Sukses

Abaikan China, Mahathir Mohamad Bebaskan 11 Muslim Uighur di Malaysia

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad tetap membebaskan 11 orang muslim Uighur di Malaysia, meski mendapat kecaman dari China.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Pemerintah Malaysia dikabarkan tetap membebaskan 11 orang etnis muslim Uighur yang kabur dari penjara Thailand ke Negeri Jiran. Perdana Menteri Mahathir Mohamad beralasan bahwa mereka tidak melakukan kesalahan apa pun.

Keputusan itu mengabaikan protes Beijing yang menginginkan kesebelas muslim Uighur diekstradisi ke China, demikian sebagaimana dikutip dari South China Morning Post pada Senin (15/10/2018).

"Mereka tidak berbuat salah di negara ini, jadi mereka dibebaskan," kata PM Mahathir dalam komentar singkat kepada wartawan di parlemen Malaysia di Putrajaya.

Banyak pengamat memperkirakan bahwa langkah Malaysia kemungkinan akan membebani hubungan Malaysia dengan China, yang sempat bersitegang dengan Mahathir Mohamad kala membatalkan proyek investasi Negeri Tirai Bambu senilai lebih dari US$ 20 miliar, sesaat setelah kemenangannya dalam pemilu tahun ini.

China, yang telah meminta ekstradisi sejak dua bulan terakhir, mengatakan dengan tegas pada Jumat 12 Oktober, pihaknya menentang keputusan Malaysia untuk membebaskan 11 orang muslim Uighur dan membiarkan mereka terbang ke Turki.

Jaksa di Malaysia menetapkan putusan hukum terhadap kelompok Uighur itu atas dasar kemanusiaan, kata pengacara mereka.

Kesebelas muslim Uighur ditahan dan didakwa karena secara ilegal memasuki Malaysia, setelah sebelumnya kabur dari penjara di Thailand pada bulan November.

Mereka dikabarkan melarikan diri dengan menjebol tembok penjara pada bulan November, dan menggunakan selimut untuk turun.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Malaysia Ditekan China yang Ditekan Barat

Berbagai media massa sempat melaporkan pada bulan Februari bahwa Malaysia berada di bawah tekanan besar China untuk mengekstradisi sebelas orang Uighhur.

Di lain pihak, beberapa misi Barat berusaha menghalangi Kuala Lumpur mengirim para Uighur kembali ke China, yang dituduh telah menganiaya etnis terkait.

Sebaliknya, Beijing menuduh masyarakat muslim Uighur sebagai pihak separatis yang merencanakan serangan terhadap mayoritas etnis Han, di wilayah bergejolak Xinjiang di barat China.

Namun, tekanan dunia internasional juga sama besarnya terhadap China, yang menuding Negeri Tirai Bambu melakukan penyiksaan lahir batin terhadap muslim Muighur.

Selain itu, China juga dituduh mengontrol ketat kebebasan agaman dan budaya Uighur yang mayoritas adalah muslim.

Tuduhan tersebut semakin disorot ketika muncul beberapa laporan asing yang menyebut ribuan orang telah melarikan diri dari tekanan di Xinjiang. Mereka rata-rata pergi secara diam-diam ke negara tujuan pengungsi via Asia Tenggara.

Â