Sukses

Menlu RI: Banyak Negara Berharap pada Indonesia

Menlu Retno menyampaikan keresahannya soal ketidakstabilan dunia saat ini. Di mana rivalitas antara negara besar terjadi. Bukan hanya soal politik, tetapi juga di sektor ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi menyebutkan bahwa Indonesia akan terus berkomitmen untuk menjaga kestabilan dan perdamaian dunia.

Terpilihnya Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB merupakan sebuah prestasi dan tanggung jawab besar untuk mewujudkan itu semua.

"Untuk mewujudkan hal ini, cara yang paling tepat adalah menjunjung hubungan multirateral antar bangsa," ujar Menlu Retno saat menyampaikan sambutannya di acara Conference of Indonesian Foreign Policy (CIFP 2018) di Jakarta, Sabtu (20/10/2018).

"Hubungan multilateral sangat penting karena setiap negara anggota akan dihormati suaranya oleh semua pihak," jelas Menlu.

Dengan hubungan multilateral, konflik dapat diselesaikan dan perdamaian dunia mampu diwujudkan. Dalam kesempatan ini, Menlu Retno Marsudi juga menyebut bahwa perang dan konflik merupakan hal yang sia-sia untuk dilakukan.

"Perang dan konflik akan selalu memakan korban. Korban yang paling banyak adalah wanita dan anak-anak," ujar Menlu RI.

Menlu Retno juga menyapaikan keresahannya soal ketidakstabilan dunia saat ini. Di mana rivalitas antara negara besar terjadi. Bukan politik saja, tetapi juga pada sektor ekonomi.

"Di tengah situasi yang sangat buruk ini. Ada banyak harapan masyarakat dunia pada Indonesia. Negara berkembang juga berharap pada Indonesia. Sebab, kini Indonesia menjadi Anggota DK PBB," jelas Menlu Retno.

"Rekam jejak diplomasi Indonesia sangat bisa dibanggakan. Indonesia selalu jadi dalam bagian pemberian solusi dan bukan bagian dari masalah," tambahnya.

Sampaikan Pesan Presiden RI

Di hadapan banyak anak muda, Menlu Retno juga menyampaikan pesan Presiden Joko Widodo atas acara Conference of Indonesian Foreign Policy (CIFP 2018).

"Saat ini Presiden Jokowi sedang berada di Semarang dan beliau sangat mengapresiasi acara ini," jelas Menlu Retno Marsudi.

Indonesia mengedepankan kerja sama dan koordinasi. Saat pembukaan IMF Presiden RI menyebut lemahnya kerja sama dan koordinasi telah menyebabkan banyak masalah.

"Saat ini banyak sekali peperangan antar bangsa terjadi. Apakah rivalitas antarbangsa diperlukan?," tanya Menlu Retno.

"Dalam pidato di Bali, Presiden Joko Widodo menyebut kekalahan dan peperangan hasilnya itu selalu sama. Yaitu mengakibatkan dunia yang porak-poranda. Tidak akan ada gunanya merayakan kemenangan di tengah kehancuran," jelas Menlu.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

CIFP 2018

Acara tahunan yang sudah memasuki kali ke-4 ini telah mendapatkan penghargaan MURI sebagai konferensi hubungan internasional terbesar di Indonesia, dan bahkan disebut yang terbesar di dunia.

"CIFP disebut sebagai konferensi politik luar negeri terbesar di dunia secara umum. Konferensi ini menunjukkan semangat internasionalisme di Indonesia yang sangat tinggi," jelas pendiri FPCI melalui sebuah pernyataan tertulisnya.

Tahun ini, CIFP 2018 mengangkat tema "A Dangerous Drift: Ideas to Fix a Broken World". Menurut Founder dari Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal ada makna di balik tema tersebut.

“Dunia kita sekarang sedang amburadul dan arahnya semakin tidak menentu. Perang dagang semakin mengancam, konflik semakin memanas, suhu bumi meningkat, pengungsi semakin bertambah hingga multilateralisme semakin tertekan,” ujar Dino.

Tema ini dianggap sangat mencerminkan situasi dunia yang semakin tidak menentu. Meski demikian juga menekankan perlunya pemikiran-pemikiran baru yang solutif untuk menjawab tantangan dari banyak hal.

FPCI merupakan organisasi nirlaba dan non-pemerintah yang berkecimpung dalam bidang hubungan internasional Indonesia.

Didirikan oleh Dino Patti Djalal pada 2014, organisasi itu mengklaim sebagai foreign policy group independen terbesar di Indonesia, dengan 40.000 orang yang menjadi bagian network-nya