Sukses

Dino Patti Djalal: Kondisi Dunia Semakin Tidak Menentu

Tema A Dangerous Drift: Ideas to Fix a Broken World dianggap sebagai gambaran bahwa kondisi dunia saat ini tidak menentu.

Liputan6.com, Jakarta - Penggagas Conference of Indonesian Foreign Policy (CIFP 2018), Dino Patti Djalal mempertanyakan apakah dunia saat ini berbahaya dan mengancam?

Lewat pertanyaan ini, hadirin yang datang banyak mengangkat tangan dan sepakat jika hal itu menjadi tantangan dunia dewasa ini.

"Saya merasa, dunia saat ini bukan hanya 'berbahaya' tetapi juga mengancam," ujar Founder Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) saat membuka acara CIFP 2018 di The Kasablanka Hall, Jakarta (20/10/2018).

Ada hal yang melatarbelakangi pernyataan itu. Mulai dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang mengampanyekan American First dan isu China.

"Selain itu, ada pula negara-negara yang hilang rasa ketertarikan dan kepercayaannya pada hubungan multilateral dan menganggap bilateral adalah satu-satunya cara yang lebih efektif dan tidak menguras energi," ujar Dino.

Poin lain yang dinilai Dino dunia saat ini berada dalam "ancaman" karena Amerika Serikat yang mundur dari kesepakatan dengan Eropa soal lingkungan dan alam.

"Masalah hubungan regional antar negara juga jadi sorotan. Mundurnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) merupakan gambaran bahwa dunia terkadang bisa saja tidak stabil," jelas Dino.

"Meski demikian, titik cerah masih dapat kita rasakan. Misalnya ASEAN yang usianya sudah lebih dari 50 tahun dan tetap eksis di panggung dunia," tambahnya.

"Tetapi, dewasa ini ASEAN juga menghadapi sejumlah masalah dan tantangan tersendiri."

Lalu solusinya apa? Bagi Dino, United Nations atau PBB bisa jadi solusi. Hubungan multilateral seperti PBB hingga ASEAN dapat menjadi wadah yang mampu menciptakan perdamaian.

Dalam kesempatan itu, Dino juga menyebut ada harapan-harapan lain soal dunia yang mampu menuju ke arah yang lebih baik. Seperti pertemuan antara Kim Jong-un dan Donald Trump yang telah menciptakan atmosfer baik bagi dunia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

2 dari 2 halaman

CIFP 2018

Acara tahunan yang sudah memasuki kali ke-4 ini telah mendapatkan penghargaan MURI sebagai konferensi hubungan internasional terbesar di Indonesia, dan bahkan disebut yang terbesar di dunia.

"CIFP disebut sebagai konferensi politik luar negeri terbesar di dunia secara umum. Konferensi ini menunjukkan semangat internasionalisme di Indonesia yang sangat tinggi," jelas pendiri FPCI melalui sebuah pernyataan tertulisnya.

Tahun ini, CIFP 2018 mengangkat tema “A Dangerous Drift: Ideas to Fix a Broken World”. Menurut Founder dari Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal ada makna di balik tema tersebut.

"Dunia kita sekarang sedang amburadul dan arahnya semakin tidak menentu. Perang dagang semakin mengancam, konflik semakin memanas, suhu bumi meningkat, pengungsi semakin bertambah hingga multilateralisme semakin tertekan," ujar Dino.

Tema ini dianggap sangat mencerminkan situasi dunia yang semakin tidak menentu. Meski demikian juga menekankan perlunya pemikiran-pemikiran baru yang solutif untuk menjawab tantangan dari banyak hal.

FPCI merupakan organisasi nirlaba dan non-pemerintah yang berkecimpung dalam bidang hubungan internasional Indonesia.

Didirikan oleh Dino Patti Djalal pada 2014, organisasi itu mengklaim sebagai foreign policy group independen terbesar di Indonesia, dengan 40.000 orang yang menjadi bagian network-nya.