Liputan6.com, New Delhi - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India Narendra Modi telah menandatangani perjanjian pemasokan senjata senilai lima miliar dolar AS pada Jumat 5 Oktober 2018.
Moskow akan memasok Delhi dengan beberapa unit sistem pertahanan udara S-400 sehingga India dapat menciptakan kubah lapis bajanya sendiri.
Advertisement
Baca Juga
Kontrak itu ditandatangani di tengah kemungkinan sanksi Washington terhadap India karena membeli peralatan militer Rusia, negara yang telah dijatuhkan sanksi oleh AS, demikian seperti dikutip dari RBTH Indonesia (8/10/2018).
Meski begitu, tanggal pengiriman sistem pertahanan udara tersebut belum diketahui. Apa lagi, Rusia terlebih dulu harus menyelesaikan pengiriman S-400 pesanan China dan Turki sebelum akhirnya ke India.
Bersamaan dengan kontrak S-400, Rusia dan India tengah mempertimbangkan penandatanganan kesepakatan pengiriman rudal BrahMos ke negara-negara Asia yang tak disebutkan namanya.
Versi ekspor rudal buatan Rusia dan India itu dapat mencapai target laut dan darat hingga 300 km dan terbang dengan kecepatan 2,8 kali kecepatan suara. Rusia dan India juga berpikir untuk bekerja sama menciptakan versi hipersonik senjata itu.
Â
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Â
Simak video pilihan berikut:
Hubungan Kompleks Soal Kontrak Militer AS-Rusia-India
Banyak pengamat menilai AS berada dalam posisi yang sulit ketika berbicara tentang India, yang ingin meningkatkan hubungan dengan New Delhi untuk melawan ancaman China yang kian meningkat.
Washington dan New Delhi mengumumkan rencana bulan lalu untuk latihan militer bersama pada 2019 dan menyepakati pertukaran informasi militer yang sensitif. AS sekarang menjadi pemasok senjata terbesar kedua di India.
Tetapi Rusia tetap nomor satu, kesepakatan baru dengan raksasa Asia akan menjadi kemenangan besar bagi Moskow, dan penghinaan besar bagi AS.
Presiden Vladimir Putin dan PM Narendra Modi, yang disebut tengah menikmati hubungan baik, juga cenderung membahas kesepakatan untuk empat armada frigat kelas Krivak senilai US$ 2 miliar (setara Rp 30,3 triliun), dan 200 unit helikopter utilitas Ka-226 yang dipatok senilai US$ 1 miliar (setara Rp 15 triliun).
Para ahli mengatakan India membutuhkan sistem S-400 yang canggih untuk mengisi kekosongan kritis dalam kemampuan pertahanannya, mengingat kebangkitan China dan ancaman yang dirasakan dari Pakist.
"India mengalami keprihatinan tentang kemungkinan perang, di mana ia harus menghadapi beberapa bentuk konfrontasi dari Pakistan dan China pada saat yang sama," kata Pramit Pal Chaudhuri, analis kebijakan luar negeri di New Delhi.
"Kekuatan Angkatan Udara India juga telah melemah karena masalah akuisisi. India telah berkeliling (ke beberapa kekuatan militer global) selama beberapa waktu terakhir, untuk mencari sistem pertahanan udara," lanjutnya kepada Al Jazeera.
"Sistem S-400 belum diuji dalam perang, tetapi secara teknologi mereka cukup bagus, juga relatif murah. Jadi hal itu dinilai sebagai solusi yang baik," tambahnya.
Saat ini, India adalah importir senjata terbesar di dunia, dan baru saja menaikkan anggaran hingga US$ 100 miliar (setara Rp 1.500 triliun), untuk menggantikan sebagian besar alat militer buatan Soviet yang telah tua, termasuk jet MiG yang sering mengalami kecelakaan.
Advertisement