Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan Inggris sepakat untuk bersama-sama mencapai visi masyarakat yang plural, moderat dan toleran dalam kehidupan beragama. Hal itu juga termasuk dalam upaya untuk menghadapi tantangan-tantangan yang menghambat visi tersebut, seperti: radikalisme, ekstremisme, dan terorisme.
Komitmen itu disampaikan oleh Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin dan Menteri Negara Inggris untuk Negara-Negara Persemakmuran dan PBB, Lord (Tariq) Ahmad of Wimbledon, usai keduanya bertemu di Kemenag RI, Jakarta, Selasa (30/10/2018).
"Kita baru saja membahas upaya visi komunitas yang plural antar pemeluk agama di masing-masing negara ... serta tantangan-tantangan untuk menuju visi itu. Kami percaya, dengan bekerja sama, kita bisa menghadapi tantangan dan mencapai visi itu bersama," kata Lord Ahmad, yang juga menjabat sebagai Utusan Khusus Perdana Menteri Inggris Bidang Kebebasan Beragama.
Advertisement
Baca Juga
"Diskusi berlangsung positif dan kita bertekad membawa diskusi ini ke tataran strategis untuk menghasilkan kebijakan yang inklusif," tambahnya.
Soal tantangan bersama yang dihadapi oleh kedua negara, Menag Lukman bertekad untuk "bersama-sama menghadapi, radikalisme, dan ekstremisme" dengan terus mempertahankan kerja sama yang telah terjalin antara Indonesia-Inggris selama ini.
"Tujuannya adalah agar agama tidak dibajak untuk tiga kepentingan itu dan kepentingan lain yang tujuannya justru memecah belah ... Oleh karenanya, saya berharap agar Indonesia dan Inggris dapat terus melanjutkan kerja sama terkait dengan program pertukaran sumber daya manusia dalam hal dialog pluralisme dan lintas agama," kata Menag Lukman.
"Supaya, masyarakat Indonesia mendapat pemahaman yang lebih luas tentang moderasi dan toleransi beragama," tambahnya. "Ini juga ditujukan untuk memperkuat hubungan bilateral Inggris dan Indonesia," jelas Lukman.
Menag Lukman mencontohkan berbagai kerja sama antara Indonesia-Inggris yang telah terjalin dalam hal toleransi beragama, seperti salah satunya "kerja sama antara Inggris dengan Universitas Gadjah Mada dan Muhammadiyah tentang bagaimana penyuluh agama Indonesia mendapatkan kemampuan yang lebih luas soal moderasi," dan program lain dalam bentuk edukasi.
"Kita juga berupaya akan mengembangkan bentuk-bentuk kerja sama lain. Misalnya, ide untuk mengedukasi masyarakat global tentang sumbangsih buah pikir para cendekiawan Indonesia dalam kehidupan beragama di negara kita ... Agar, dunia bisa mengetahui bagaimana upaya dan peran kita dalam membangun toleransi beragama," tambahnya.
Â
Simak video pilihan berikut:
Lord Ahmad: Indonesia Negara Kaya Akan Keberagaman
Lord Ahmad melakukan kunjungannya ke Indonesia dalam rangka menghadiri Our Oceans Conference 2018 di Bali pada 29-30 Oktober. Di akhir konferensi, ia menyempatkan bertemu dengan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir pada 30 Oktober 2018.
Ia juga memandu diskusi tentang hubungan antar agama dengan Muhammadiyah, mengunjungi sekolah Islam yang dikelola ormas tersebut, dan bertatap muka dengan para pakar kontra-terorisme.
"Dalam diskusi saya dengan Muhammadiyah, saya memahami bahwa betapa organisasi Islam di Indonesia berkomitmen pada konsep toleransi beragama. Dan ini adalah sebuah hal positif ... Namun, tantangah pasti tetap ada dan kita harus menghadapinya bersama-sama," kata Lord Ahmad, di Kemenag RI, 30 Oktober 2018.
Sementara itu, dalam keterangan tertulis, Lord Ahmad mengemukakan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi yang dinamis dan kaya akan keberagaman.
"Sebagai yang terdepan di kawasannya, Indonesia tengah mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat dan akan memiliki peran yang semakin berpengaruh di Abad ke-21," katanya.
Sebagai Utusan Khusus Perdana Menteri Inggris untuk bidang Kebebasan Beragama, ia yakin akan pentingnya memperkuat kebebasan beragama, serta saling menghargai dan memahami satu sama lain.
"Agar demokrasi dapat berfungsi secara efektif, sangatlah penting bagi kelompok minoritas untuk memiliki hak memperoleh perlindungan. Indonesia adalah rumah bagi umat Muslim dan banyak yang memandang Indonesia sebagai contoh yang dapat diikuti," tutur Lord Ahmad.
"Saya sangat senang berkunjung ke Indonesia, berharap dapat berdiskusi dan bertukar pikiran dengan para pemimpin agama, mahasiswa, serta para pakar terkait. Saya berharap kunjungan ini dapat membantu mempererat hubungan Inggris dan Indonesia," pungkasnya.
Lord Ahmad dijadwalkan berkunjung ke SMA Muhammadiyah III, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada 30 Oktober 2018, setelah dari Bali. Kunjungan sekolah ini adalah bagian dari Council’s Connecting School’s Initiative yang diluncurkan pada awal 2019.
Setelah kunjungan Universitas Birmingham (Inggris) ke SMP Muhammadiyah awal tahun ini, SMP dan SMA Muhammadiyah 3 dianggap mengambil bagian dalam program tersebut dan dewan Birmingham yang akan menghubungkan sekolah-sekolah terpilih di Indonesia dengan sekolah-sekolah di Birmingham.
Nantinya, sekolah-sekolah tersebut akan melakukan beragam kegiatan, seperti proyek online dan pertukaran bahan ajar.
Advertisement