Liputan6.com, Jenewa - Badan pengungsi PBB atau UNHCR melaporkan telah memangkas program bantuan vital bagi jutaan pengungsi tahun ini. Alasannya karena mereka hanya menerima separuh dari US$ 8,2 miliar yang diperlukan bagi operasi kemanusiaan.
Jumlah rekor 68,5 juta orang telah kehilangan tempat tinggal secara paksa di seluruh dunia, dengan 25,4 juta di antaranya adalah pengungsi.
Meskipun jumlah orang yang mengungsi akibat konflik dan penganiayaan meningkat, badan pengungsi PBB mengatakan dana yang diperlukan untuk membantu mereka menurun.
Advertisement
Juru bicara UNHCR Babar Baloch mengatakan kondisi ini meningkatkan penderitaan pengungsi dan pengungsi di dalam negeri, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia (11/10/2018).
Baca Juga
Dengan terbatasnya dana, Baloch mengatakan prioritas harus diberikan kepada upaya penyelamatan jiwa, makanan, tempat tinggal dan layanan kesehatan.
Ia mengatakan kepada VOA bahkan sektor-sektor inipun mengalami pemangkasan.
Sebagai akibatnya, Baloch mengatakan banyak pengungsi yang mengalami kondisi peningkatan tingkat gizi yang buruk, fasilitas kesehatan kewalahan, dan tempat penampungan menjadi semakin buruk. Ia menyebut Burundi sebagai contohnya.
"Anak-anak yang melarikan diri dari Burundi sebagai pengungsi dan yang berada di negara-negara tetangga terpaksa belajar di sekolah yang penuh sesak atau belajar di bawah pohon. Dan upaya perlindungan serta dukungan bagi anak-anak tanpa pendamping dan korban pelecehan seksual serta kekerasan, juga terpengaruh," ungkap Juru Bicara UNHCR itu.
Â
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Â
Simak video pilihan berikut:
Enam Situasi Pengungsi Terparah
UNHCR melaporkan Burundi, Republik Demokratik Kongo (RD Kongo), Afghanistan, Sudan Selatan, Suriah dan Somalia merupakan enam situasi pengungsi dan pengungsian yang paling parah dilanda krisis dana tersebut.
Sebagai contoh, di Burundi, UNHCR mengatakan pengungsi tidak memiliki cukup makanan untuk memberi makan keluarga mereka karena pemangkasan ransum.
UNHCR mendapati di RD Kongo yang sarat konflik dan di negara-negara penampung pengungsi RD Kongo, anak-anak muda khususnya tidak bisa mendapat pekerjaan dan pendidikan.
UNHCR mengatakan hampir 12 juta pengungsi Suriah dan pengungsi di dalam negeri dalam situasi yang buruk karena dana yang tersedia hanya cukup untuk memberi mereka jumlah minimum yang diperlukan untuk bertahan hidup.
Advertisement