Liputan6.com, Brasilia - Ribuan orang berteriak, "Bukan dia!" di jalan-jalan di Brasil pada Sabtu, 20 Oktober 2018. Mereka memprotes pencalonan Jair Bolsonaro sebagai Presiden Brasil.
Demonstrasi itu bermula dari seruan yang dilakukan di laman Facebook, "Perempuan Bersatu Melawan Bolsonaro", dan mengimbau para pengunjuk rasa untuk berkumpul di 26 kota di Negeri Samba, termasuk Rio de Janeiro dan Sao Paulo. Gerakan-gerakan lain juga mengorganisasi demonstrasi terhadap Bolsonaro.
Maria Des Neves adalah pemimpin Serikat Perempuan Brasil dan mengepalai aksi protes tersebut.kb
Advertisement
"Kami menyerukan agar warga Brasil tidak memilih dia (Bolsonaro), tapi memilih calon presiden pasangan Haddad dan Manuela. Kami mengajak para perempuan dan warga Brasil untuk mengakhiri kebencian serta kekerasan yang terjadi di negara ini, memberikan kepercayaan kepada Manuela dan Haddad," kata Des Neves, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (23/10/2018).
Baca Juga
Seminggu sebelum pemilihan putaran kedua yang jatuh pada 28 Oktober, jajak pendapat menunjukkan bahwa Bolsonaro kemungkinan besar akan menang.
Namun di satu sisi, banyak penduduk Brasil yang tak suka dengannya. Bolsonaro telah membuat marah banyak penduduk dengan memuji kediktatoran militer negara itu yang terjadi selama 1964-1985 dan membuat komentar ofensif bagi kaum gay, perempuan, dan kulit hitam.
Ia memenangi pemungutan suara putaran pertama yang dilakukan pada 7 Oktober, dengan total surat suara sebanyak 46 persen. Sedangkan Fernando Haddad dari Partai Buruh mengantongi 29 persen.
Haddad, pengganti yang dipilih oleh mantan Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, berjanji akan membawa kembali masa-masa kejayaan Brasil seperti saat da Silva memimpin, memerangi ketidaksetaraan, serta berinvestasi lebih banyak dalam pendidikan dan meningkatkan layanan negara.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pemilu Brasil Putaran Dua Memanas
Layanan berkirim pesan WhatsApp telah menjadi medan perang politik dalam pemilu paling terpolarisasi di Brasil, setidaknya sejak satu dasawarsa terakhir. Hal itu meningkatkan kekhawatiran akan mendistorsi perdebatan di luar mata publik.
Facebook--induk usaha WhatsApp--telah menggembar-gemborkan upaya untuk menindak tegas informasi palsu dan hoaks menjelang putaran kedua pemilihan presiden pada 28 Oktober mendatang, antara Jair Bolsonaro dari pihak sayap kanan dan pesaingnya, Haddad Fernando.
Meski telah dijanjikan tindakan tegas, sebagaimana dikutip dari Channel News Asia, layanan WhatsApp di Negeri Samba terus dibanjiri dengan berita palsu, hoaks dan teori konspirasi.
Haddad menuduh para pengusaha yang mendukung Bolsonaro, telah melakukan politik uang untuk membombardir pemilih dengan propaganda menyesatkan, yang disebutnya melanggar undang-undang pemilu.
WhatsApp memiliki lebih dari 120 juta pengguna di Brasil, negara dengan hampir penduduk hampir 210 juta jiwa, menyaingi jangkauan platform utama Facebook di sana.
Layanan olah pesan itu telah menjadi salah satu cara utama bagi masyarakat Brasil untuk tetap berkomunikasi dengan teman, kolega, dan keluarga.
Pemilu putaran pertama pada 7 Oktober lalu menggarisbawahi peran utama yang dimainkan media sosial dalam politik Brasil.
Bolsonaro, tujuh kali anggota Kongres Brasil yang berasal dari partai kecil, memiliki sedikit akses ke pendanaan kampanye publik atau iklan televisi. Namun, kampanye akar rumput dan kehadirannya yang sangat besar di media sosial membantunya memenangkan 46 persen suara.
Perusahaan Polling Datafolha menemukan bahwa dua pertiga pemilih Brasil menggunakan WhatsApp. Pendukung Bolsonaro lebih cenderung mengikuti berita politik melalui komunikasi langsung via layanan berbagai pesan itu.
WhatsApp memungkinkan kelompok-kelompok dari ratusan pengguna untuk bertukar teks, foto dan video di luar lingkup otoritas pemilihan, pemeriksa fakta independen atau bahkan platform itu sendiri.
Advertisement