalkan, dan tahan lama. Kirimkan uang 25 sen dan kupon di bawah ini untuk mendapatkan buklet berisi informasi dan petunjuk."
Setahun kemudian, bunker itu akhirnya terpakai. Seperti yang dikhawatirkan Kennedy, dunia berada di ambang perang nuklir berskala penuh ketika Krisis Rudal Kuba meletus. Baik Amerika Serikat maupun Uni Soviet menempatkan rudal nuklir mereka di Kuba.
Selama krisis 13 hari yang penuh ketegangan, sejumlah warga Amerika Serikat mempersiapkan bunker nuklir, memenuhinya dengan botol-botol air dan makanan kaleng.
Salah satu bunker Perang Dingin di di wilayah Neenah, Wisconsin dibuka pada 2010. Tutup palka dan tangga besi menuju bunker berukuran 2,4 meter x 3 telah berkarat parah.
Bagian bawah bunker tak terlihat, ditutupi genangan air sedalam 1,5 meter. Namun di atasnya bisa disaksikan peti-peti besi dengan segel US Army mengambang, berisi perlengkapan yang diperlukan sebuah keluarga untuk bertahan hidup selama dua minggu di bawah tanah.
"Awalnya kami pikir dalamnya kosong," kata pemilik rumah, Carol Hollar-Zwick kepada Appleton Post-Crescent, yang dilansir Daily Mail pada 2013.
Kotak-kotak tua itu, peti tua amunisi militer, awalnya diduga berisi bahan peledak. Sehingga, keluarga Zwick menghubungi cabang biro pengendalian alkohol, tembakau, dan senjata api (Bureau of Alcohol, Tobacco and Firearms).
Saat para agen membuka kota-kotak itu, mereka menemukan kejutan! "Isinya semua yang Anda harapkan bakal ada di sebuah bunker di tahun 1960-an. Makanan, pakaian, obat-obatan, peralatan, senter, baterei."
Dan yang luar biasa, barang-barang itu tersimpan dengan baik. Nampak baru. Permen-permen yang masih berwarna cerah dan menggiurkan, kaleng berisi sirup coklat yang menarik, tisu gulung yang seperti baru dibeli dari minimarket, buku telepon yang masih utuh. Kondisi baik itu berkat wadah kedap udara yang dipakai untuk menyimpannya.
Rumah tersebut dulunya adalah milik Frank Pansch, seorang dokter bedah setempat. Ia membangun bunker dua tahun sebelum Krisis Rudal Kuba -- yang terjadi pada 1962, ketika terkuak fakta bahwa AS menyeponsori serangan ke Teluk Babi milik Kuba, negara komunis di Laut Karibia. Meskipun gagal, penyerbuan ini telah menimbulkan kemarahan Kuba, juga Uni Soviet -- yang mengarahkan rudal-rudalnya ke arah AS.
Saat itu warga AS beramai-ramai menggali di halaman belakang mereka, membuat bunker. Lubang perlindungan itu memang tak bisa melindungi mereka dari ledakan nuklir, tapi setidaknya dianggap mampu meredam radiasi yang diakibatkannya.
Saksikan video menarik terkait Amerika Serikat berikut ini:
Tren Bunker Berulang
Jika momok nuklir yang dirasakan penduduk AS di tahun 1960-an terbilang nyata, bunker kiamat kembali jadi tren.
Salah satu momentum kembalinya kepopuleran bunker adalah pada 2012, yang didasarkan pada isapan jempol alias kabar bohong: kiamat Maya.
Bukan warga yang menggali sendiri bunkernya. Tugas itu diambil alih para pebisnis yang memanfaakan ketakutan untuk meraup untung.
Di sejumlah titik di seluruh dunia, pengusaha membangun bunker, dari yang mewah hingga mini -- yang harganya tetap saja tak masuk akal. Juga segala jenis kapal, besar hingga kecil, yang menyandang label 'Bahtera Nabi Nuh".
Di Rusia, sejumlah pengusaha menawarkan peralatan darurat. Di Kota Tomsk, Siberia, termasuk di dalamnya adalah kartu identitas, notepad, ikan kaleng, sebotol vodka, tambang, dan secuil sabun.
Ada lagi yang ditawarkan murah, US$ 30 atau kurang dari Rp 300 ribu. Isinya makanan yang awet, lilin, korek api, sabun, dan alat permainan untuk menghibur diri di tengah 'kiamat' yang mengacaukan dunia.
Tak hanya soal bunker, sejumlah peristiwa bersejarah terjadi pada tanggal 6 Oktober. Pada 1973 , Suriah dan Mesir menyerbu Israel secara tiba-tiba, menandakan dimulainya Perang Yom Kippur.
Sementara, pada 1981, Presiden Mesir, Anwar Sadat dibunuh.
Advertisement