Liputan6.com, Antartika - Para peneliti berhasil merekam bunyi alami di Antartika yang biasanya tak terdengar oleh telinga manusia. Hal ini bisa membantu mereka memprediksi kapan dinding es runtuh di masa depan.
Dikutip dari laman ABC Indonesia, Minggu (21/10/2018), menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Geophysical Research Letters, para ilmuwan mengubur 34 sensor yang sangat sensitif di bawah permukaan dinding es Ross Ice Shelf, Antartika yang bersalju untuk merekam 'nyanyian' tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memantau getaran dan memelajari struktur serta gerakannya antara tahun 2012 dan 2017.
Tapi mereka melihat sesuatu yang aneh, salju yang menyelimuti dinding itu hampir terus-menerus bergetar.
Angin yang bertiup di bukit-bukit salju yang besar meninggalkan bongkahan dinding es di Antartika dengan bergemuruh seperti dentuman drum raksasa.
"Ini seperti Anda meniup seruling, terus-menerus, di atas dinding es," kata Julien Chaput, penulis utama studi itu.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Faktor Cuaca bisa Mengubah Suara
Chaput mengatakan, kondisi cuaca bisa mengubah frekuensi getaran, sehingga mengubah nada.
"Entah Anda mengubah kecepatan salju dengan memanaskan atau mendinginkannya, atau Anda mengubah lokasi di mana Anda meniup flute, dengan menambahkan atau menghancurkan bukit pasir."
"Itu intinya dua efek memaksa yang bisa kita amati."
Menurut ahli glasiologi, Douglas MacAyeal, dari Universitas Chicago, yang tak terhubung dengan penelitian ini, memelajari getaran ini bisa memberi pengetahuan kepada para ilmuwan tentang bagaimana dinding es itu merespon perubahan kondisi iklim.
Ia mengatakan, perubahan pada dengung bisa menunjukkan apakah danau meleleh atau retak di atas es tengah terbentuk dan, oleh karena itu, apakah dinding es rentan untuk runtuh.
Advertisement