Sukses

Tensi Mereda, Israel Buka 2 Akses Perlintasan Menuju Jalur Gaza

Tensi mereda, Israel membuka kembali dua akses penghubung ke Jalur Gaza pada Minggu 21 Oktober 2018 pagi waktu setempat.

Liputan6.com, Jalur Gaza - Israel membuka kembali dua akses penghubung ke Jalur Gaza pada Minggu 21 Oktober 2018 pagi waktu setempat, yang memungkinkan orang dan barang mampu masuk ke dan keluar dari daerah enklave Palestina itu.

Dua akses itu antara lain jalur penyeberangan Erez dan penyeberangan Kerem Shalom. Dua wilayah itu sempat ditutup oleh Israel pada Rabu 17 Oktober 2018 setelah roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza meledak di luar sebuah rumah di kota Beersheba di Israel selatan dan satu lagi mendarat di laut di lepas pantai Tel Aviv

Keputusan untuk membuka dua jalur penghubung itu diumumkan menyusul penurunan jumlah kekerasan di sepanjang perbatasan Israel-Palestina di Jalur Gaza, demikian seperti dikutip dari The Times of Israel, Senin (22/10/2018).

Kantor Menteri Pertahanan Avigdor Liberman mengatakan keputusan itu dibuat dengan berkonsultasi dengan pejabat dari Pasukan Pertahanan Israel, dinas keamanan Shin Bet dan lembaga penghubung Palestina (Coordinator of Government Activities in the Territories).

Akan tetapi, keputusan itu tidak termasuk tentang mengizinkan pasokan bahan bakar yang dihibahkan oleh Qatar untuk masuk ke Jalur Gaza.

"Keputusan untuk itu ditunda pada saat ini dan akan dipertimbangkan dalam beberapa hari, tergantung pada insiden (sepanjang perbatasan)," kata kantor Menhan Israel Avigdor Liberman.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Rangkaian Kekerasan Terbaru

Militan Hamas di Jalur Gaza meluncurkan roket yang meledak di dua wilayah Israel di Beersheba dan Tel Aviv pada 17 Oktober 2018.

Sebagai tanggapan terhadap serangan roket itu, militer Israel melancarkan gelombang serangan udara, membom beberapa sekitar 20 target di Jalur Gaza, termasuk terowongan serangan penyeberangan perbatasan, kata Israel Defense Force (IDF).

Pada hari-hari berikutnya, Mesir dan PBB dikatakan menjadi perantara gencatan senjata antara Israel dan kelompok teror Hamas, kelompok yang secara de facto memerintah Jalur Gaza --meski pemerintahan de jure berada di tangan Otoritas Palestina.

Hal itu memicu penurunan yang signifikan dalam jumlah kekerasan di sepanjang pagar keamanan Jalur Gaza pada pekan ini, jika dibandingkan dengan minggu-minggu sebelumnya, baik dalam hal jumlah orang yang berpartisipasi dalam kerusuhan perbatasan dan intensitas bentrokan.

Para pejabat pertahanan Israel juga menggambarkan aksi para militan Jalur Gaza pekan ini sebagai yang paling tenang sejak gelombang protes yang dijuluki "March of Return" dimulai pada 30 Maret.

"Tidak seperti beberapa minggu terakhir, sebagian besar perusuh masih berada di kejauhan dan tidak mencoba untuk mencapai pagar. Hamas bertindak untuk menahan diri di lapangan," kata militer Israel.

Kendati demikian, Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan bahwa 130 orang Palestina terluka dalam bentrokan sepanjang pekan ini, termasuk 77 orang yang cedera akibat terkena tembakan langsung.

Namn, para pejabat Israel percaya Hamas telah mengubah kebijakannya mengenai bentrokan dan berusaha menghentikan kekerasan yang telah menjadi kejadian hampir setiap pekan.

Israel yakin kelompok Hamas mulai melunak pada sejumlah demonstrasi untuk memungkinkan mediator Mesir mendapat kesempatan untuk melakukan kesepakatan antara Hamas dan Israel guna mencapai gencatan senjata jangka panjang di Gaza, menurut laporan media setempat.