Liputan6.com, Washington DC - Departemen Pertahanan Amerika Serikat atau Pentagon sedang menggelar proyek penelitian yang diberi nama "Insect Allies" atau Sekutu Serangga.
Didanai Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), proyek ini melibatkan penggunaan teknik pengeditan gen, seperti CRISPR untuk menginfeksi serangga dengan virus yang dimodifikasi. Tujuannya, agar pertanian di AS lebih tangguh.
Misalnya, ketika ladang jagung dilanda kekeringan tak terduga atau tiba-tiba terkena patogen, Insect Allies bisa mengerahkan pasukan kutu daun yang membawa virus hasil rekayasa genetika untuk memperlambat laju pertumbuhan tanaman jagung tersebut.
Advertisement
Menurut situs DARPA, terapi bertarget tersebut bisa berlangsung dalam satu musim tanam. Proyek tersebut diklaim berpotensi melindungi sistem pertanian di AS dari ancaman keamanan pangan seperti penyakit, banjir, musim dingin yang bikin tumbuhan beku. "Bahkan, ancaman yang dihadirkan oleh negara atau aktor non-negara," demikian pernyataan DARPA seperti dikutip dari situs sains LiveScience, Senin (8/10/2018).
Proyek yang digagas Pentagon tersebut kontroversial. Sejumlah orang mempertanyakan apakah pasukan serangga yang membawa virus yang telah dimodifikasi secara genetik memang dimaksudkan untuk menyelamatkan pertanian AS atau sejatinya adalah senjata biologis (bioweapon) yang berpotensi tak terkendali?
Sejumlah anggota komunitas ilmiah juga skeptis. Dalam surat yang dipublikasikan pada Jumat, 5 Oktober 2018 di jurnal Science, tim yang terdiri atas lima ilmuwan menyuarakan kekhawatiran bahwa proyek itu bisa saja dieksploitasi sebagai senjata biologis.
"Menurut pandangan kami, justifikasi yang diajukan tidak cukup jelas. Misalnya, mengapa mereka memakai serangga? Padahal, bisa saja menggunakan sistem penyemprotan," kata Silja Voeneky, salah satu penulis surat sekaligus dosen hukum internasional di University of Freiburg di Jerman kepada Washington Post.
"Menggunakan serangga sebagai vektor untuk menyebarkan penyakit mirip senjata biologis klasik," kata dia.
Â
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Â
Saksikan video terkait Pentagon berikut ini:
Demi Ketahanan Pangan
Sementara itu, Blake Bextine, program manager Insect Allies, mengaku tak khawatir. "Setiap saat ketika teknologi baru dan revolusioner dikembangkan, selalu ada potensi kemampuan ofensif dan defensif," kata dia.
"Tapi bukan itu yang sedang kami lakukan. Kami sedang memberikan sifat positif pada tanaman ... Kami ingin memastikan terjaminnya ketahanan pangan," tambah Bextine.
Dia menambahkan, pihaknya menganggap ketahanan pangan sama saja dengan ketahanan nasional.
Insect Allies masih dalam tahap awal pengembangan. Setidaknya ada empat perguruan tinggi di AS --Boyce Thompson Institute, Penn State University, The Ohio State University dan University of Texas di Austin mendapat dana untuk melakukan penelitian.
Bextine menambahkan, proyek Insect Allies telah mencapai tonggak pertama--dengan meneliti apakah kutu dapat menginfeksi batang jagung dengan virus yang telah dimodifikasi yang bisa menyebabkan fluoresensi.
Menurut Washington Post, "jagung tersebut bersinar".
Advertisement