Sukses

Taylor Swift Bicara Politik, Angka Pemilih AS Jelang Pemilu Paruh Waktu Naik

Angka pemilih jelang pemilu paruh waktu Amerika melonjak signifikan usai Taylor Swift menyuarakan pandangan politiknya, kata lembaga advokasi lokal.

Liputan6.com, Nashville - Menyusul langkah penyanyi ternama Taylor Swift untuk menyuarakan sikap politiknya dan bersua mendukung politisi oposisi pemerintahan Presiden Donald Trump, partisipasi pemilih jelang pemilu paruh waktu Kongres Amerika Serikat (midterm election) mengalami peningkatan --menurut laporan situs advokasi pemilu Vote.org yang berbasis di AS.

Kamari Guthrie, Direktur Komunikasi untuk Vote.org mengatakan, angka orang yang mendaftar untuk memilih jelang pemilu sela pada November 2018 nanti, telah melonjak, baik secara nasional maupun di negara bagian kampung halaman Swift di Tennessee.

"Kami mencapai 65.000 pendaftaran dalam satu periode 24 jam sejak pos Taylor Swift," kata Guthrie, seperti dikutip dari CNN (10/10/2018).

Menurut perhitungan Vote.org, pada September 2018, baru ada 190.178 orang secara nasional yang membulatkan keputusannya untuk memilih, dan, 56.669 orang pada bulan Agustus.

Dalam 24 jam setelah Taylor Swift memposting pandangan politiknya di Instagram, Vote.org mencatat ada peningkatan pemilih sebanyak 155.940 orang --di mana mereka mengunjungi situs Vote.org guna membulatkan keputusan untuk hendak memilih pada pemilu sela.

Padahal, sebelum Swift mengunggah postingan itu, rata-rata pengunjung harian situs Vote.org hanya berkisar 14.078 orang.

Jumlah pemilih baru di Tennessee juga melonjak, kata Vote.org, dengan 2.144 orang mendaftar, dalam kurun waktu lebih dari satu hari sejak Taylor Swift mengunggah postingannya. Angka itu mendekati jumlah seluruh pendaftar baru di Tennessee untuk bulan September yang berjumlah 2.811.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Apa yang Dikatakan Taylor Swift?

Lonjakan itu terjadi beberapa saat usai Taylor Swift mengungkap sebuah pesan politis pada dua kesempatan terpisah.

Terbaru, usai tampil di ajang penghargaan American Music Awards 2018 pada 9 Oktober 2018, ia mengajak para penonton untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu sela Kongres Amerika Serikat.

"Aku ingin mengingatkan bahwa setiap penghargaan yang diberikan malam ini adalah hasil pilihan orang-orang. Dan kamu tahu apa lagi yang bisa kalian pilih? Pemilu midterm pada 6 November. Pergilah untuk memilih," tuturnya.

Sebelumnya, akhir pekan lalu, pelantun tembang "Love Story" itu juga mengunggah postingan di Instagram untuk menyuarakan dukungannya kepada kandidat Partai Demokrat (yang beroposisi dengan Trump) untuk Kongres Negara Bagian Tennessee pada pemilu sela November nanti.

Swift mendukung Phil Bredesen untuk Senat dan Jim Cooper untuk House of Representative (sepantar DPR-D) Negara Bagian Tennessee.

Tak ketinggalan, pada unggahan yang sama, ia juga mengkritik kandidat Partai Republik (pro-Trump) untuk Senat Tennessee, Marsha Blackburn, atas rekam jejaknya yang tak mendukung kesetaraan gender.

Postingan itu, menurut CNN, dianggap mampu memberikan efek signifikan jelang pemilu sela nanti. Buktinya, Presiden Donald Trump segera merespons Swift, dengan mengatakan bahwa sejak postingan itu muncul, "saya hanya menyukai musik Taylor sekitar 25 persen lebih sedikit saat ini," ujarnya kala berbicara kepada sejumlah wartawan.

Meski tidak menyebut pasti alasannya, publik telanjur menduga pernyataan itu sebagai tanggapan atas pandangan politik Taylor Swift yang diunggah di Instagram, akhir pekan lalu.

Tennessee sendiri merupakan negara bagian yang condong ke arah Republik, dan pendapat Swift --dengan jumlah pengikut Instagram sebanyak 112 juta orang-- disebut dapat mengubah pandangan masyarakat Tennessee, atau bahkan AS, terhadap kandidat pemilu paruh waktu pada 6 November nanti.

Komentar terakhir Swift yang mendukung kandidat Demokrat dipuji oleh banyak orang, tapi juga memicu reaksi keras dari pendukung Republik.

Penyanyi dan penulis lagu berusia 28 tahun itu mengaku sengaja menghindari politik selama berkarier di industri musik. Namun, "berbagai kejadian dalam dua tahun terakhir", disebut telah mengubah pikirannya.