Sukses

Taiwan Percepat Kesepakatan Senjata dengan AS, Terus Ditekan China?

AS telah menyetujui untuk mempercepat kesepakatan senjata dengan Taiwan, dibandingkan ketika di bawah pemerintahan Barack Obama dan George W Bush.

Liputan6.com, Taipei - Penolakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap ekspansi militer dan strategi diplomatik China di kawasan Indo-Pasifik, disebut mengubah hubungan pertahanan antara Washington dan Taipei menjadi lebih dekat dari sebelumnya.

AS telah menyetujui untuk mempercepat kesepakatan senjata dengan Taiwan dibandingkan ketika di bawah pemerintahan Barack Obama dan George W Bush.

Dikutip dari South China Morning Post pada Senin (29/10/2018), negara pulau itu juga dikabarkan telah memberi izin bagi pergerakan militer AS di dekat Selat Taiwan, suatu fakta yang tidak pernah dirilis oleh Washingtoan.

Sejak Donald Trump menjabat pada tahun 2016, pemerintahan dan kongresnya telah bergeser dari kebijakan jaga jarak aman dengan Beijing, menjadi dukungan tidak langsung dalam upaya Taiwan menantang pemerintah China Daratan.

Namun para analis mengatakan pemerintah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen perlu mengevaluasi signifikansi dan dampak dari arah baru itu, mengingat hubungan hipersensitif negara tersebut dengan AS dan China daratan.

Awal bulan ini, Asisten Menteri Pertahanan AS untuk Keamanan Asia dan Pasifik, Randall Schriver menegaskan bahwa Washington bergerak menuju "hubungan kerja sama militer asing yang lebih normal" dengan Taiwan.

Hal tersebut diperkiat dengan persetujuan Donald Trump pada September lalu, tentang kesepakatan penyediaan suku cadang dan logistik senilai US$ 330 juta (setara Rp 5,02 triliun, dengan kurs Rp 15.219 per 1 dolar AS), untuk pemeliharaan beberapa jenis pesawat militer Taiwan.

Eksekusi kesepakatan itu datang kurang dari setahun setelah Pentagon setuju untuk menjual rudal, torpedo, dan sistem peringatan dini senilai US$ 1,4 miliar (setara Rp 21,3 triliun) ke Taiwan.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

AS Dinilai Lebih Bersedia Mendukung Taiwan

Selama ini, Beijing selalu menganggap Taiwan sebagai provinsi yang harus dipersatukan kembali, bahkan oleh kekuatan jika perlu.

Hal tersebut menjadi alasan utama AS untuk mengambil pendekatan yang hati-hati terhadap setiap kesepakatan senjata, atau pertukaran tingkat tinggi dengan Taipei, sejak Washington mengalihkan pengakuan diplomatik dari Taipei ke Beijing pada 1979, dan berkomitmen untuk mengamati kebijakan satu-China.

Beijing telah berulang kali memperingatkan Washington agar tidak menjalon hubungan militer yang lebih dekat dengan Taipei, dan telah memprotes setiap perjanjian senjata yang telah mereka buat, dan setiap kesepakatan AS-Taiwan yang dianggap telah melanggar prinsip satu-China.

Para pejabat dan analis Taiwan mengatakan, kesepakatan terbaru mengindikasikan bahwa Donald Trump lebih bersedia memberi pulau itu tanggapan lebih cepat terhadap permintaan penjualan senjata, untuk membantu Taipei membangun pertahanannya dalam menghadapi ancaman militer yang meningkat dari China Daratan.

Di lain pihak, Beijing telah menangguhkan pertukaran dengan Taipei dan menggelar serangkaian latihan perang di sekitar Taiwan, untuk mengintimidasi negara pulau itu sejak Tsai Ing-wen --dari Partai Progresif Demokratis-- menjadi presiden pada tahun 2016, dan menolak untuk menerima kebijakan satu-China.

Beijing juga berusaha mengisolasi Taiwan secara internasional dengan memburu lima sekutu diplomatiknya sejak Tsai menjabat.