Liputan6.com, Bologna - Saat kekuasaan Benito Mussolini kian kuat mencengkeram Italia, makin banyak musuh yang ia miliki. Mereka merasa perlu menghentikan kekuasaannya bahkan menginginkan nyawanya terpisah dari raga.
Pada pertengahan September 1926, seorang pria bernama Gino Lucetti melempar bom ke arah kantor Mussolini. Upaya itu gagal. Il Duce lolos tanpa cedera.
Sebulan kemudian, pada 31 Oktober 1926, giliran Anteo Zamboni yang beraksi. Kala itu, Mussolini sedang berparade menggunakan mobilnya menuju Bologna.
Advertisement
Baca Juga
Pelaku, yang masih berusia 15 tahun, mencoba untuk menembaknya. Usai timah panas dilepaskan, Mussolini cepat-cepat memeriksa leher dan kepalanya.
"Mereka gagal mendapatkanku," Mussolini berteriak ke arah sopirnya, yang sontak menambah kecepatan mobil, demikian dikutip dari buku berjudul Benito Mussolini yang ditulis Jeremy Roberts.
Pada saat bersamaan, para pengikut fasis yang berada di antara kerumunan orang menyerang Zamboni dan membunuh bocah itu.
Seperti dikutip dari situs findagrave.com, sebuah nama jalan di Bologna kini menyandang namanya: Mura Anteo Zamboni. Sebuah film tentang upaya pembunuhan yang dilakukannya juga dirilis pada 1978. Judulnya, Gli ultimi tre giorni.
Mussolini lolos dari percobaan pembunuhan, setidaknya empat kali pada awal kepemimpinannya.
Namun, alih-alih khawatir pada potensi serangan di masa depan, ia menggunakan insiden tersebut untuk mendongkrak kekuasaannya. Para pengikutnya menerapkan aturan yang ketat, melarang munculnya partai oposisi, memberangus gerakan massa dan kelompok lainnya.
Saat itu, mereka yang ingin berpartisipasi dalam politik atau jadi pegawai pemerintah harus menjadi fasis.
Orang-orang yang terbukti melakukan kejahatan politik akan diganjar hukuman mati. Media dilarang keras mengkritik Mussolini dan pemerintahannya. Penjaga perbatasan melarang warga pergi ke luar negeri.
Satuan polisi rahasia Organizzazione per la Vigilanza e la Repressione dell'Antifascismo (OVRA) dibentuk. Tugasnya, untuk menangkap dan meninda siapapun yang mengkritik Mussolini. Il Duce pun menjelma menjadi diktator absolut Italia.
Kata-katanya adalah hukum. Italian menjadi stato totalitario. Negara totalitarian. Hanya ada satu pemimpin dan partai tunggal yang mengendalikan kekuasaan.
Namun, sebesar apapun, kekuasaan manusia terbatas.
Benito Mussolini, gundiknya Clara Petacci, dan sejumlah pendukungnya ditangkap di sebuah desa bernama Dongo pada 27 April 1945. Oleh kelompok perlawanan berhaluan komunis.
Kala itu mereka sedang menuju Swiss, sebelum naik pesawat untuk melarikan diri ke Spanyol. "Tujuh tahun lalu, aku adalah sosok yang menarik. Kini, tak lebih sekedar mayat," kata dia beberapa bulan sebelum tewas.
Pada 28 April 1945, mereka diberondong peluru hingga tewas di desa kecil Giulino di Mezzegra. Hari berikutnya, jasad Mussolini dan pendukungnya digantung terbalik dan dipertontonkan kepada publik di sebuah pompa bensin Esso di Piazza Loreto, Milan.
Sementara itu di Jerman, kekalahan telak membayangi Hitler. Sore itu, 29 April 1945, kabar tewasnya Mussolini sampai ke telinga pemimpin Nazi tersebut.
Hari berikutnya, kala tentara Rusia mendekati Reichskanzlei -- kantor Kanselir Jerman -- Eva Braun menggigit kapsul sianida, Hitler menembak kepalanya.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Kekuasaan Mahathir Mohamad Berakhir (untuk Sementara)
Tak hanya percobaan pembunuhan terhadap Benito Mussolini yang dilakukan bocah 15 tahun, sejumlah peristiwa bersejarah juga terjadi pada 31 Oktober.
Pada 31 Oktober 1934, Perdana Menteri (PM), Indira Gandhi dibunuh. Ia ditembak oleh pengawalnya sendiri ketika sedang berjalan-jalan di taman kediamannya di Safdarjung Road, New Delhi.
Sementara, pada 1999, EgyptAir Penerbangan 990 dengan rute Los Angeles-New York City-Kairo jatuh di Samudera Atlantik. Kecelakaan pesawat ini menewaskan semua orang di dalamnya, 203 penumpang dan 14 awak.
Dan, 31 Oktober 2003 menjadi hari terakhir Mahathir Mohamad berkuasa di Malaysia. Dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Malaysia, setelah 22 tahun menjadi orang nomor satu di Negeri Jiran.
Mahathir Mohamad memercayakan amanah kepada Wakil Perdana Menteri, Abdullah Badawi untuk melanjutkan pemerintahan. Badawi pun memimpin Malaysia hingga pemilu digelar.
"Saya rasa sudah cukup. Sekarang giliran orang lain. Sudah 22 tahun (saya berkuasa). Ini cukup bagi saya," ujar Mahathir, seperti dimuat BBC.
Namun, masa pensiun Mahathir ternyata tak selamanya.
Pada Kamis 10 Mei 2018, Mahathir dilantik kembali menjadi Perdana Menteri Malaysia.
Pria berjuluk 'Little Sukarno' itu kembali terpilih sebagai pimpinan Negeri Jiran di usianya yang sepuh, 92 tahun. Ia adalah pemimpin tertua di dunia yang terpilih secara demokratis.
Advertisement