Sukses

Ini Janji Putra Mahkota Arab Saudi yang Dituduh Dalang Pembunuhan Khashoggi

Putra mahkota Mohammed bin Salman akhirnya angkat bicara tentang pembunuhan Jamal Khashoggi, dan menjanjikan keadilan baginya.

Liputan6.com, Riyadh - Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, menyebut pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi di dalam konsulat kerajaan di Istanbul sebagai "kejahatan keji yang tidak bisa dibenarkan".

Dalam komentar publik pertamanya setelah berminggu-minggu sejak pembunuhan Jamal Khashoggi,sosok yang akrab disapa MBS itu, mengatakan pada Rabu 24 Oktober, bahwa para pelaku akan dibawa ke pengadilan dengan bantuan Turki.

Berbicara di tengah penyelenggaraan Inisiatif Investasi Masa Depan di Riyadh, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Kamis (25/10/2018), MBS mengatakan bahwa "beberapa orang mencoba untuk merebut momen menyakitkan ini untuk merusakan hubungan antara Arab Saudi dan Turki".

Dia melanjutkan: "Saya ingin mengirim pesan kepada mereka: Anda tidak akan dapat melakukan hal itu selama kita memiliki seorang raja bernama Salman bin Abdulaziz, dan seorang putra mahkota bernama Mohammed bin Salman, dan seorang presiden Turki bernama Erdogan.

"Keretakan hubungan kami tidak akan pernah terjadi. Kami akan membuktikan kepada seluruh dunia bahwa kedua negara bekerja sama untuk menghukum semua pelaku, dan keadilan akan berada di atas segalanya."

Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dikabarkan telah berbicara dengan Raja Salman melalui telepon, sebelum pidatonya di depan parlemen pada Selasa 23 Oktober.

Momen tersebut merupakan pertama kalinya bagi kedua pemimpin negara berbicara langsung, sejak Khashoggi menghilang pada 2 Oktober.

Sebelumnya, Al Jazeera juga melaporkan bahwa Presiden Erdogan sempat menelpon Raja Abdullah dari Yordania, yang diperkirakan sebagai upaya menghadirkan mediator netral untuk menjembatani hubungan Turki dan Arab Saudi pasca-pembunuhan Jamal Khashoggi.

 

Simak video pilihan  berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Arab Saudi Kian Mendapat Tekanan

Pernyataan MBS pada hari Rabu muncul sehari setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, untuk pertama kalinya menyiratkan bahwa putra mahkota mungkin memiliki peran dalam pembunuhan tersebut.

Arab Saudi mendapat tekanan yang semakin besar atas pembunuhan itu, yang juga memicu ketegangan hubungan dengan sekutu Barat lainnya.

Jamal Khashoggi, seorang kritikus putra mahkota MBS, dikabarkan menghilang setelah ia memasuki konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober.

Riyadh sempat cukup lama membantah bertanggung jawab atas kasus terkait, sebelum kemudian mengakui bahwa para pejabatnya membunuuh Jamal Khashoggi dalam sebuah pertikaian, yang memicu aksi pencekikan pada sang jurnalis.

Namun, klaim Riyadh dipatahkan oleh Presiden Erdogan ketika berbicara di hadapan parlemen Turki, yang menyebut kematian Khashoggi sebagai sebuah operasi jahat dan terencana. Dia juga menyebut skandal tersebut sebagai "pembunuhan biadab", dan menuntut Riyadh menghukum mereka yang bertanggung jawab, tidak peduli seberapa tinggi pangkatnya.

Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan AS telah mengidentifikasi beberapa pejabat pemerintah Saudi, dan pejabat keamanan setempat, yang diyakini terlibat dalam pembunuhan Khashoggi. Washington berjanji akan mengambil tindakan yang setimpal, termasuk mencabut perizinan visa.