Sukses

Donald Trump: AS Akan Keluar dari Traktat Pengendalian Senjata Nuklir Rusia

Presiden Donald Trump mengumumkan akan menarik AS keluar dari perjanjian pengendalian senjata nuklir yang mereka teken dengan Rusia.

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Donald Trump, pada Sabtu 20 Oktober 2018 waktu setempat, mengumumkan akan menarik Amerika Serikat keluar dari perjanjain pengendalian senjata nuklir yang mereka teken dengan Rusia (dulu Uni Soviet) pada era-Perang Dingin.

Trump mengatakan bahwa AS "akan menghentikan perjanjian itu dan kami akan keluar," ujarnya merujuk pada Traktat Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) 1987, seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (21/10/2018).

Traktat INF melarang peluncuran rudal jarak pendek hingga menengah berbasis darat (ground-based missile), dengan kisaran antara 500 dan 5.500 km. Perjanjian itu menjadikan kawasan Eropa steril dari silo atau fasilitas peluncur misil-misil nuklir selama lebih dari tiga dekade, sejak kesepakatan itu ditandatangani oleh Presiden Ronald Reagan dan Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada 8 Desember 1987.

Berbicara kepada para wartawan tentang alasannya, Trump mengatakan bahwa Rusia telah "melanggar" Traktat INF dengan terus mengembangkan senjata nuklir. "Amerika Serikat tidak akan membiarkan Rusia lolos begitu saja (dari pelanggaran itu) sementara mereka terus mengembangkan senjata. Kami tidak akan membiarkannya," lanjut Trump.

Tentang pelanggaran Rusia yang dimaksud oleh Trump, dirinya merujuk pada insiden tahun 2014, di mana Presiden Barack Obama menuduh Rusia melanggar Traktat INF setelah diduga melakukan uji coba rudal jelajah yang diluncurkan via darat.

Obama sempat mempertimbangkan untuk menarik AS keluar dari Traktat INF, namun, di bawah tekanan pemimpin Uni Eropa, membatalkan niatnya. Pemimpin Eropa berargumen kepada Obama bahwa jika AS keluar dari Traktat INF, maka hal itu akan memulai lagi perlombaan senjata pemusnah massal seperti pada era Perang Dingin.

"Saya tidak tahu mengapa Obama tidak melakukan renegosiasi kembali atau keluar. (Padahal) Rusia telah melanggarnya selama bertahun-tahun," ujar Donald Trump pada 20 Oktober, mengomentari keputusan Obama empat tahun lalu.

Sementara itu pada laporan tahun 2018, Kementerian Pertahanan AS juga menuduh bahwa Rusia mengembangkan rudal jarak menengah baru yang disebut Novator 9M729 --bernama sandi NATO sebagai SSC-8. Tindakan itu dianggap oleh AS telah melanggar Traktat INF.

Rudal tersebut, menurut klaim AS, memungkinkan Rusia untuk meluncurkan serangan nuklir di negara-negara NATO (Organisasi Pakta Kerja Sama Militer Amerika Utara, Eropa Barat dan Atlantik) dalam waktu yang sangat singkat.

Menanggapi, pihak Rusia membantah tuduhan itu dan menolak bahwa mereka telah melanggar Traktat INF. Namun pada saat yang sama, mereka tak memberikan bukti merinci atas bantahan tersebut. Di sisi lain, para pengamat mengatakan, Rusia melihat senjata semacam itu sebagai alternatif yang lebih murah daripada pasukan konvensional.

Menambahkan, sumber Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa rencana AS untuk mundur dari INF beserta segala tuduhan yang mereka lontarkan "dimotivasi oleh impian dunia unipolar, di mana mereka (AS) ingin menjadi satu-satunya negara kekuatan super global," seperti dikutip dari kantor berita Rusia RIA Novosti yang terafiliasi pemerintah.

Tangan kanan Donald Trump, yakni Penasihat Kepresidenan AS Bidang Keamanan Nasional John Bolton diperkirakan akan menotifikasi Rusia tentang rencana penarikan diri AS dari Traktat INF dalam pembicaraan di Moskow pada akhir pekan ini.

Jika terlaksana, ini menjadi kesepakatan kedua antara AS-Uni Soviet pada era-Perang Dingin di mana Negeri Paman Sam menarik diri. Pada 2002, AS keluar dari Traktat Anti-Ballistic Missile Treaty (ABM) yang diteken pada 1972.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 3 halaman

China Ikut Kena Getah

Melengkapi pemberitaan tersebut, surat kabar The New York Times melaporkan pada Jumat 19 Oktober 2018 bahwa pertimbangan AS untuk menarik diri dari Traktat INF adalah sebagai upaya untuk melawan kehadiran militer dan alutsista China yang semakin meluas di Pasifik barat, termasuk, Laut China Selatan.

Mengomentari soal peran Tiongkok, Trump pada 20 Oktober juga mengatakan, "Seharusnya Rusia dan China datang kepada kami dan mereka semua berkata, 'Mari kita benar-benar menjadi pintar dan jangan sampai kita mengembangkan senjata (rudal nuklir) itu.' Tetapi, Rusia tetap melakukannya (mengembangkan rudal) dan China melakukannya, sementara kami (tetap) mematuhi perjanjian, maka itu tidak dapat diterima," kata Trump, seperti dikutip dari CNN.

China bukan penandatangan Traktat INF. Oleh karenanya, memungkinkan Tiongkok untuk mengembangkan rudal jarak menengah tanpa pengekangan dari perjanjian nuklir serupa milik INF.

Pada tahun 2017, kepala Komando Pasifik AS, Laksamana Harry Harris, mengatakan kepada Kongres bahwa sekitar 95 persen dari kekuatan rudal China akan melanggar Traktat INF jika mereka adalah bagian dari perjanjian itu.

"Fakta ini sangat penting karena AS tidak memiliki kemampuan yang sebanding (untuk mengekang China) karena kepatuhan kami pada Perjanjian Intermediate Range Nuclear Forces (INF) hanya dengan Rusia," kata Harris dalam sebuah pernyataan kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat.

Hingga berita ini dimuat, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah China.

3 dari 3 halaman

Sekilas Traktat INF

Traktat Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty (INF) atau 'Traktat Antara Amerika Serikat dan Republik Sosialis Uni Soviet tentang Eliminasi Misil Jangka Pendak dan Jangka Menengah', merupakan perjanjian 1987 antara Amerika Serikat dan Uni Soviet (dan kemudian negara-negara penerusnya, terutama Federasi Rusia).

Munculnya Traktat INF dipicu oleh perlombaan AS dan Rusia untuk menempatkan fasilitas peluncur ribuan rudal nuklir strategis via darat di beberapa titik di Eropa. Persaingan itu akhirnya memancing pemimpin kedua negara untuk melakukan sebuah negosiasi pembatasan persenjataan nuklir mereka, demi menghindari dampak-dampak yang tak diinginkan.

Ditandatangani di Washington DC oleh Presiden Ronald Reagan dan Pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev pada 8 Desember 1987, Traktat INF diratifikasi oleh Senat Amerika Serikat pada 27 Mei 1988 dan diberlakukan pada 1 Juni 1988, dengan jangka waktu penerapan yang tak terbatas, demikian seperti dikutip dari Nuclear Threat Initiative (NTI.org).

Traktat INF mengeliminasi seluruh nuklir dan misil konvensional, serta para peluncur mereka, dengan rata-rata 500–1,000 kilometer (jangka pendek) dan 1,000–5,500 kilometer (jangka menengah). Pada Mei 1991, total 2.692 misil dieliminasi, disusul oleh 10 tahun inspeksi verifikasi di tempat.

Tapi, traktat tersebut tidak meliputi misil-misil yang diluncurkan via laut (sea-based missile).